Perspektif Kognitif : II. Metakognisi dan Pemecahan Masalah

Selasa, 17 Desember 2013

HAKIKAT BELAJAR YANG KOMPLEKS
Teori kognitif membahasa situasi pendidikan yang terus berubah dalam dua hal. pertama, identifikasi dan penilaian kemampuan kognitif  yang harus dilakukan siswa untuk memandu mereka mempelajari tugas yang kompleks, memantau kemajuan mereka, dan mengubah pelajaran, jika perlu. Kapabilitas ini disebut sebagai metakognisi . Kedua, psikolog dan psikolog pendidikan telah banyak meriset berbagai maacam bentuk pemecahan masalah dalam ranah pelajaran yang berbeda-beda untuk memberi informasi pada praktik pendidikan.

Metakognisi
Secara umum metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir tentang pemikiran. Beberapa perspektif menekankan pengetahuan individual tentang kognisi dan penggunaan strategi. Pengetahuan kognisi: (a) pengetahuan dan kesadaran tentang pemikiran diri sendiri, dan (b) pengetahuan tentang kapan dan di mana harus menggunakan strategi yang diperoleh. Pengetahuan tentang pemikiran sesorang mencangkup informasi tentang kapasitas dan keterbatasan akan kesulitan selama belajar sehingga dapat dilakukan perbaikan. Pada penggunaan kognisi, periset kognisi membedakan antara strategi metakognisi dengan keterampilan kognitif. Periset juga telah mengusulkan model metakognisi yang berbeda untuk tugas berbeda. Terdiri dari tiga komponen model yaitu perencanaan, evaluasi, dan monitoring.

Model Aktivitas Metakognitif Dalam Belajar
Tahapan
Deskrisi
Contoh
Mendefinisikan tugas
Memunculkan persepsi tentang sifat dari tugas belajar, sumber daya yang tersedia, dan batasan.
Menyelesaikan tuas membaca tentang gunung berapi dan majalah National Geographic; bahasanya kompleks untuk siswa sekolah menegah, tetapi siswa punya waktu 1 setegah jam untuk menyelesaikan tugas ini.
Menentukan tujuan dan perencanaan
Memilih atau membuat tujuan dan rencana untuk menangani tugas belajar
Membaca artikel untuk pemrosesan mendalam guna persiapan ujian; diperlukan pencatatan personal dan pertanyaan diri.
Melakukan taktik dan strategi belajar
Mengimplementasikan aktivitas yang dipilih di tahap dua, dan menyesuaikannya jika perlu.
(1) Melakukan penyesuaian skala besar pada tugas, tujuan, rencana, dan keterlibatan.
atau
(2)Mengubah kondisi untuk belajar di masa depan (pengetahuan, keterampilan, keyakinan, disposisi, dan faktor motivasi)
Kosakata yang sulit dipahami dijumpai selama membaca akan menyebabkan jeda sejenak untuk mencari definisi istilah dan pembacaan ulang
Atau
Menurunkan standar profisiensi seseorang untuk materi sulit guna meringankan pemrosesan

Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah berkaitan dengan penaganan tugas yang baru dan tidak terbiasa saat metode solusi yang relevan (bahkan jika sudah dikuasai sebagian) tidak diketahui. Komponen formal dari suatu masalah adalah ketentuan, tujuan, dan kegiatan yang diperbolehkan atau prosedur yang mengubah informasi tertentu. Situasi juga mencangkup hambatan yang merintangi kemajuan dalam memecahkan masalah.
Riset kongnitif pada tahun 1970-an terutama mencangkup pengembangan (Pemecahan Masalah Umum [General Problem Solver,GPS], diskusi tentan heuristik, dan riset kecerdasan artifisial. Keterbatasan GPS dan heuristik adalah mereka tidak memberikan pengetahuan ranah spesifik. Teori ACT-R yang diperkenalkan pada tahun 1990-an menyajikan kognisi dalam bentuk aturan prosedural yang dibuat oleh sistem produksi, yang mengoordinasikan hasil dari beberapa modul independen.
Baru-baru ini riset pada latar lain membahas subproses dari pemecahan masalah dan keterampilan metakognitif yang terkait. Subproses yang diidentifikasi adalah merepresentasikan masalah, yang mencangkup pengidentifikasian elemen utama dan menciptakan peta mental, perencanaan, mengatasi halangan, dan melaksanakan rencana. Selain pengetahuan metakognitif tentan masalah dan strategi, keterampilan perencanaan, monitoringi, dan evaluasi merupakan hal penting dalam keberhasilan pemecahan masalah.

Subproses dalam Pemecahan Masalah dan Peran Keterampilan Metakogintif

Subproses
Peran Keterampilan Metakognitif
1.Merepresentasikan masalah
(mengidentifikasi ciri paling relevan dan menciptakan peta mental atas komponen-komponennya)
1a. Membantu dalam mengakses informasi yang relevan dari memori jangka panjang yang dapat memberi kontribusi pada identifikasi komponen masalah utama.
b. Membantu menciptakan “peta mental” dari ketentuan, relasi antar-unsur, tujuan, dan batasan
c. Membantu perekaman selektif, kombinasi selektif, dan perbandingan selektif, ketika diperlukan.
2.Perencanaan
2a. Me-review dan memilih rencana dan strategi, mungkin mengunakan eksplorasi yang terstruktur
3.Mengatasi halangan
3a. Membantu dalam pencarian ingatan jangka panjang untuk informasi baru
b. Mulai melakukan 1c di atas
4.Melaksanakan rencana( dan mengatasi halangan).
4a. Memonitor kemajuan dan memodifikasi rencana ketika perlu.
b. kembali ke-3, jika perlu.


Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.

0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 17 Desember 2013

Perspektif Kognitif : II. Metakognisi dan Pemecahan Masalah

HAKIKAT BELAJAR YANG KOMPLEKS
Teori kognitif membahasa situasi pendidikan yang terus berubah dalam dua hal. pertama, identifikasi dan penilaian kemampuan kognitif  yang harus dilakukan siswa untuk memandu mereka mempelajari tugas yang kompleks, memantau kemajuan mereka, dan mengubah pelajaran, jika perlu. Kapabilitas ini disebut sebagai metakognisi . Kedua, psikolog dan psikolog pendidikan telah banyak meriset berbagai maacam bentuk pemecahan masalah dalam ranah pelajaran yang berbeda-beda untuk memberi informasi pada praktik pendidikan.

Metakognisi
Secara umum metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir tentang pemikiran. Beberapa perspektif menekankan pengetahuan individual tentang kognisi dan penggunaan strategi. Pengetahuan kognisi: (a) pengetahuan dan kesadaran tentang pemikiran diri sendiri, dan (b) pengetahuan tentang kapan dan di mana harus menggunakan strategi yang diperoleh. Pengetahuan tentang pemikiran sesorang mencangkup informasi tentang kapasitas dan keterbatasan akan kesulitan selama belajar sehingga dapat dilakukan perbaikan. Pada penggunaan kognisi, periset kognisi membedakan antara strategi metakognisi dengan keterampilan kognitif. Periset juga telah mengusulkan model metakognisi yang berbeda untuk tugas berbeda. Terdiri dari tiga komponen model yaitu perencanaan, evaluasi, dan monitoring.

Model Aktivitas Metakognitif Dalam Belajar
Tahapan
Deskrisi
Contoh
Mendefinisikan tugas
Memunculkan persepsi tentang sifat dari tugas belajar, sumber daya yang tersedia, dan batasan.
Menyelesaikan tuas membaca tentang gunung berapi dan majalah National Geographic; bahasanya kompleks untuk siswa sekolah menegah, tetapi siswa punya waktu 1 setegah jam untuk menyelesaikan tugas ini.
Menentukan tujuan dan perencanaan
Memilih atau membuat tujuan dan rencana untuk menangani tugas belajar
Membaca artikel untuk pemrosesan mendalam guna persiapan ujian; diperlukan pencatatan personal dan pertanyaan diri.
Melakukan taktik dan strategi belajar
Mengimplementasikan aktivitas yang dipilih di tahap dua, dan menyesuaikannya jika perlu.
(1) Melakukan penyesuaian skala besar pada tugas, tujuan, rencana, dan keterlibatan.
atau
(2)Mengubah kondisi untuk belajar di masa depan (pengetahuan, keterampilan, keyakinan, disposisi, dan faktor motivasi)
Kosakata yang sulit dipahami dijumpai selama membaca akan menyebabkan jeda sejenak untuk mencari definisi istilah dan pembacaan ulang
Atau
Menurunkan standar profisiensi seseorang untuk materi sulit guna meringankan pemrosesan

Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah berkaitan dengan penaganan tugas yang baru dan tidak terbiasa saat metode solusi yang relevan (bahkan jika sudah dikuasai sebagian) tidak diketahui. Komponen formal dari suatu masalah adalah ketentuan, tujuan, dan kegiatan yang diperbolehkan atau prosedur yang mengubah informasi tertentu. Situasi juga mencangkup hambatan yang merintangi kemajuan dalam memecahkan masalah.
Riset kongnitif pada tahun 1970-an terutama mencangkup pengembangan (Pemecahan Masalah Umum [General Problem Solver,GPS], diskusi tentan heuristik, dan riset kecerdasan artifisial. Keterbatasan GPS dan heuristik adalah mereka tidak memberikan pengetahuan ranah spesifik. Teori ACT-R yang diperkenalkan pada tahun 1990-an menyajikan kognisi dalam bentuk aturan prosedural yang dibuat oleh sistem produksi, yang mengoordinasikan hasil dari beberapa modul independen.
Baru-baru ini riset pada latar lain membahas subproses dari pemecahan masalah dan keterampilan metakognitif yang terkait. Subproses yang diidentifikasi adalah merepresentasikan masalah, yang mencangkup pengidentifikasian elemen utama dan menciptakan peta mental, perencanaan, mengatasi halangan, dan melaksanakan rencana. Selain pengetahuan metakognitif tentan masalah dan strategi, keterampilan perencanaan, monitoringi, dan evaluasi merupakan hal penting dalam keberhasilan pemecahan masalah.

Subproses dalam Pemecahan Masalah dan Peran Keterampilan Metakogintif

Subproses
Peran Keterampilan Metakognitif
1.Merepresentasikan masalah
(mengidentifikasi ciri paling relevan dan menciptakan peta mental atas komponen-komponennya)
1a. Membantu dalam mengakses informasi yang relevan dari memori jangka panjang yang dapat memberi kontribusi pada identifikasi komponen masalah utama.
b. Membantu menciptakan “peta mental” dari ketentuan, relasi antar-unsur, tujuan, dan batasan
c. Membantu perekaman selektif, kombinasi selektif, dan perbandingan selektif, ketika diperlukan.
2.Perencanaan
2a. Me-review dan memilih rencana dan strategi, mungkin mengunakan eksplorasi yang terstruktur
3.Mengatasi halangan
3a. Membantu dalam pencarian ingatan jangka panjang untuk informasi baru
b. Mulai melakukan 1c di atas
4.Melaksanakan rencana( dan mengatasi halangan).
4a. Memonitor kemajuan dan memodifikasi rencana ketika perlu.
b. kembali ke-3, jika perlu.


Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar