Pikiran dan perasaan siswa tentang sekolah dan tugas
sekolah merupakan fokus utama dalam riset dan teori tentang belajar. Model
Atkinson mengidentifikasi dua aspek penting dari sistem keyakinan siswa yang
mempengaruhi motivasi prestasi. Mereka adalah harapan akan sukses dan nilai
insentif dari keberhasilan, yakni kebanggaan meraih prestasi. Pendekatan yang
berbeda untuk motivasi adalah pendapat bahwa pemahaman tentang penyebab
kejadian di masa lalu akan mempengaruhi tindakan individu di masa depan. Kondisi yang mungkin bertanggung jawab atas
munculnya tindakan tersebut karena adanya faktor-faktor dalam orang tersebut
dan lingkungannya.
Ada tiga
asumsi mengenai pendekatan utama untuk analisis motivasi,
yaitu :
1. Motivasi Individual adalah hasil dari interaksi antara
faktor lingkungan dengan karakteristik tertentu dari anak. Di antaranya adalah
norma sosial, catatan kinerja orang lain, reaksi afektif dari guru terhadap
kesusksesan dan kegagalan siswa, jenis tujuan dan struktur kelas, sejarah
prestasi anak, dan keyakinan mereka tentang sifat dari kemampuan.
2. Pemelajar atau siswa adalah pemroses informasi yang
aktif. Pada tingkat tertinggi, penilaian diri atas kapabilitas seseorang dan
interpretasi informasi dari lingkungan juga terlibat dalam motivasi yang
berkaitan dengan prestasi.
3. Motif, kebutuhan, atau tujuan siswa merupakan
pengetahuan ekslisit yang dapat dikomunikasikan kepada pihal lain. Ini berarti
bahwa siswa dapat memikirkan keyakinan ini dan mengkonsumsikannya kepada orang
lain.
Komponen
Proses Motivasional
Tiga pendekatan untuk studi motivasi dalam latar belakang yang berkaitan dengan prestasi adalah:
1. Model Ekspektasi Nilai
Model ekspetasi nilai adalah perluasan dari model
Atkinson(1958) yang mendefinisikan ekspektasi dan nilai sebagai konstruk
motivasional. Berbeda dengan model Atkinson, versi ini memandang ekspektasi dan
nilai sebagai kognitif ketimbang motivasional. Premis dasar dari model ini
adalah ekspektasi kesuksesan siswa dan nilai yang mereka berikan pada
kesuskesan merupakan determinan penting dari motivasi untuk melakuakan perilaku
yang terkait prestasi. Model ini mengidentifikasi lima perilaku yang terkait
prestasi yang dipengaruhi oleh proses motivasional. Kelima perilaku tersebut
adalah pilihan, kegigihan, tingkat usaha, keterlibatan kognitif, dan kinerja
aktual.
Nilai tugas dan
ekspektasi secara langsung ditentukan oleh memori afektif anak dan tujuan dari
skemata anak. Memori afektif terdiri dari reaksi emosi negatif atau positif
yang diasosiasikan dengan pengalaman yang sama di masa lalu. Tujuan bisa jangka
pendek dan panjang, dan skemata diri mencakup persepsi tentang diri ideal,
persepsi tentang kesulitan tugas (domain), dan keyakinan tentang kemampuan
seseorang.
Tabel 11.2
Komponen Nilai Tugas dalam Model Ekspektasi Nilai
Komponen
|
Definisi
|
Nilai Pencapaian
|
Arti penting
melakukan yang terbaik dalam bidang studi atau pelajaran tertentu
|
Nilai Instrinsik
|
Kesenangan siswa
dalam melakukan tugas dengan baik atau minat subjektif siswa.
|
Nilai kemanfaatan
|
Kegunaaan
pelajaran atau bidang studi bagi anak.
|
Biaya
|
Sejauh mana
pemilihan untuk terlibat dalam suatu aktivitas, seperti mengerjakan tugas
sekolah, membatasi kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas lain.
|
2. Model Berorientasi tujuan
Model berorientasi tujuan membahas alasa siswa melakukan
tugas akademik. Secara formal, orientasi tujuan adalah seperangkat niat
kelakuan yang menentukan bagaimana siswa akan mendeteksi dan melakukan
aktivitas belajar.
Tabel 11.3
Orientasi Tujuan Yang Berkaitan Dengan Belajar
Orientasi
|
Defenisi
|
Tujuan belajar
|
Meningkatkan
kompetensi seseorang; orientasi berhubungan dengan teori peningkatan
intellegensi.
|
Tujuan penguasaan
|
Mengembangkan
keterampilan baru, berusaha memahami kerja, atau mendapatkan pemahaman
penguasaan berdasarkan standar referensi sendiri.
|
Tujuan berfokus
tugas
|
Meningkatkan
kompetensi seseorang, berusaha menguasai tugas.
|
Orientasi tugas
|
Sejauh mana siswa
melaporkan perasaan kesuksesan atau kesenangan saat mereka melakukan tugas
tertentu.
|
3. Teori Atribusi
Teori atribusi membahas pemikiran, emosi, dan ekspektasi
seseorang setelah muncul hasil yang terkait dengan pencapaian. Tiga asumsi yang
mendasari teori ini, yakni (a) pencairian pemahaman adalah motivator utama dari
tindakan; (b) atribusi untuk hasil yang berkaitan dengan keberhasilan merupakan
sumber informasi yang kompleks; dan (c) perilaku masa depan ditentukan sebagian
oleh anggapan tentang penyebab dari hasil sebelumnya.
Tabel 11.5
Properti dari Atribusi yang Berkaitan dengan Prestasi
Utama
Atribusi
|
Dimensi
|
Konsekuensi
|
Kemampuan
|
Internal
Stabil
Tidak terkontrol
|
Menimbulkan perasaan kompetensi atau inkompetensi dan
perasaan bangga atau malu.
Hasil yang sama diharapkan lagi; emosi kebanggaan dan
malu lebih besar; untuk kegagalan, pengunduran diri dan apati lebih besar.
Untuk kegagalan, memperbesar perasaan resignasi
|
Usaha
|
Internal
Tidak stabil
Dapat dikontrol
|
Menimbulkan rasa bangga dan kesuksesan
Tidak menurunkan ekspektasi kesuksesan
Memperbesar rasa bangga atau rasa bersalah.
|
Keberuntungan
|
Eksternal
Tidak stabil
Tidak terkontrol
|
Citra-diri tidak berubah
Tidak ada penurunan ekspektasi sukses
Menimbulkan kejutan baik untuk kesuksesan maupun
kegagalan.
|
Lain-lain
|
Eksternal
Tidak stabil
Tidak terkontrol
(oleh penerima hasil)
|
Citra-diri tidak berubah
Tidak ada penurunan ekspektasi sukses
Menimbulkan rasa terima kasih atas pertolongan dan
kemarahan pada pengelakan
|
Kesulitan tugas
|
Eksternal
Stabil
Tidak terkontrol
|
Tidak memperkuat harga diri karena hasil yang sukses
Beberapa hasil diharapkan lagi
Depresi dan frustasi atas kegagalan hasil.
|
Daftar Pustaka :
Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and
instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana
0 komentar:
Posting Komentar