HAKIKAT BELAJAR YANG KOMPLEKS
Teori
kognitif membahasa situasi pendidikan yang terus berubah dalam dua hal.
pertama, identifikasi dan penilaian kemampuan kognitif yang harus dilakukan siswa untuk memandu
mereka mempelajari tugas yang kompleks, memantau kemajuan mereka, dan mengubah
pelajaran, jika perlu. Kapabilitas ini disebut sebagai metakognisi . Kedua,
psikolog dan psikolog pendidikan telah banyak meriset berbagai maacam bentuk
pemecahan masalah dalam ranah pelajaran yang berbeda-beda untuk memberi informasi
pada praktik pendidikan.
Metakognisi
Secara
umum metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir tentang pemikiran. Beberapa
perspektif menekankan pengetahuan individual tentang kognisi dan penggunaan
strategi. Pengetahuan kognisi: (a) pengetahuan dan kesadaran tentang pemikiran
diri sendiri, dan (b) pengetahuan tentang kapan dan di mana harus menggunakan
strategi yang diperoleh. Pengetahuan tentang pemikiran sesorang mencangkup
informasi tentang kapasitas dan keterbatasan akan kesulitan selama belajar
sehingga dapat dilakukan perbaikan. Pada penggunaan kognisi, periset kognisi
membedakan antara strategi metakognisi dengan keterampilan kognitif. Periset
juga telah mengusulkan model metakognisi yang berbeda untuk tugas berbeda.
Terdiri dari tiga komponen model yaitu perencanaan, evaluasi, dan monitoring.
Model Aktivitas Metakognitif Dalam
Belajar
Tahapan
|
Deskrisi
|
Contoh
|
Mendefinisikan tugas
|
Memunculkan persepsi tentang sifat
dari tugas belajar, sumber daya yang tersedia, dan batasan.
|
Menyelesaikan tuas membaca tentang
gunung berapi dan majalah National
Geographic; bahasanya kompleks untuk siswa sekolah menegah, tetapi siswa
punya waktu 1 setegah jam untuk menyelesaikan tugas ini.
|
Menentukan tujuan dan perencanaan
|
Memilih atau membuat tujuan dan
rencana untuk menangani tugas belajar
|
Membaca artikel untuk pemrosesan
mendalam guna persiapan ujian; diperlukan pencatatan personal dan pertanyaan
diri.
|
Melakukan taktik dan strategi belajar
|
Mengimplementasikan aktivitas yang
dipilih di tahap dua, dan menyesuaikannya jika perlu.
(1) Melakukan penyesuaian skala besar
pada tugas, tujuan, rencana, dan keterlibatan.
atau
(2)Mengubah kondisi untuk belajar di masa
depan (pengetahuan, keterampilan, keyakinan, disposisi, dan faktor motivasi)
|
Kosakata yang sulit dipahami dijumpai
selama membaca akan menyebabkan jeda sejenak untuk mencari definisi istilah
dan pembacaan ulang
Atau
Menurunkan standar profisiensi seseorang
untuk materi sulit guna meringankan pemrosesan
|
Pemecahan
Masalah
Pemecahan
masalah berkaitan dengan penaganan tugas yang baru dan tidak terbiasa saat
metode solusi yang relevan (bahkan jika sudah dikuasai sebagian) tidak
diketahui. Komponen formal dari suatu masalah adalah ketentuan, tujuan, dan
kegiatan yang diperbolehkan atau prosedur yang mengubah informasi tertentu. Situasi
juga mencangkup hambatan yang merintangi kemajuan dalam memecahkan masalah.
Riset
kongnitif pada tahun 1970-an terutama mencangkup pengembangan (Pemecahan
Masalah Umum [General Problem Solver,GPS],
diskusi tentan heuristik, dan riset kecerdasan artifisial. Keterbatasan GPS dan
heuristik adalah mereka tidak memberikan pengetahuan ranah spesifik. Teori
ACT-R yang diperkenalkan pada tahun 1990-an menyajikan kognisi dalam bentuk
aturan prosedural yang dibuat oleh sistem produksi, yang mengoordinasikan hasil
dari beberapa modul independen.
Baru-baru
ini riset pada latar lain membahas subproses dari pemecahan masalah dan
keterampilan metakognitif yang terkait. Subproses yang diidentifikasi adalah merepresentasikan
masalah, yang mencangkup pengidentifikasian elemen utama dan menciptakan peta
mental, perencanaan, mengatasi halangan, dan melaksanakan rencana. Selain
pengetahuan metakognitif tentan masalah dan strategi, keterampilan perencanaan,
monitoringi, dan evaluasi merupakan
hal penting dalam keberhasilan pemecahan masalah.
Subproses dalam Pemecahan Masalah dan Peran Keterampilan
Metakogintif
Subproses
|
Peran Keterampilan
Metakognitif
|
1.Merepresentasikan
masalah
(mengidentifikasi
ciri paling relevan dan menciptakan peta mental atas komponen-komponennya)
|
1a. Membantu dalam mengakses informasi
yang relevan dari memori jangka panjang yang dapat memberi kontribusi pada
identifikasi komponen masalah utama.
b. Membantu menciptakan “peta mental”
dari ketentuan, relasi antar-unsur, tujuan, dan batasan
c. Membantu perekaman selektif,
kombinasi selektif, dan perbandingan selektif, ketika diperlukan.
|
2.Perencanaan
|
2a. Me-review dan memilih rencana dan strategi, mungkin mengunakan
eksplorasi yang terstruktur
|
3.Mengatasi
halangan
|
3a. Membantu dalam pencarian ingatan
jangka panjang untuk informasi baru
b. Mulai melakukan 1c di atas
|
4.Melaksanakan
rencana( dan mengatasi halangan).
|
4a. Memonitor kemajuan dan
memodifikasi rencana ketika perlu.
b. kembali ke-3, jika perlu.
|
Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.
0 komentar:
Posting Komentar