Pedagogi Tradisional dan Modern

Minggu, 16 Maret 2014

·         Pedagogi Tradisional
Pedagogi tradisional adalah seni mengajar. Guru yang efektif senantiasa menggunakan alternatif strategi pembelajaran, karena tidak ada pendekatan tunggal yang universal untuk semua bahan ajar dan situasi. Strategi yang berbeda digunakan dengan kombinasi yang berbeda untuk kelompok siswa yang berbeda, yang diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar. Strategi yang lebih cocok mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tertentu berbeda untuk masing-masing siswa dan konteksnya.
Pedagogi tradisional tidak ada pengangan karena secara historis kesulitan dalam mendefinisikan dan memahami pedagogi telah muncul sejak awal karena posisinya sebagai ilmu dan teori  dan sisi lain sebagai seni atau praktik mengajar dan belajar. Dalam praktiknya, implementasi kaidah-kaidah pedagogi berbenturan dengan upaya mempertahankan kekuasaan dan prestise semu atau karena pertimbangan yang “dibenarkan mengingat subsidi guru yang terus menerus atau alasan nonakademik lainnya (Salvatori, 1996). Paedagogi yang diidentifikasi sebagai praktik, teknik, metode atau pelaksanaan pembelajaran menjadi terpisah dari kerangka teori dan standar yang ditetapkan. Namun, teori pedagogi harus terpisah dengan praktik pedagogi, bahkan melahirkan sesuatu yang lebih spesifik dari praktik kehidupan sekolah dan manajemen kelas. Akibatnya, dibanyak negara, muncul hubungan sebagai berikut :

Ilmu vs Seni Paedagogi
Teori vs Praktik Paedagogi
Pengetahuan Paedagogi vs Pengetahuan ilmiah mata pelajaran
Kegiatan mengajar vs Kegiatan belajar

·         Paedagogi Modern
Pandangan tradisional memposisikan pedagogi sebatas seni mengajar atau mengasuh. Kini sangat kuat dan konsisten untuk mengembangkan hubungan dialektis yang bermanfaat antara pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi sebagai seni (Salvatori, 1996). Melihat paedagogi dari dua perspektif nampaknya paling ideal, memiliki fokus yang sama. Beberapa definisi yang terkait dengan padagogi disajikan berikut ini:

1. Pengajaran (teaching), yaitu teknik dan metode kerja guru dalam mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil. Termasuk dalam kerangka pengajaran adalah penilaian formatif dan sumatif, juga memberi peluang kepada siswa untuk “membantu” merevisi dan meningkatkan kualitas pemikiran dan pemahaman. (Guru pada posisi sentral).

2. Belajar (learning), yaitu proses siswa mengembangkan kemandirian dan inisiatif dalam memperoleh dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan (seperti penyelidikan, berpikir kritis, kerja sama tim, mengorganisasikan, dan memecahkan masalah). Sesuai dengan perjalanan waktu kualitas mengajar dapat mengakibatkan siswa mencapai pemikiran tingkat tinggi dan pemahaman yang mendalam, mengetahui tentang proses belajar mereka sendiri, metakognisi, kemampuan untuk mentransfer apa yang telah dipelajari pada situasi baru, dan kapasitas umum untuk menjalani kehidupan yang lebih luas dan belajar seumur hidup. Belajar semur hidup itu merupakan sebuah kontinum yang berlaku untuk guru.

3. Hubungan mengajar dengan belajar dengan faktor lain yang tergamit mendorong minat paeddagogi. Misalnya, siswa melakukan penelitian sederhana. Hubungan itu bisa bermakna siswa dibimbing oleh guru atau kegiatan belajar yang berpusat pada siswa, namun tetap di bawah bimbingan guru. Hubungan itu, apa pun bentuknnya tetap terkait degnan kegitatan mengajar dan belajar. Memang ada pemikiran yang kontras, bahwa aktivitas mengajar dan belajar itu kehilangan hubungan efikasi; siswa haru menjadi peroaktif dan lebih otonom.

4. Hubungan mengajar dan belajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada segala tahapan usia, yaitu sebagaiman yang dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan formal dan nonformal dalam masyarakat, dalam keluarga, dan dalam kehidupan kerja (Cropley dan Dave, 1978). Sekolah merupakan salah satu bagian dari total spektrum pengaruh pendidikan.

            Pedagogi yang efektif menggabungkan alternatif strategi pembelajaran yang mendukung keterlibatan intelektual, memiliki keterhubungan dangan dunia yang lebih luas, lingkungan kelas yang kondusif, dan pengakuan atas perbedaan penerapannya pada semua pelajaran.Praktif pedagogis yang efektif mempromosikan kesejahteraan siswa, guru, dan komunitas sekolah.

Pengertian dan Ruang Lingkup Pedagogi

SENI DAN ILMU MENGAJAR
Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Ilmu mengajar bisa dipelajari di mana pun dan kapan pun, baik individual, kelompok, maupaun dilembagakan. Cara guru memandu dan metode kerjanya membuat belajar siswa menjadi lebih mudah dan efektif. Inilah seni mengajar, yang tidak mungkin ditemukan pada proses alami kehidupan alam organik. Hubungan dua arah penting antara guru dan siswa sebagai pemberi dan penerima bantuan dan bimbingan. Siswa sebagai penerima dan mengikuti disiplin yang ditentukan oleh guru untuk  mengembangkan kematangan dan kemandiriannya. Sedangkan guru berperan dalam mendorong dan membangkitkan gairah baru siswa untuk membangun jembatan antara apa yang mereka ketahui dan dapat lakukan, serta bagaimana mereka mampu menjadi pembelajar yang aktif.

·         Pengajar yang Cerdas
Karakter Pribadi
  1. Kesatria. Mengakui kesalahan ketika memang melakukannya.
  2. Jujur. Memberitahu siswa tentang kebenaran dan menjelaskan tindakan dengan alasan situasi.
  3. Disiplin. Menunjukkan kontrol diri dan dapat diandalkan untuk melakukan hal yang benar dalam setiap situasi.
  4. Penyayang. Menunjukkan diri benar-benar peduli dengan siswa secara pribadi dan profesional.
  5. Integritas, Selalu melakukan apa yang dikatakan apapaun konsekuensi.
  6. Antusias. Tampil bersemangat dan percaya pada apa yang diajarkan benar-benar bermaslahat untuk hidup.
  7. Motif bagus. Menjadikan siswa selalu pada prioritas nomor satu.
  8. Komitmen. Menunjukkan semangat dan semangat untuk menyampaikan materi secara tuntas.

Tampilan di Kelas
  1. Persiapan. Ulasan catatan pembelajaran dan contoh untuk memastikan bahwa siswa belajar dengan lancar dan benar.
  2. Terorganisasi. Mengajar dengan menggunakan silabus dan urutan materi yang jelas sejak sesi pembelajaran pertama.
  3. Konsisten. Mengajar dengan tidak ada wabah emosional atau pola perilaku yang mengintimidasi siswa.
  4. Etika kerja. Menghabiskan waktu untuk benar-benar mempersiapkan pembelajaran di kelas dan laboratorium.
  5. Kecepatan. Datang ke kelas tepat waktu dan menjalankan tugas di kelas tidak lebih dari waktu yang diberikan.
  6. Sikap fleksibel. Terbuka atas ide-ide baru, saran, dan wawasan dari siswa.
  7. Dialog interaktif. Pembelajaran di kelas bersifat dua arah dan mengembangkan pengalaman komunikasi.
  8. Lingkungan belajar. Mendorong suasana yang “santai” dan terbuka untuk perubahan pengaturan agar tidak kaku.

MENGAJAR, AHLI PEDAGOGI, DAN PARADIGMA BELAJAR
·         Mengajar
Mengajar bermakna tindakan seseorang atau tim dalam memberi petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek didik tertentu agar mereka mengetahui dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang dikendaki. Pengajaran adalah semua proses tindakan yang terjadi dalam kerangka kegiatan mengajar. Kegiatan itu mulai dari merencanakan, melaksanakan, menilai, menganalisis hasil, melakukan refleksi, dan membuat tindak lanjut bagi perbuatan mengajar berikutnya.
·         Ahli Pedagogi
  • Menetepkan tujuan-tujuan pembelajaran yang sesuai dan mampu mengkomunikasikan dengan jelas
  • Menunjukkan sikap positif dan kepercayaan terhadap siswa, serta secara kontinyu bekerja untuk mengatasi kendala yang mungkin menghambat kemajuan belajar
  • Mengevaluasi dan menilai siswa secara adil dan cepat
  • Mendorong siswa berpikir dan memberdayakan diri untuk menemukan kreativitas mereka sendiri
  • Mempromosikan berbagai ide-ide, ekspresi, dan pendapat terbuka yang beragam, dengan tetap menjaga suasana integritas, kesopanan dan rasa hormat
  • Memandu siswa berhasil belajar melalui eksplorasi proses pemecahan masalah secara kreatif dan kritis, serta dan membantu siswa bergulat dengan ide-ide dan informasi yang mereka butuhkan untuk mengembankan pemahaman mereka sendiri
  • Mempromosikan penemuan siswa
  • Menjadikan mengajar dan belajar sebagai kegiatan ilmiah
  • Menjunjukkan rasa komitmen yang kuat bagi komuniatas akademis di samping keberhasilan pribadi di dalam kelas
  • Memberikan umpan balik secara teratur, konstruktif, dan obyektif untuk siswa
  • Menemukan cara yang unik dan kreatif untuk menghubungkan siswa satu sama lain

·         Paradigma Belajar
Asumsi yang mendasar adalah, bahwa pembelajar yang lebih akan terjadi ketika guru mendapatkan pemahaman yang prima tentang bagaimana kegiatan belajar terjadi. Guru akan lebih efektif bila memilih untuk  menggunakan strategi mengajar, memperluas perbendaharaan strategi, dan ahli dalam menggunakan strategi itu. Ada lima strategi mengajar sebagai berikut:
o   Strategi 1 : Pelatihan dan pelatihan lanjut.
o   Strategi 2 : Ceramah dan menjelaskan.
o   Strategi 3 : Mencari dan menemukan.
o   Strategi 4 : Kelompok dan tim.
o   Strategi 5 : Pengalaman dan refleksi.
Kelima strategi di atas menyediakan kerangka kerja konseptual yang berguna untuk mengorganisasi kegiatan pembelajaran.

PERBEDAAN ANTARA PEDAGOGI DAN ANDRAGOGI


Asumsi Paedagogi
Asumsi Andragogi
Konsep diri
Ketergantungan
Peningkatan arah-diri atau kemandirian
Pengalaman
Berharga kecil
Pelajar merupakan sumberdaya yang kaya untuk belajar
Kesiapan
Tugas perkembangan tekanan sosial
Tugas perkembangan peran sosial
Persfektif waktu
Aplikasi ditunda
Kecepatan aplikasi
Orientasi untuk belajar
Berpusat pada substansi mata pelajaran
Berpusat pada masalah
Iklim belajar
Berorientasi otoritas resmi dan kompetitif
Mutualitas, rasa hormat, kolaborasi dan informal
Perencanaan
Oleh guru
Reksa  (mutual) diagnosis diri
Perumusan tujuan
Oleh guru
Reksa negosiasi
Desain
Logika materi pelajaran untuk unit
Diurutkan dalam hal kesiapan unit masalah
Kegiatan
Teknik pelayanan
Teknik pengalaman (penyelidikan)
Evaluasi
Oleh guru
Reksa diagnosis kebutuhan dan program kebutuhan


Metode Pendidikan Orang Dewasa

Jumat, 14 Maret 2014

Metode yang dapat digunakan dalam pendidikan orang dewasa sangat banyak. Mulai dari penyajian formal sampai dengan widyawisata. Pengetahuan tentang metode ini sangat penting agar dapat menentukan metode yang sesuai dengan program pendidikan orang dewasa yang dilaksanakan. Metode pendidikan orang dewasa ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu (1) kontinum proses belajar, dan (2) jenis pertemuan yang dilakukan dalam pendidikan orang dewasa

1. Kontinum proses belajar sebagai dasar metode POD
Metode pendidikan orang dewasa sebaiknya dipilih berdasarkan tujuan pendidikan, yang pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1.      Membantu orang menata pengalaman masa lalu yang dimilikinya melalui cara baru, seperti konsultasi, latihan kepekaan, dan beberapa jenis latihan manajemen, yang membantu individu untuk dapat lebih memanfaatkan apa yang telah diketahuinya, dan
2.      Memberikan pengetahuan atau keterampilan baru, yakni mendorong individu untuk meraih pengetahuan atau keterampilan yang sudah dimilikinya.
Posisi atau sifat pengalaman belajar dalam kontinum proses belajar dapat memengaruhi beberapa hal berikut ini.
1.      Persiapan dan orientasi bagi proses belajar
2.      Suasana dan kecepatan belajar
3.      Peran dan sikap pembimbing
4.      Peran dan sikap peserta didik
5.      Metode yang diterapkan agar usaha belajar berhasil.

2. Pemilihan jenis pertemuan
Metode ini biasa digunakan dalam pendidikan orang dewasa. Ada beberapa jenis pertemuan yang dapat dipilih seseorang guna menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Pemilihan jenis pertemuan yang memuaskan tergantung pada apa yang ingin diselesaikan. Jenis-jenis pertemuan yang umum dilakukan dalam POD adalah sebagai berikut:

1.   Institusi. Mereka yang ikut dalam institusi adalah orang yang tertarik dalam bidang khusus. Dalam suatu institusi, serta identifikasi akan berlangsung pemberian informasi dan instruksi, serta identifikasi masalah dan pemecahannya. Keterbatasan instritusi, yaitu tujuan akhirnya sering tidak tercapai, dikarenakan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mengorganisasikan suatu institusi dan melihat perkembangannya, ada beberapa perencana yang tidak mau menyisihkan waktunya untuk keperluan itu. Hal ini harus menjadi tantangan bagi tim kerja dan keahlian pemimpinnya.

2.  Konvensi. Peserta datang dari kelompok lokal yang merupakan organisasi orang tua baik dari tingkat kabupaten, provinsi, ataupun tingkat nasional. Salah satu manfaat konvensi adalah memberikan peserta secara individual kesempatan melihat organisasi sebagai suatu badan penting di mana ia mengidentifikasikan dirinya. Jika konvensi dilaksanakan dengan baik, loyalitas peserta akan termotivasi, egonya akan berkurang, dan dedikasinya akan menguat. Kelehan konvensi adalah jika pelaksanaan kurang baik, maka tidak dapat memberikan motivasi kepada peserta. Semakin besar ruang lingkup konvensi, menyebabkan masing-masing peserta tidak saling mengenal.

3.  Konferensi. Petemuan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil. Jumlah peserta dalam konfensi mungkin hanya dua orang, atau sampai lima puluh orang atau lebih namun, jumlahnya tidak sebanyak peserta institusi. Keterbatasan konferensi adalah ketidakpastian kehadiran peserta, sulitnya megevaluasi apa yang telah dicapai dalam konferensi dan apa yang akan dikerjakan sebagai tindak lanjut.

4.    Lokakarya (Workshop). Pertemuan orang yang bekerja sama dalam kelompok kecil, biasanya dibatasi pada masalah yang berasal dari mereka sendiri. Peran peserta diharapkan untuk dapat mengahasilkan produk tertentu.

5.      Seminar. Secara umum dikenal sebagai lembaga belajar. Tujuan seminar adalah untuk mempelajari subjek di bawah seorang  pimpinan yang menguasasi bidang yang diseminarkan. Seminar sering berhubungan erat dengan riset. Seminar tidak dapat digunakan secara universal karena beragamnya latar belakang orang.

6.   Kursus Kilat. Institusi yang sangat intensif selama satu hari atau lebih tentang beberapa subjek khusus. Materinya disajikan dalam bentuk modul dan dimaksudkan untuk membantu peserta mengerjakan tugas secara lebih baik sesuai dengan pekerjaannya setelah kembali ke rumah. Kursus tidak terlalu menjadi daya tarik yang universal, sulit bagi perencana untuk mengembankgkan program yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan setiap orang yang terkait.

7.    Kuliah Bersambung. Suatu rangkaian penyajian yang diberikan oleh dosen dengan periode waktu satu kali per hari, satu kali per minggu, atau satu kali per bulan. Selang waktu antara masing-masing kuliah bervariasi. Keterbatasan kuliah bersambunga adalah dosen harus bekerja keras untuk mempersiapkan materinya dan cukup sulit untuk mendorong peserta melakukan tindakan tertentu.

8.      Kelas Formal. Pendidikan orang dewasa biasanya bergabung dengan program sekolah. Mereka yang hadir telah menyatakan minat mereka dan telah mendaftar, membayar uang pendaftaran, dan setuju terikat dengan peraturan program institusi.

9.   Diskusi Terbuka. Salah satu jenis pendidikan orang dewas yang sangat penting. Orang-orang yang berperan aktif yang cukup ahli dalam proses kelompok untuk memanfaatkan teknik secara penuh dalam meningkatkan kebebasan mengeluarkan pendapat.

Metode dalam pertemuan secara lengkap terdiri atas:
1.      Penyajian formal : ceramah atau kuliah, simposium, diskusi panel, dan kolokium.
2.   Teknik diskusi : diskusi kelompok dengan wakil pemimpik (xo-leader), kelompok hunddle, sesi buzz , teknik ”Philips 66”, tim pimpinan,tim pendengar, permainan peran, skit drama, curah pendapat (branstorming), diskusi informal, debat, diskusi mangkok ikan (fishbowl discussion), teknik kelompok nominal, forum kuliah, forum simposium, dan forum panel.
3.      Demonstrasi dan laboratorium : demonstrasi metode (cara), demonstrasi hasil, dan prosedur laboratorium
4.      Widyawisata
5.      Audiovisual dan komunikasi tertulis

Proses dan Perencanaan Pendidikan Orang Dewasa

Rabu, 12 Maret 2014

Proses belajar dan mengajar orang dewasa adalah suatu proses berlangsungnya kegiatan belajar yang dilakukan oleh pelajar atau peserta didik dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau pembimbing.  Proses belajar mengajar orang belajar berisikan beberapa bagian penting yang perlu dipahami seperti tahap proses belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, ciri-ciri belajar orang dewasa, suasana belajar, fungsi dan sikap pendidik, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan peran pendidik.
Proses belajar mengajar ditinjau dari dua sudut yaitu dari sudut orang yang belajar (peserta didik) dan orang yang memberi pengajaran (pendidik atau pembimbing). Peserta didik belajar melalui suatu proses belajr yang berlangsung secara bertahap dimulai dari timbulnya motivasi, perhatian, menerima dan mengingat, reproduksi, generalisasi, diakhiri dengan melaksanakan tugas belajar dan memberikan feedback terhadap hasilnya.
Proses belajar juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor fisik dan nonfisik. Faktor internal fisik mencakup ciri-ciri pribadi seperti umur, pendengaran, dan penglihatan. Faktor internal nonfisik termasuk tingkat aspirasi, bakat, dll. Faktor eksternal fisik berupa lingkungan seperti sarana dan prasarana belajar seperti keadaan ruangan, perlengkapan belajar, dll. Faktor eksternal nonfisik mencagkup, dorongan dari keluarga dan teman.
Suatu kegiatan pendidikan dikatakan berhasil apabila sudah menyusun suatu rancangan pendidikan yang baik. Perencanaan pendidikan orang dewasa dapat digunakan pendekatan perencanaan pendidikan luar sekolah atau pendidikan masyarakat. Perencanaan pendidikan juga tidak akan lengkap jika tidak disertai dengan rancangan pembelajaran. Jadi, perencanaan pendidikan dan rancangan pembelajarn diperlukan agar proses pendidikan dan pembelajaran orang dewasa dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa.

w  Komponen Perencanaan Pendidikan
Suatu perencanaan pendidikan mempunyai komponen tertentu yaitu:
1.      Peserta didik
2.      Tujuan belajar
3.      Sumber belajar (pembimbing)
4.      Kurikulum
5.      Organisasi pelaksana
6.      Kondisi masyarakat setempat, dan
7.      Kemanfaatan langsung

w  Dalam perencanaan pendidikan, ada hal-hal yang peru diperhatikan (Rahman, 1989), antara lain:
1.      Penemuan yang telah ada sebelumnya
2.      Perlunya penelitian keadaan lokasi
3.      Perkiraan kebutuhan
4.      Penyusunan skala prioritas
5.      Penyusunan tujuan dan strategi
6.      Rancangan implementasi, dan
7.      Penetapan waktu pelaksanaan dan penilaian

w  Prinsip perencanaan partisipatif
1.     Hubungan dengan masyarakat
2.   Partisipan tertarik, mau belajar dari orang ahli, memiliki kemampuan intelektual sebagai perencana, paham masalah pendidikan, dan dapat bekerja efektif
3.      Menggunakan teknik kerja kelompok
4.      Membuat ramalan dan program
5.      Mengambil keputusan yang dilakukan bersama

w  Prosedur perencanaan partisipatif
1.      Menentukan kebutuhan atas antisipasi terhadap perubahan lingkungan
2.      Melakukan ramalan, menentukan program, tujuan, misi perencanaan, dan priritas
3.      Menspesifikasi tujuan
4.      Menentukan standar performansi
5.      Menentukan alat/metode/alternatif pemecahan
6.      Melakukan implementasi dan menilai, serta mengadakan review

w  Fungsi peristiwa pengajaran
1.      Memperoleh perhatian peserta didik
2.      Memberitahu tujuan khusus pengajaran kepada peserta didik.
3.      Membantu peserta didik mengingat kembali pengetahuan yang telah dimiliki
4.      Menyajikan materi pelajaran
5.      Memberi bimbingan belajar
6.      Memperoleh performansi
7.      Memberi umpan balik tentang perbaikan performansi
8.      Menilai perfomansi peserta didik
9.      Meningkatkan retensi dan transfer

w  Rancangan pengajaran
1.      Identifikasi tujuan umum pengajaran
2.      Melakukan analisis pengajaran
3.      Identifikasi tingkah laku dasar dan ciri-ciri peserta didik
4.      Merumuskan tujuan performansi
5.      Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
6.      Mengembangkan strategi pengajaran
7.      Mengembangkan dan memilih materi pengajaran
8.      Merancang dan melakukan evaluasi formatif
9.      Merevisi materi pengajaran
10.  Merancang dan melakukan evaluasi sumatif




Minggu, 16 Maret 2014

Pedagogi Tradisional dan Modern

·         Pedagogi Tradisional
Pedagogi tradisional adalah seni mengajar. Guru yang efektif senantiasa menggunakan alternatif strategi pembelajaran, karena tidak ada pendekatan tunggal yang universal untuk semua bahan ajar dan situasi. Strategi yang berbeda digunakan dengan kombinasi yang berbeda untuk kelompok siswa yang berbeda, yang diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar. Strategi yang lebih cocok mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tertentu berbeda untuk masing-masing siswa dan konteksnya.
Pedagogi tradisional tidak ada pengangan karena secara historis kesulitan dalam mendefinisikan dan memahami pedagogi telah muncul sejak awal karena posisinya sebagai ilmu dan teori  dan sisi lain sebagai seni atau praktik mengajar dan belajar. Dalam praktiknya, implementasi kaidah-kaidah pedagogi berbenturan dengan upaya mempertahankan kekuasaan dan prestise semu atau karena pertimbangan yang “dibenarkan mengingat subsidi guru yang terus menerus atau alasan nonakademik lainnya (Salvatori, 1996). Paedagogi yang diidentifikasi sebagai praktik, teknik, metode atau pelaksanaan pembelajaran menjadi terpisah dari kerangka teori dan standar yang ditetapkan. Namun, teori pedagogi harus terpisah dengan praktik pedagogi, bahkan melahirkan sesuatu yang lebih spesifik dari praktik kehidupan sekolah dan manajemen kelas. Akibatnya, dibanyak negara, muncul hubungan sebagai berikut :

Ilmu vs Seni Paedagogi
Teori vs Praktik Paedagogi
Pengetahuan Paedagogi vs Pengetahuan ilmiah mata pelajaran
Kegiatan mengajar vs Kegiatan belajar

·         Paedagogi Modern
Pandangan tradisional memposisikan pedagogi sebatas seni mengajar atau mengasuh. Kini sangat kuat dan konsisten untuk mengembangkan hubungan dialektis yang bermanfaat antara pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi sebagai seni (Salvatori, 1996). Melihat paedagogi dari dua perspektif nampaknya paling ideal, memiliki fokus yang sama. Beberapa definisi yang terkait dengan padagogi disajikan berikut ini:

1. Pengajaran (teaching), yaitu teknik dan metode kerja guru dalam mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil. Termasuk dalam kerangka pengajaran adalah penilaian formatif dan sumatif, juga memberi peluang kepada siswa untuk “membantu” merevisi dan meningkatkan kualitas pemikiran dan pemahaman. (Guru pada posisi sentral).

2. Belajar (learning), yaitu proses siswa mengembangkan kemandirian dan inisiatif dalam memperoleh dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan (seperti penyelidikan, berpikir kritis, kerja sama tim, mengorganisasikan, dan memecahkan masalah). Sesuai dengan perjalanan waktu kualitas mengajar dapat mengakibatkan siswa mencapai pemikiran tingkat tinggi dan pemahaman yang mendalam, mengetahui tentang proses belajar mereka sendiri, metakognisi, kemampuan untuk mentransfer apa yang telah dipelajari pada situasi baru, dan kapasitas umum untuk menjalani kehidupan yang lebih luas dan belajar seumur hidup. Belajar semur hidup itu merupakan sebuah kontinum yang berlaku untuk guru.

3. Hubungan mengajar dengan belajar dengan faktor lain yang tergamit mendorong minat paeddagogi. Misalnya, siswa melakukan penelitian sederhana. Hubungan itu bisa bermakna siswa dibimbing oleh guru atau kegiatan belajar yang berpusat pada siswa, namun tetap di bawah bimbingan guru. Hubungan itu, apa pun bentuknnya tetap terkait degnan kegitatan mengajar dan belajar. Memang ada pemikiran yang kontras, bahwa aktivitas mengajar dan belajar itu kehilangan hubungan efikasi; siswa haru menjadi peroaktif dan lebih otonom.

4. Hubungan mengajar dan belajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada segala tahapan usia, yaitu sebagaiman yang dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan formal dan nonformal dalam masyarakat, dalam keluarga, dan dalam kehidupan kerja (Cropley dan Dave, 1978). Sekolah merupakan salah satu bagian dari total spektrum pengaruh pendidikan.

            Pedagogi yang efektif menggabungkan alternatif strategi pembelajaran yang mendukung keterlibatan intelektual, memiliki keterhubungan dangan dunia yang lebih luas, lingkungan kelas yang kondusif, dan pengakuan atas perbedaan penerapannya pada semua pelajaran.Praktif pedagogis yang efektif mempromosikan kesejahteraan siswa, guru, dan komunitas sekolah.

Pengertian dan Ruang Lingkup Pedagogi

SENI DAN ILMU MENGAJAR
Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Ilmu mengajar bisa dipelajari di mana pun dan kapan pun, baik individual, kelompok, maupaun dilembagakan. Cara guru memandu dan metode kerjanya membuat belajar siswa menjadi lebih mudah dan efektif. Inilah seni mengajar, yang tidak mungkin ditemukan pada proses alami kehidupan alam organik. Hubungan dua arah penting antara guru dan siswa sebagai pemberi dan penerima bantuan dan bimbingan. Siswa sebagai penerima dan mengikuti disiplin yang ditentukan oleh guru untuk  mengembangkan kematangan dan kemandiriannya. Sedangkan guru berperan dalam mendorong dan membangkitkan gairah baru siswa untuk membangun jembatan antara apa yang mereka ketahui dan dapat lakukan, serta bagaimana mereka mampu menjadi pembelajar yang aktif.

·         Pengajar yang Cerdas
Karakter Pribadi
  1. Kesatria. Mengakui kesalahan ketika memang melakukannya.
  2. Jujur. Memberitahu siswa tentang kebenaran dan menjelaskan tindakan dengan alasan situasi.
  3. Disiplin. Menunjukkan kontrol diri dan dapat diandalkan untuk melakukan hal yang benar dalam setiap situasi.
  4. Penyayang. Menunjukkan diri benar-benar peduli dengan siswa secara pribadi dan profesional.
  5. Integritas, Selalu melakukan apa yang dikatakan apapaun konsekuensi.
  6. Antusias. Tampil bersemangat dan percaya pada apa yang diajarkan benar-benar bermaslahat untuk hidup.
  7. Motif bagus. Menjadikan siswa selalu pada prioritas nomor satu.
  8. Komitmen. Menunjukkan semangat dan semangat untuk menyampaikan materi secara tuntas.

Tampilan di Kelas
  1. Persiapan. Ulasan catatan pembelajaran dan contoh untuk memastikan bahwa siswa belajar dengan lancar dan benar.
  2. Terorganisasi. Mengajar dengan menggunakan silabus dan urutan materi yang jelas sejak sesi pembelajaran pertama.
  3. Konsisten. Mengajar dengan tidak ada wabah emosional atau pola perilaku yang mengintimidasi siswa.
  4. Etika kerja. Menghabiskan waktu untuk benar-benar mempersiapkan pembelajaran di kelas dan laboratorium.
  5. Kecepatan. Datang ke kelas tepat waktu dan menjalankan tugas di kelas tidak lebih dari waktu yang diberikan.
  6. Sikap fleksibel. Terbuka atas ide-ide baru, saran, dan wawasan dari siswa.
  7. Dialog interaktif. Pembelajaran di kelas bersifat dua arah dan mengembangkan pengalaman komunikasi.
  8. Lingkungan belajar. Mendorong suasana yang “santai” dan terbuka untuk perubahan pengaturan agar tidak kaku.

MENGAJAR, AHLI PEDAGOGI, DAN PARADIGMA BELAJAR
·         Mengajar
Mengajar bermakna tindakan seseorang atau tim dalam memberi petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek didik tertentu agar mereka mengetahui dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang dikendaki. Pengajaran adalah semua proses tindakan yang terjadi dalam kerangka kegiatan mengajar. Kegiatan itu mulai dari merencanakan, melaksanakan, menilai, menganalisis hasil, melakukan refleksi, dan membuat tindak lanjut bagi perbuatan mengajar berikutnya.
·         Ahli Pedagogi
  • Menetepkan tujuan-tujuan pembelajaran yang sesuai dan mampu mengkomunikasikan dengan jelas
  • Menunjukkan sikap positif dan kepercayaan terhadap siswa, serta secara kontinyu bekerja untuk mengatasi kendala yang mungkin menghambat kemajuan belajar
  • Mengevaluasi dan menilai siswa secara adil dan cepat
  • Mendorong siswa berpikir dan memberdayakan diri untuk menemukan kreativitas mereka sendiri
  • Mempromosikan berbagai ide-ide, ekspresi, dan pendapat terbuka yang beragam, dengan tetap menjaga suasana integritas, kesopanan dan rasa hormat
  • Memandu siswa berhasil belajar melalui eksplorasi proses pemecahan masalah secara kreatif dan kritis, serta dan membantu siswa bergulat dengan ide-ide dan informasi yang mereka butuhkan untuk mengembankan pemahaman mereka sendiri
  • Mempromosikan penemuan siswa
  • Menjadikan mengajar dan belajar sebagai kegiatan ilmiah
  • Menjunjukkan rasa komitmen yang kuat bagi komuniatas akademis di samping keberhasilan pribadi di dalam kelas
  • Memberikan umpan balik secara teratur, konstruktif, dan obyektif untuk siswa
  • Menemukan cara yang unik dan kreatif untuk menghubungkan siswa satu sama lain

·         Paradigma Belajar
Asumsi yang mendasar adalah, bahwa pembelajar yang lebih akan terjadi ketika guru mendapatkan pemahaman yang prima tentang bagaimana kegiatan belajar terjadi. Guru akan lebih efektif bila memilih untuk  menggunakan strategi mengajar, memperluas perbendaharaan strategi, dan ahli dalam menggunakan strategi itu. Ada lima strategi mengajar sebagai berikut:
o   Strategi 1 : Pelatihan dan pelatihan lanjut.
o   Strategi 2 : Ceramah dan menjelaskan.
o   Strategi 3 : Mencari dan menemukan.
o   Strategi 4 : Kelompok dan tim.
o   Strategi 5 : Pengalaman dan refleksi.
Kelima strategi di atas menyediakan kerangka kerja konseptual yang berguna untuk mengorganisasi kegiatan pembelajaran.

PERBEDAAN ANTARA PEDAGOGI DAN ANDRAGOGI


Asumsi Paedagogi
Asumsi Andragogi
Konsep diri
Ketergantungan
Peningkatan arah-diri atau kemandirian
Pengalaman
Berharga kecil
Pelajar merupakan sumberdaya yang kaya untuk belajar
Kesiapan
Tugas perkembangan tekanan sosial
Tugas perkembangan peran sosial
Persfektif waktu
Aplikasi ditunda
Kecepatan aplikasi
Orientasi untuk belajar
Berpusat pada substansi mata pelajaran
Berpusat pada masalah
Iklim belajar
Berorientasi otoritas resmi dan kompetitif
Mutualitas, rasa hormat, kolaborasi dan informal
Perencanaan
Oleh guru
Reksa  (mutual) diagnosis diri
Perumusan tujuan
Oleh guru
Reksa negosiasi
Desain
Logika materi pelajaran untuk unit
Diurutkan dalam hal kesiapan unit masalah
Kegiatan
Teknik pelayanan
Teknik pengalaman (penyelidikan)
Evaluasi
Oleh guru
Reksa diagnosis kebutuhan dan program kebutuhan


Jumat, 14 Maret 2014

Metode Pendidikan Orang Dewasa

Metode yang dapat digunakan dalam pendidikan orang dewasa sangat banyak. Mulai dari penyajian formal sampai dengan widyawisata. Pengetahuan tentang metode ini sangat penting agar dapat menentukan metode yang sesuai dengan program pendidikan orang dewasa yang dilaksanakan. Metode pendidikan orang dewasa ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu (1) kontinum proses belajar, dan (2) jenis pertemuan yang dilakukan dalam pendidikan orang dewasa

1. Kontinum proses belajar sebagai dasar metode POD
Metode pendidikan orang dewasa sebaiknya dipilih berdasarkan tujuan pendidikan, yang pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1.      Membantu orang menata pengalaman masa lalu yang dimilikinya melalui cara baru, seperti konsultasi, latihan kepekaan, dan beberapa jenis latihan manajemen, yang membantu individu untuk dapat lebih memanfaatkan apa yang telah diketahuinya, dan
2.      Memberikan pengetahuan atau keterampilan baru, yakni mendorong individu untuk meraih pengetahuan atau keterampilan yang sudah dimilikinya.
Posisi atau sifat pengalaman belajar dalam kontinum proses belajar dapat memengaruhi beberapa hal berikut ini.
1.      Persiapan dan orientasi bagi proses belajar
2.      Suasana dan kecepatan belajar
3.      Peran dan sikap pembimbing
4.      Peran dan sikap peserta didik
5.      Metode yang diterapkan agar usaha belajar berhasil.

2. Pemilihan jenis pertemuan
Metode ini biasa digunakan dalam pendidikan orang dewasa. Ada beberapa jenis pertemuan yang dapat dipilih seseorang guna menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Pemilihan jenis pertemuan yang memuaskan tergantung pada apa yang ingin diselesaikan. Jenis-jenis pertemuan yang umum dilakukan dalam POD adalah sebagai berikut:

1.   Institusi. Mereka yang ikut dalam institusi adalah orang yang tertarik dalam bidang khusus. Dalam suatu institusi, serta identifikasi akan berlangsung pemberian informasi dan instruksi, serta identifikasi masalah dan pemecahannya. Keterbatasan instritusi, yaitu tujuan akhirnya sering tidak tercapai, dikarenakan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mengorganisasikan suatu institusi dan melihat perkembangannya, ada beberapa perencana yang tidak mau menyisihkan waktunya untuk keperluan itu. Hal ini harus menjadi tantangan bagi tim kerja dan keahlian pemimpinnya.

2.  Konvensi. Peserta datang dari kelompok lokal yang merupakan organisasi orang tua baik dari tingkat kabupaten, provinsi, ataupun tingkat nasional. Salah satu manfaat konvensi adalah memberikan peserta secara individual kesempatan melihat organisasi sebagai suatu badan penting di mana ia mengidentifikasikan dirinya. Jika konvensi dilaksanakan dengan baik, loyalitas peserta akan termotivasi, egonya akan berkurang, dan dedikasinya akan menguat. Kelehan konvensi adalah jika pelaksanaan kurang baik, maka tidak dapat memberikan motivasi kepada peserta. Semakin besar ruang lingkup konvensi, menyebabkan masing-masing peserta tidak saling mengenal.

3.  Konferensi. Petemuan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil. Jumlah peserta dalam konfensi mungkin hanya dua orang, atau sampai lima puluh orang atau lebih namun, jumlahnya tidak sebanyak peserta institusi. Keterbatasan konferensi adalah ketidakpastian kehadiran peserta, sulitnya megevaluasi apa yang telah dicapai dalam konferensi dan apa yang akan dikerjakan sebagai tindak lanjut.

4.    Lokakarya (Workshop). Pertemuan orang yang bekerja sama dalam kelompok kecil, biasanya dibatasi pada masalah yang berasal dari mereka sendiri. Peran peserta diharapkan untuk dapat mengahasilkan produk tertentu.

5.      Seminar. Secara umum dikenal sebagai lembaga belajar. Tujuan seminar adalah untuk mempelajari subjek di bawah seorang  pimpinan yang menguasasi bidang yang diseminarkan. Seminar sering berhubungan erat dengan riset. Seminar tidak dapat digunakan secara universal karena beragamnya latar belakang orang.

6.   Kursus Kilat. Institusi yang sangat intensif selama satu hari atau lebih tentang beberapa subjek khusus. Materinya disajikan dalam bentuk modul dan dimaksudkan untuk membantu peserta mengerjakan tugas secara lebih baik sesuai dengan pekerjaannya setelah kembali ke rumah. Kursus tidak terlalu menjadi daya tarik yang universal, sulit bagi perencana untuk mengembankgkan program yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan setiap orang yang terkait.

7.    Kuliah Bersambung. Suatu rangkaian penyajian yang diberikan oleh dosen dengan periode waktu satu kali per hari, satu kali per minggu, atau satu kali per bulan. Selang waktu antara masing-masing kuliah bervariasi. Keterbatasan kuliah bersambunga adalah dosen harus bekerja keras untuk mempersiapkan materinya dan cukup sulit untuk mendorong peserta melakukan tindakan tertentu.

8.      Kelas Formal. Pendidikan orang dewasa biasanya bergabung dengan program sekolah. Mereka yang hadir telah menyatakan minat mereka dan telah mendaftar, membayar uang pendaftaran, dan setuju terikat dengan peraturan program institusi.

9.   Diskusi Terbuka. Salah satu jenis pendidikan orang dewas yang sangat penting. Orang-orang yang berperan aktif yang cukup ahli dalam proses kelompok untuk memanfaatkan teknik secara penuh dalam meningkatkan kebebasan mengeluarkan pendapat.

Metode dalam pertemuan secara lengkap terdiri atas:
1.      Penyajian formal : ceramah atau kuliah, simposium, diskusi panel, dan kolokium.
2.   Teknik diskusi : diskusi kelompok dengan wakil pemimpik (xo-leader), kelompok hunddle, sesi buzz , teknik ”Philips 66”, tim pimpinan,tim pendengar, permainan peran, skit drama, curah pendapat (branstorming), diskusi informal, debat, diskusi mangkok ikan (fishbowl discussion), teknik kelompok nominal, forum kuliah, forum simposium, dan forum panel.
3.      Demonstrasi dan laboratorium : demonstrasi metode (cara), demonstrasi hasil, dan prosedur laboratorium
4.      Widyawisata
5.      Audiovisual dan komunikasi tertulis

Rabu, 12 Maret 2014

Proses dan Perencanaan Pendidikan Orang Dewasa

Proses belajar dan mengajar orang dewasa adalah suatu proses berlangsungnya kegiatan belajar yang dilakukan oleh pelajar atau peserta didik dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau pembimbing.  Proses belajar mengajar orang belajar berisikan beberapa bagian penting yang perlu dipahami seperti tahap proses belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, ciri-ciri belajar orang dewasa, suasana belajar, fungsi dan sikap pendidik, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan peran pendidik.
Proses belajar mengajar ditinjau dari dua sudut yaitu dari sudut orang yang belajar (peserta didik) dan orang yang memberi pengajaran (pendidik atau pembimbing). Peserta didik belajar melalui suatu proses belajr yang berlangsung secara bertahap dimulai dari timbulnya motivasi, perhatian, menerima dan mengingat, reproduksi, generalisasi, diakhiri dengan melaksanakan tugas belajar dan memberikan feedback terhadap hasilnya.
Proses belajar juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor fisik dan nonfisik. Faktor internal fisik mencakup ciri-ciri pribadi seperti umur, pendengaran, dan penglihatan. Faktor internal nonfisik termasuk tingkat aspirasi, bakat, dll. Faktor eksternal fisik berupa lingkungan seperti sarana dan prasarana belajar seperti keadaan ruangan, perlengkapan belajar, dll. Faktor eksternal nonfisik mencagkup, dorongan dari keluarga dan teman.
Suatu kegiatan pendidikan dikatakan berhasil apabila sudah menyusun suatu rancangan pendidikan yang baik. Perencanaan pendidikan orang dewasa dapat digunakan pendekatan perencanaan pendidikan luar sekolah atau pendidikan masyarakat. Perencanaan pendidikan juga tidak akan lengkap jika tidak disertai dengan rancangan pembelajaran. Jadi, perencanaan pendidikan dan rancangan pembelajarn diperlukan agar proses pendidikan dan pembelajaran orang dewasa dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa.

w  Komponen Perencanaan Pendidikan
Suatu perencanaan pendidikan mempunyai komponen tertentu yaitu:
1.      Peserta didik
2.      Tujuan belajar
3.      Sumber belajar (pembimbing)
4.      Kurikulum
5.      Organisasi pelaksana
6.      Kondisi masyarakat setempat, dan
7.      Kemanfaatan langsung

w  Dalam perencanaan pendidikan, ada hal-hal yang peru diperhatikan (Rahman, 1989), antara lain:
1.      Penemuan yang telah ada sebelumnya
2.      Perlunya penelitian keadaan lokasi
3.      Perkiraan kebutuhan
4.      Penyusunan skala prioritas
5.      Penyusunan tujuan dan strategi
6.      Rancangan implementasi, dan
7.      Penetapan waktu pelaksanaan dan penilaian

w  Prinsip perencanaan partisipatif
1.     Hubungan dengan masyarakat
2.   Partisipan tertarik, mau belajar dari orang ahli, memiliki kemampuan intelektual sebagai perencana, paham masalah pendidikan, dan dapat bekerja efektif
3.      Menggunakan teknik kerja kelompok
4.      Membuat ramalan dan program
5.      Mengambil keputusan yang dilakukan bersama

w  Prosedur perencanaan partisipatif
1.      Menentukan kebutuhan atas antisipasi terhadap perubahan lingkungan
2.      Melakukan ramalan, menentukan program, tujuan, misi perencanaan, dan priritas
3.      Menspesifikasi tujuan
4.      Menentukan standar performansi
5.      Menentukan alat/metode/alternatif pemecahan
6.      Melakukan implementasi dan menilai, serta mengadakan review

w  Fungsi peristiwa pengajaran
1.      Memperoleh perhatian peserta didik
2.      Memberitahu tujuan khusus pengajaran kepada peserta didik.
3.      Membantu peserta didik mengingat kembali pengetahuan yang telah dimiliki
4.      Menyajikan materi pelajaran
5.      Memberi bimbingan belajar
6.      Memperoleh performansi
7.      Memberi umpan balik tentang perbaikan performansi
8.      Menilai perfomansi peserta didik
9.      Meningkatkan retensi dan transfer

w  Rancangan pengajaran
1.      Identifikasi tujuan umum pengajaran
2.      Melakukan analisis pengajaran
3.      Identifikasi tingkah laku dasar dan ciri-ciri peserta didik
4.      Merumuskan tujuan performansi
5.      Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
6.      Mengembangkan strategi pengajaran
7.      Mengembangkan dan memilih materi pengajaran
8.      Merancang dan melakukan evaluasi formatif
9.      Merevisi materi pengajaran
10.  Merancang dan melakukan evaluasi sumatif