Pengkondisisan Berpenguat Skinner

Selasa, 17 Desember 2013

Defenisi Belajar
Skinner (1950) secara spesifik mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku. “Belajar bukan melakukan, belajar adalah mengubah apa yang kita lakukan” (Skinner, 1989,h. 15)

Tabel 4.1 Ringkasan Asumsi Dasar dalam Pengkondisian Berpenguat
Asumsi
Dasar Rasional
1.Belajar adalah perubahan perilaku/behavioral.
2.Perubahan perilaku secara fungsional berkaitan dengan perubahan dalam lingkungan atau kondisi.
3.Hukum relasi antara perilaku dan lingkungan dapat ditemukan hanya jika sifat behavioral dan kondisi eksperimental didefinisikan dalam istilah fisik dan diamati dibawah kondisi yang terkontrol.
4.Data dari studi eksperimental atas perilaku adalah satu-satunya sumber informasi tentang penyebab perilaku yang dapat diterima.
5. Perilaku subjek individual adalah sumber data yang tepat
6.Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan adalah sama untuk semua spesies.
1-4. Agar dapat disebut sains, psikologi harus:
a).Mempelajari kejadian yang dapat diamati dan dapat diukur
b).Dilakukan di dalam kondisi yang dikontrol dengan cermat, dan
c).Menentukan kejadian lingkungan yang merupakan penyebab



5.Relasi yang tepat hanya dapat diungkap melalui riset atas subjek individual.
6.Karena tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kejadian yang tampak yang memperkuat atau melemahkan frekuensi respons (perubahan behavioral), maka organisme tertentu (hewan atau manusia) bukan faktor utama.


Prinsip pengkondisian berpenguat dari B.F. Skinner melanjutkan tradisi yang telah dibangun oleh John Watson. Yakni, agar psikologi menjadi sebuah sains, studi perilaku harus menjadi fokus dari riset psikologi. Berbeda dengan teoritis stimulus-respons (S-R) lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang dikemukakan oleh model pengkondisian klasik Pavlov dan pengkondisian instrumental Thorndike. Dia mengusulkan sebuah paradigma yang mencangkup kedua tipe respon dan menganalisis kondisi-kondisi yang menyebabkan keluarnya respons atau perilaku berpenguat.

Analisa Skinner menghasilkan sistem penghematan kata yang diaplikasikan untuk dinamika perubahan perilaku baik di dalam laboratorium maupun  di ruang kelas. Belajar, yang direpresentasikan oleh rata-rata respons yang meningkat, di deskripsikan sebagai fungsi dari tiga urutan komponen (SD)- (R)- (Sreinf). Skinner mendeskripsikan praktik penempatan hewan percobaan dalam kotak teka-teki sebagai praktik menempatkan subjek dalam “terminal contigency” artinya, hewan harus berjuang dalam rangka meloloskan diri atau mendapatkan makanan. Prosedur yang tepat adalah membentuk perilaku hewan melalui pembentukan sekuensi stimulus-respons-penguatan secara cermat. Aproksimasi pada respons yang tepat diperkuat dengan jadwal yang berselang-seling sampai keseluruhan perilaku didapatkan.

Aplikasi di dalam kelas, Skinner menyebutkan praktik “tugas-dan-tes” sebagai contoh penempatan pemelajar manusia dalam kontigensi terminal. Skinner lebih merekomendasikan praktik penguatan komponen perilaku, seperti memerhatikan stimuli dan melakukan perilaku studi yang tepat. Hukuman (punishment) harus dihindari karena ia menghasilkan efek emosional yang tidak diinginkan dan tidak menimbulkan perilaku positif yang diinginkan. Kontribusi untuk praktik dikelas ada tiga yaitu, pertama, pencarian kondisi atau perilaku yang merepresentasikan keadaan seperti “tidak termotivasi” adalah langkah penting dalam identifikasi jalannya tindakan yang tepat. Kedua, observasi kelas kontemporer menunjukkan banyaknya inkonsistensi dan pengunaan penguatan nonkontigen yang menimbulkan masalah disiplin di kelas. Analisis atas situasi interaktif dalam term stimuli diskriminatif, yaitu respons dan penguatan adalah langkah penting dalam mengoreksi masalah tersebut. Ketiga, materi belajar terprogram, jika didesain dengan tepat, dapat diberikan perbedaan individual dalam kelas.

Analisis Skinner mencangkup peran penguat yang dikondisikan dan alamiah, penguat positif dan negatif, dan penguat yang digeneralisasikan (umum). Analisisnya mencangkup pula pengembangan belajar terprogram untuk perilaku verbal. Perbedaan individual dalam keterampilan awal dan tingkat belajar mungkin dapat diakomodasi dengan materi seperti itu.

Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.

0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 17 Desember 2013

Pengkondisisan Berpenguat Skinner

Defenisi Belajar
Skinner (1950) secara spesifik mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku. “Belajar bukan melakukan, belajar adalah mengubah apa yang kita lakukan” (Skinner, 1989,h. 15)

Tabel 4.1 Ringkasan Asumsi Dasar dalam Pengkondisian Berpenguat
Asumsi
Dasar Rasional
1.Belajar adalah perubahan perilaku/behavioral.
2.Perubahan perilaku secara fungsional berkaitan dengan perubahan dalam lingkungan atau kondisi.
3.Hukum relasi antara perilaku dan lingkungan dapat ditemukan hanya jika sifat behavioral dan kondisi eksperimental didefinisikan dalam istilah fisik dan diamati dibawah kondisi yang terkontrol.
4.Data dari studi eksperimental atas perilaku adalah satu-satunya sumber informasi tentang penyebab perilaku yang dapat diterima.
5. Perilaku subjek individual adalah sumber data yang tepat
6.Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan adalah sama untuk semua spesies.
1-4. Agar dapat disebut sains, psikologi harus:
a).Mempelajari kejadian yang dapat diamati dan dapat diukur
b).Dilakukan di dalam kondisi yang dikontrol dengan cermat, dan
c).Menentukan kejadian lingkungan yang merupakan penyebab



5.Relasi yang tepat hanya dapat diungkap melalui riset atas subjek individual.
6.Karena tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kejadian yang tampak yang memperkuat atau melemahkan frekuensi respons (perubahan behavioral), maka organisme tertentu (hewan atau manusia) bukan faktor utama.


Prinsip pengkondisian berpenguat dari B.F. Skinner melanjutkan tradisi yang telah dibangun oleh John Watson. Yakni, agar psikologi menjadi sebuah sains, studi perilaku harus menjadi fokus dari riset psikologi. Berbeda dengan teoritis stimulus-respons (S-R) lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang dikemukakan oleh model pengkondisian klasik Pavlov dan pengkondisian instrumental Thorndike. Dia mengusulkan sebuah paradigma yang mencangkup kedua tipe respon dan menganalisis kondisi-kondisi yang menyebabkan keluarnya respons atau perilaku berpenguat.

Analisa Skinner menghasilkan sistem penghematan kata yang diaplikasikan untuk dinamika perubahan perilaku baik di dalam laboratorium maupun  di ruang kelas. Belajar, yang direpresentasikan oleh rata-rata respons yang meningkat, di deskripsikan sebagai fungsi dari tiga urutan komponen (SD)- (R)- (Sreinf). Skinner mendeskripsikan praktik penempatan hewan percobaan dalam kotak teka-teki sebagai praktik menempatkan subjek dalam “terminal contigency” artinya, hewan harus berjuang dalam rangka meloloskan diri atau mendapatkan makanan. Prosedur yang tepat adalah membentuk perilaku hewan melalui pembentukan sekuensi stimulus-respons-penguatan secara cermat. Aproksimasi pada respons yang tepat diperkuat dengan jadwal yang berselang-seling sampai keseluruhan perilaku didapatkan.

Aplikasi di dalam kelas, Skinner menyebutkan praktik “tugas-dan-tes” sebagai contoh penempatan pemelajar manusia dalam kontigensi terminal. Skinner lebih merekomendasikan praktik penguatan komponen perilaku, seperti memerhatikan stimuli dan melakukan perilaku studi yang tepat. Hukuman (punishment) harus dihindari karena ia menghasilkan efek emosional yang tidak diinginkan dan tidak menimbulkan perilaku positif yang diinginkan. Kontribusi untuk praktik dikelas ada tiga yaitu, pertama, pencarian kondisi atau perilaku yang merepresentasikan keadaan seperti “tidak termotivasi” adalah langkah penting dalam identifikasi jalannya tindakan yang tepat. Kedua, observasi kelas kontemporer menunjukkan banyaknya inkonsistensi dan pengunaan penguatan nonkontigen yang menimbulkan masalah disiplin di kelas. Analisis atas situasi interaktif dalam term stimuli diskriminatif, yaitu respons dan penguatan adalah langkah penting dalam mengoreksi masalah tersebut. Ketiga, materi belajar terprogram, jika didesain dengan tepat, dapat diberikan perbedaan individual dalam kelas.

Analisis Skinner mencangkup peran penguat yang dikondisikan dan alamiah, penguat positif dan negatif, dan penguat yang digeneralisasikan (umum). Analisisnya mencangkup pula pengembangan belajar terprogram untuk perilaku verbal. Perbedaan individual dalam keterampilan awal dan tingkat belajar mungkin dapat diakomodasi dengan materi seperti itu.

Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar