Model Kognitif dan Teori Motivasi Akademik

Selasa, 08 Oktober 2013

Pikiran dan perasaan siswa tentang sekolah dan tugas sekolah merupakan fokus utama dalam riset dan teori tentang belajar. Model Atkinson mengidentifikasi dua aspek penting dari sistem keyakinan siswa yang mempengaruhi motivasi prestasi. Mereka adalah harapan akan sukses dan nilai insentif dari keberhasilan, yakni kebanggaan meraih prestasi. Pendekatan yang berbeda untuk motivasi adalah pendapat bahwa pemahaman tentang penyebab kejadian di masa lalu akan mempengaruhi tindakan individu di masa depan.  Kondisi yang mungkin bertanggung jawab atas munculnya tindakan tersebut karena adanya faktor-faktor dalam orang tersebut dan lingkungannya.

Ada tiga asumsi mengenai pendekatan utama untuk analisis motivasi, 
yaitu :
1. Motivasi Individual adalah hasil dari interaksi antara faktor lingkungan dengan karakteristik tertentu dari anak. Di antaranya adalah norma sosial, catatan kinerja orang lain, reaksi afektif dari guru terhadap kesusksesan dan kegagalan siswa, jenis tujuan dan struktur kelas, sejarah prestasi anak, dan keyakinan mereka tentang sifat dari kemampuan.
2. Pemelajar atau siswa adalah pemroses informasi yang aktif. Pada tingkat tertinggi, penilaian diri atas kapabilitas seseorang dan interpretasi informasi dari lingkungan juga terlibat dalam motivasi yang berkaitan dengan prestasi.
3. Motif, kebutuhan, atau tujuan siswa merupakan pengetahuan ekslisit yang dapat dikomunikasikan kepada pihal lain. Ini berarti bahwa siswa dapat memikirkan keyakinan ini dan mengkonsumsikannya kepada orang lain.


Komponen Proses Motivasional

Tiga pendekatan untuk studi motivasi dalam latar belakang yang berkaitan dengan prestasi adalah:
1. Model Ekspektasi Nilai
Model ekspetasi nilai adalah perluasan dari model Atkinson(1958) yang mendefinisikan ekspektasi dan nilai sebagai konstruk motivasional. Berbeda dengan model Atkinson, versi ini memandang ekspektasi dan nilai sebagai kognitif ketimbang motivasional. Premis dasar dari model ini adalah ekspektasi kesuksesan siswa dan nilai yang mereka berikan pada kesuskesan merupakan determinan penting dari motivasi untuk melakuakan perilaku yang terkait prestasi. Model ini mengidentifikasi lima perilaku yang terkait prestasi yang dipengaruhi oleh proses motivasional. Kelima perilaku tersebut adalah pilihan, kegigihan, tingkat usaha, keterlibatan kognitif, dan kinerja aktual.
Nilai tugas dan ekspektasi secara langsung ditentukan oleh memori afektif anak dan tujuan dari skemata anak. Memori afektif terdiri dari reaksi emosi negatif atau positif yang diasosiasikan dengan pengalaman yang sama di masa lalu. Tujuan bisa jangka pendek dan panjang, dan skemata diri mencakup persepsi tentang diri ideal, persepsi tentang kesulitan tugas (domain), dan keyakinan tentang kemampuan seseorang.

Tabel 11.2
Komponen Nilai Tugas dalam Model Ekspektasi Nilai
Komponen
Definisi
Nilai Pencapaian
Arti penting melakukan yang terbaik dalam bidang studi atau pelajaran tertentu
Nilai Instrinsik
Kesenangan siswa dalam melakukan tugas dengan baik atau minat subjektif siswa.
Nilai kemanfaatan
Kegunaaan pelajaran atau bidang studi bagi anak.
Biaya
Sejauh mana pemilihan untuk terlibat dalam suatu aktivitas, seperti mengerjakan tugas sekolah, membatasi kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas lain.

2. Model Berorientasi tujuan
Model berorientasi tujuan membahas alasa siswa melakukan tugas akademik. Secara formal, orientasi tujuan adalah seperangkat niat kelakuan yang menentukan bagaimana siswa akan mendeteksi dan melakukan aktivitas belajar.

Tabel 11.3
Orientasi Tujuan Yang Berkaitan Dengan Belajar

Orientasi
Defenisi 
Tujuan belajar

Meningkatkan kompetensi seseorang; orientasi berhubungan dengan teori peningkatan intellegensi.

Tujuan penguasaan

Mengembangkan keterampilan baru, berusaha memahami kerja, atau mendapatkan pemahaman penguasaan berdasarkan standar referensi sendiri.

Tujuan berfokus tugas

Meningkatkan kompetensi seseorang, berusaha menguasai tugas.

Orientasi tugas

Sejauh mana siswa melaporkan perasaan kesuksesan atau kesenangan saat mereka melakukan tugas tertentu.


3. Teori Atribusi
Teori atribusi membahas pemikiran, emosi, dan ekspektasi seseorang setelah muncul hasil yang terkait dengan pencapaian. Tiga asumsi yang mendasari teori ini, yakni (a) pencairian pemahaman adalah motivator utama dari tindakan; (b) atribusi untuk hasil yang berkaitan dengan keberhasilan merupakan sumber informasi yang kompleks; dan (c) perilaku masa depan ditentukan sebagian oleh anggapan tentang penyebab dari hasil sebelumnya.

Tabel 11.5
Properti dari Atribusi yang Berkaitan dengan Prestasi Utama


Atribusi
Dimensi
Konsekuensi
Kemampuan
Internal

Stabil


Tidak terkontrol
Menimbulkan perasaan kompetensi atau inkompetensi dan perasaan bangga atau malu.
Hasil yang sama diharapkan lagi; emosi kebanggaan dan malu lebih besar; untuk kegagalan, pengunduran diri dan apati lebih besar.
Untuk kegagalan, memperbesar perasaan resignasi
Usaha
Internal
Tidak stabil
Dapat dikontrol
Menimbulkan rasa bangga dan kesuksesan
Tidak menurunkan ekspektasi kesuksesan
Memperbesar rasa bangga atau rasa bersalah.
Keberuntungan
Eksternal
Tidak stabil
Tidak terkontrol
Citra-diri tidak berubah
Tidak ada penurunan ekspektasi sukses
Menimbulkan kejutan baik untuk kesuksesan maupun kegagalan.
Lain-lain
Eksternal
Tidak stabil
Tidak terkontrol
(oleh penerima hasil)
Citra-diri tidak berubah
Tidak ada penurunan ekspektasi sukses
Menimbulkan rasa terima kasih atas pertolongan dan kemarahan pada pengelakan
Kesulitan tugas
Eksternal
Stabil
Tidak terkontrol
Tidak memperkuat harga diri karena hasil yang sukses
Beberapa hasil diharapkan lagi
Depresi dan frustasi atas kegagalan hasil.

Daftar Pustaka :
Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana  

0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 08 Oktober 2013

Model Kognitif dan Teori Motivasi Akademik

Pikiran dan perasaan siswa tentang sekolah dan tugas sekolah merupakan fokus utama dalam riset dan teori tentang belajar. Model Atkinson mengidentifikasi dua aspek penting dari sistem keyakinan siswa yang mempengaruhi motivasi prestasi. Mereka adalah harapan akan sukses dan nilai insentif dari keberhasilan, yakni kebanggaan meraih prestasi. Pendekatan yang berbeda untuk motivasi adalah pendapat bahwa pemahaman tentang penyebab kejadian di masa lalu akan mempengaruhi tindakan individu di masa depan.  Kondisi yang mungkin bertanggung jawab atas munculnya tindakan tersebut karena adanya faktor-faktor dalam orang tersebut dan lingkungannya.

Ada tiga asumsi mengenai pendekatan utama untuk analisis motivasi, 
yaitu :
1. Motivasi Individual adalah hasil dari interaksi antara faktor lingkungan dengan karakteristik tertentu dari anak. Di antaranya adalah norma sosial, catatan kinerja orang lain, reaksi afektif dari guru terhadap kesusksesan dan kegagalan siswa, jenis tujuan dan struktur kelas, sejarah prestasi anak, dan keyakinan mereka tentang sifat dari kemampuan.
2. Pemelajar atau siswa adalah pemroses informasi yang aktif. Pada tingkat tertinggi, penilaian diri atas kapabilitas seseorang dan interpretasi informasi dari lingkungan juga terlibat dalam motivasi yang berkaitan dengan prestasi.
3. Motif, kebutuhan, atau tujuan siswa merupakan pengetahuan ekslisit yang dapat dikomunikasikan kepada pihal lain. Ini berarti bahwa siswa dapat memikirkan keyakinan ini dan mengkonsumsikannya kepada orang lain.


Komponen Proses Motivasional

Tiga pendekatan untuk studi motivasi dalam latar belakang yang berkaitan dengan prestasi adalah:
1. Model Ekspektasi Nilai
Model ekspetasi nilai adalah perluasan dari model Atkinson(1958) yang mendefinisikan ekspektasi dan nilai sebagai konstruk motivasional. Berbeda dengan model Atkinson, versi ini memandang ekspektasi dan nilai sebagai kognitif ketimbang motivasional. Premis dasar dari model ini adalah ekspektasi kesuksesan siswa dan nilai yang mereka berikan pada kesuskesan merupakan determinan penting dari motivasi untuk melakuakan perilaku yang terkait prestasi. Model ini mengidentifikasi lima perilaku yang terkait prestasi yang dipengaruhi oleh proses motivasional. Kelima perilaku tersebut adalah pilihan, kegigihan, tingkat usaha, keterlibatan kognitif, dan kinerja aktual.
Nilai tugas dan ekspektasi secara langsung ditentukan oleh memori afektif anak dan tujuan dari skemata anak. Memori afektif terdiri dari reaksi emosi negatif atau positif yang diasosiasikan dengan pengalaman yang sama di masa lalu. Tujuan bisa jangka pendek dan panjang, dan skemata diri mencakup persepsi tentang diri ideal, persepsi tentang kesulitan tugas (domain), dan keyakinan tentang kemampuan seseorang.

Tabel 11.2
Komponen Nilai Tugas dalam Model Ekspektasi Nilai
Komponen
Definisi
Nilai Pencapaian
Arti penting melakukan yang terbaik dalam bidang studi atau pelajaran tertentu
Nilai Instrinsik
Kesenangan siswa dalam melakukan tugas dengan baik atau minat subjektif siswa.
Nilai kemanfaatan
Kegunaaan pelajaran atau bidang studi bagi anak.
Biaya
Sejauh mana pemilihan untuk terlibat dalam suatu aktivitas, seperti mengerjakan tugas sekolah, membatasi kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas lain.

2. Model Berorientasi tujuan
Model berorientasi tujuan membahas alasa siswa melakukan tugas akademik. Secara formal, orientasi tujuan adalah seperangkat niat kelakuan yang menentukan bagaimana siswa akan mendeteksi dan melakukan aktivitas belajar.

Tabel 11.3
Orientasi Tujuan Yang Berkaitan Dengan Belajar

Orientasi
Defenisi 
Tujuan belajar

Meningkatkan kompetensi seseorang; orientasi berhubungan dengan teori peningkatan intellegensi.

Tujuan penguasaan

Mengembangkan keterampilan baru, berusaha memahami kerja, atau mendapatkan pemahaman penguasaan berdasarkan standar referensi sendiri.

Tujuan berfokus tugas

Meningkatkan kompetensi seseorang, berusaha menguasai tugas.

Orientasi tugas

Sejauh mana siswa melaporkan perasaan kesuksesan atau kesenangan saat mereka melakukan tugas tertentu.


3. Teori Atribusi
Teori atribusi membahas pemikiran, emosi, dan ekspektasi seseorang setelah muncul hasil yang terkait dengan pencapaian. Tiga asumsi yang mendasari teori ini, yakni (a) pencairian pemahaman adalah motivator utama dari tindakan; (b) atribusi untuk hasil yang berkaitan dengan keberhasilan merupakan sumber informasi yang kompleks; dan (c) perilaku masa depan ditentukan sebagian oleh anggapan tentang penyebab dari hasil sebelumnya.

Tabel 11.5
Properti dari Atribusi yang Berkaitan dengan Prestasi Utama


Atribusi
Dimensi
Konsekuensi
Kemampuan
Internal

Stabil


Tidak terkontrol
Menimbulkan perasaan kompetensi atau inkompetensi dan perasaan bangga atau malu.
Hasil yang sama diharapkan lagi; emosi kebanggaan dan malu lebih besar; untuk kegagalan, pengunduran diri dan apati lebih besar.
Untuk kegagalan, memperbesar perasaan resignasi
Usaha
Internal
Tidak stabil
Dapat dikontrol
Menimbulkan rasa bangga dan kesuksesan
Tidak menurunkan ekspektasi kesuksesan
Memperbesar rasa bangga atau rasa bersalah.
Keberuntungan
Eksternal
Tidak stabil
Tidak terkontrol
Citra-diri tidak berubah
Tidak ada penurunan ekspektasi sukses
Menimbulkan kejutan baik untuk kesuksesan maupun kegagalan.
Lain-lain
Eksternal
Tidak stabil
Tidak terkontrol
(oleh penerima hasil)
Citra-diri tidak berubah
Tidak ada penurunan ekspektasi sukses
Menimbulkan rasa terima kasih atas pertolongan dan kemarahan pada pengelakan
Kesulitan tugas
Eksternal
Stabil
Tidak terkontrol
Tidak memperkuat harga diri karena hasil yang sukses
Beberapa hasil diharapkan lagi
Depresi dan frustasi atas kegagalan hasil.

Daftar Pustaka :
Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar