Perspektif Kognitif : II. Metakognisi dan Pemecahan Masalah

Selasa, 17 Desember 2013

HAKIKAT BELAJAR YANG KOMPLEKS
Teori kognitif membahasa situasi pendidikan yang terus berubah dalam dua hal. pertama, identifikasi dan penilaian kemampuan kognitif  yang harus dilakukan siswa untuk memandu mereka mempelajari tugas yang kompleks, memantau kemajuan mereka, dan mengubah pelajaran, jika perlu. Kapabilitas ini disebut sebagai metakognisi . Kedua, psikolog dan psikolog pendidikan telah banyak meriset berbagai maacam bentuk pemecahan masalah dalam ranah pelajaran yang berbeda-beda untuk memberi informasi pada praktik pendidikan.

Metakognisi
Secara umum metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir tentang pemikiran. Beberapa perspektif menekankan pengetahuan individual tentang kognisi dan penggunaan strategi. Pengetahuan kognisi: (a) pengetahuan dan kesadaran tentang pemikiran diri sendiri, dan (b) pengetahuan tentang kapan dan di mana harus menggunakan strategi yang diperoleh. Pengetahuan tentang pemikiran sesorang mencangkup informasi tentang kapasitas dan keterbatasan akan kesulitan selama belajar sehingga dapat dilakukan perbaikan. Pada penggunaan kognisi, periset kognisi membedakan antara strategi metakognisi dengan keterampilan kognitif. Periset juga telah mengusulkan model metakognisi yang berbeda untuk tugas berbeda. Terdiri dari tiga komponen model yaitu perencanaan, evaluasi, dan monitoring.

Model Aktivitas Metakognitif Dalam Belajar
Tahapan
Deskrisi
Contoh
Mendefinisikan tugas
Memunculkan persepsi tentang sifat dari tugas belajar, sumber daya yang tersedia, dan batasan.
Menyelesaikan tuas membaca tentang gunung berapi dan majalah National Geographic; bahasanya kompleks untuk siswa sekolah menegah, tetapi siswa punya waktu 1 setegah jam untuk menyelesaikan tugas ini.
Menentukan tujuan dan perencanaan
Memilih atau membuat tujuan dan rencana untuk menangani tugas belajar
Membaca artikel untuk pemrosesan mendalam guna persiapan ujian; diperlukan pencatatan personal dan pertanyaan diri.
Melakukan taktik dan strategi belajar
Mengimplementasikan aktivitas yang dipilih di tahap dua, dan menyesuaikannya jika perlu.
(1) Melakukan penyesuaian skala besar pada tugas, tujuan, rencana, dan keterlibatan.
atau
(2)Mengubah kondisi untuk belajar di masa depan (pengetahuan, keterampilan, keyakinan, disposisi, dan faktor motivasi)
Kosakata yang sulit dipahami dijumpai selama membaca akan menyebabkan jeda sejenak untuk mencari definisi istilah dan pembacaan ulang
Atau
Menurunkan standar profisiensi seseorang untuk materi sulit guna meringankan pemrosesan

Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah berkaitan dengan penaganan tugas yang baru dan tidak terbiasa saat metode solusi yang relevan (bahkan jika sudah dikuasai sebagian) tidak diketahui. Komponen formal dari suatu masalah adalah ketentuan, tujuan, dan kegiatan yang diperbolehkan atau prosedur yang mengubah informasi tertentu. Situasi juga mencangkup hambatan yang merintangi kemajuan dalam memecahkan masalah.
Riset kongnitif pada tahun 1970-an terutama mencangkup pengembangan (Pemecahan Masalah Umum [General Problem Solver,GPS], diskusi tentan heuristik, dan riset kecerdasan artifisial. Keterbatasan GPS dan heuristik adalah mereka tidak memberikan pengetahuan ranah spesifik. Teori ACT-R yang diperkenalkan pada tahun 1990-an menyajikan kognisi dalam bentuk aturan prosedural yang dibuat oleh sistem produksi, yang mengoordinasikan hasil dari beberapa modul independen.
Baru-baru ini riset pada latar lain membahas subproses dari pemecahan masalah dan keterampilan metakognitif yang terkait. Subproses yang diidentifikasi adalah merepresentasikan masalah, yang mencangkup pengidentifikasian elemen utama dan menciptakan peta mental, perencanaan, mengatasi halangan, dan melaksanakan rencana. Selain pengetahuan metakognitif tentan masalah dan strategi, keterampilan perencanaan, monitoringi, dan evaluasi merupakan hal penting dalam keberhasilan pemecahan masalah.

Subproses dalam Pemecahan Masalah dan Peran Keterampilan Metakogintif

Subproses
Peran Keterampilan Metakognitif
1.Merepresentasikan masalah
(mengidentifikasi ciri paling relevan dan menciptakan peta mental atas komponen-komponennya)
1a. Membantu dalam mengakses informasi yang relevan dari memori jangka panjang yang dapat memberi kontribusi pada identifikasi komponen masalah utama.
b. Membantu menciptakan “peta mental” dari ketentuan, relasi antar-unsur, tujuan, dan batasan
c. Membantu perekaman selektif, kombinasi selektif, dan perbandingan selektif, ketika diperlukan.
2.Perencanaan
2a. Me-review dan memilih rencana dan strategi, mungkin mengunakan eksplorasi yang terstruktur
3.Mengatasi halangan
3a. Membantu dalam pencarian ingatan jangka panjang untuk informasi baru
b. Mulai melakukan 1c di atas
4.Melaksanakan rencana( dan mengatasi halangan).
4a. Memonitor kemajuan dan memodifikasi rencana ketika perlu.
b. kembali ke-3, jika perlu.


Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.

Perspektif Kognitif : I. Pemrosesan Informasi

Otak bukan konsumen informasi yang pasif... informasi yang tersimpan dan strategi pemrosesan informasi dar)i sistem kognitif kita berinteraksi dengan informasi indrawi yang diterima dari lingkungan, memerhatikan secara selektif atas informasi yang masuk, mengaitkan makna untuk informasi tersebut 
(Wittrock, 1990)

Asumsi Dasar
Dua asumsi pokok mendukung riset pemrosesan informasi. Asumsi itu adalah: (a) sistem memori adalah pengolah informasi yang aktif dan terorganisasi, dan (b) pengetahuan sebelumnya berperan penting dalam belajar. Terkait dengan asumsi dasar ini adalah keyakinan tentang : (a) Hakikat sistem memori manusia; (b) cara-cara bagimana butir-butir pengetahuan dilambangkan dalam memori jangka panjang; dan (c) organisasi pengetahuan dalam memori jangka panjang.

Konsepsi Tentang Memori Manusia
Konsep
Deskripsi
Keterbatasan
Model multi-tahap
1.Mengasumsikan bahwa informasi diproses dalam tahapan yang berkaitan dengan sistem memori.
2.Struktur adalah register sensoris, simpanan jangka pendek, memori kerja, dan proses kontrol pelaksanaan.
3. Struktur tidak berlokasi di otak.
1. Kurangnya konfirmasi riset kapasitas struktur
2. Tidak memasukkan variasi dalam fungsi otak yang dapat terjadi
3. Prosedur sadar adalah hasil otak, bukan proses
Konsep sistem memori
Sistem adalah informasi episodik (personal atau autobiografis); semantik (pengetahuan umum); prosedural ( langkah yang membantu dalam memberi respons ke lingkungan secara adaptif)
Perbedaan dalam pemrosesan memori semantik dan prosedural tidak jelas
Konsep keadaaan
Mengonseptualisasikan memori dari sudut keadaan informasi (aktif atau tidak aktif )
Tidak menunjukkan tahap-tahap pemrosesan dalam mendapatkan informasi
Tahapan pemrosesan
1.Memori adalah efek samping dari analisis perseptual dalam serangkaian tahap sekuensial yang hierarkis
2. Tahap ini adalah analisis sensoris, pengenalan, pola, adan asosiasi semantik
Kedalaman pemrosesan tidak dapat diukur secara terpisah dari jumlah informasi yang diingat
Konsep wawasan global
1. Mengasumsikan bahwa jaringan adaptif di otak dikontrol oleh konteks dan tujuan tertentu.
2.Kesadaran utama adalah sebuah titik pada tahap memori kerja yang diarahkan oleh perhatian
Tidak membahas kerja aktual dari jaringan neuronal
Jaringan koneksionis, juga dikenal sebagai jaringan neural atau pemrosesan yang didistribusikan secara paralel (Parallel distributed processing –PDP)
1. Terdiri dari naktah atau unsur dan hubungan atau koneksi di dalam struktur jaringan.
2.Dideskripsikan sebagai jaringan pita Frisbee/karet gelang
3.Goyangan di dalam karet gelang ini merupakan sinyal masukan yang melintasi sebagian dari jaringan itu.
4.Kekencangan karet gelang itu (bobot koneksi) merepresentasikan belajar
1.Kebutuhan akan sarana fisik untuk mengubah bobot koneksi menyebabkan model ini tidak layak untuk menjelaskan belajar otonom oleh otak
2.Dalam simulasi komputer, koneksi awal harus diset secara mekanis oleh perancang
3. Tidak ada jaminan bahwa struktur model jaringan ini merepresentasikan jaringan otak

Bertentangan dengan pendapat lainnya, konsep wawasand global membahas kesadaran manusia. Apabila dianalogikan dengan teater, kesadaran adalah daerah yang tersoroti dalam memori kerja yang diterangi oleh perhatian. Faktor yang memengaruhi pemrosesan informasi secara sadar adalah faktor di balik layar, di antranya adalah fungsi pelaksana, sistem keyakinan seseorang, bahasa, metode kontrol tindakan, dan pendekatan untuk memecahkan masalah. Membuka akses ke sejumlah besar pengetahuan seseorang yang tidak disadari, merupakan karakteristik penting kesadaran. Kesadaran membantu menginterpretasikan informasi dengan mengakses informasi yang tidak disadari dan membuka akses ke pemecahan masalah ketidak sadaran, serta pada diri.

Komponen Belajar
Komponen utama dari belajar adalah: (a) kerangka belajar, yang mencangkup pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pemelajar dan organisasi informasi yang akan dipelajari; dan (b) proses yang diidentifikasi dalam model memori multitahap dan interaksinya. Proses itu adalah persepsi, pengkodean, dan pengkonstruksian makna, interaksi antara memori kerja dengan memori jangka panjang, dan pengambilan kembali (retrieval).

PRINSIP PEMBELAJARAN

Asumsi dasar dari pemrosesan informasi mendeskripsikan sifat dari sitem memori manusia dan representasi pengetahuan dalam memori. Aplikasinya di kelas didasarkan pada asumsi bahwa memori manusia adalah sistem aktif yang memilih, mengorganisasikan, dan mengkodekan untuk penyimpan informasi baru atau keterampilan yang akan dipelajari. Tujuan penting di kelas adalah mengembangkan dalam diri pemelajar kekayaan pengetahuan yang disimpan dan strategi efektif untuk memahami dan menguasai informasi dalam ranah yang berbeda-beda.

Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.

Kondisi Belajar Robert Gagne

Keterampilan, apresiasi, dan penalaran manusia dengan semua variasinya, dan juga harapan, aspirasi, sikap, dan nilai-nilai manusia, umunya diakui bahwa perkembangannya sebagian besar tergantung pada peristiwa yang disebut dengan belajar
( Gagne, 198, h.1)

Asumsi Belajar
Di dalam parameter pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil dari efek belajar kumulatif. Karakteristik belajar meliputi lebih dari proses tunggal, dan proses-proses itu tidak dapat diresuksi menjadi satu proses. Tahpa pemrosesan informasi yang ditunjang oleh rangsangan dari lingkungan dilakukan untuk jenis belajar yang berbeda.

Ada tiga prinsip dari pembelajaran yang efektif yang disebutkan oleh Gagne dalam analisis tugas latihan adalah: (a) memberikan pembelajaran mengenai seperangkat tugas-tugas komponen yang diarahkan untuk membangun tugas final; (b) memastikan bahwa setiap tugas komponen dikuasai; dan (c) sekuensi tugas komponen untuk memastikan transfer yang optimal ke tugas final.

Asumsi Dasar Kondisi Belajar Gagne

Asumsi
Alasan
1.Belajar dan pertumbuhan tidak boleh disamakan satu sama lain.
1.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan terutama ditentukan secara genetik. Faktor mempengaruhi belajar tertutama ditentukan oleh kejadian dalam lingkungan pemelajar
2.Belajar adalah faktor kausal penting dalam perkembangan individual
2.Model yang diusulkan Arnold Gessel, bahwa petumbuhan tubuh dan mental terkait erat, adalah tidak akurat
3.Banyak hasil belajar manusia digeneralisasikan ke berbagai macam situasi
3.Belajar bukan akuisi kepingan-kepingan informasi secara terpisah-pisah. Penjumlahan, misalnya, berlaku untuk situasi seperti penyeimbangan neraca, menghitung pajak, dan menyusun anggaran.
4.Belajar manusia adalah kumulatif; belajar keterampilan yang kompleks didasarkan pada belajar sebelumnya.
4.Seseorang tidak harus mempelajari seperangkat respons baru neraca lengkap di banyak situasi. Misalnya, keterampilan menjumlah angka memberi kontribusi untuk kemampuan membagi.
5. Belajar bukan proses tunggal.
5.Model S-R dapat menjelaskan asosiasi sederhana, tetapi tidak dapat menjelaskan belajar keterampilan yang kompleks. Juga, belajar membaca atau mengucapkan bahasa asing bukan hasil dari wawasan (insight).

Tinjauan atas Lima Variasi Belajar

Kategori
Belajar
Kapabilitas
Penampilan
Contoh
Informasi verbal
Pengambilan informasi yang tersimpan (fakta, label, diskursus)
Menyatakan atau mengomunikasikan informasi tersebut dengan berbagai cara
Penyusunan kalimat definisi patriotisme
Keterampilan intelektual
Operasi mental yang memungkinkan individu untuk merespons konseptualisasi lingkungan
Berinteraksi dengan lingkungan tersebut dengan meggunakan simbol
Membedakan antara merah dan biru, menghitung luas segitiga
Strategi kognitif
Proses kontrol pelaksana yang mengatur pemikiran dan belajar dari pemelajar
Mengelola ingatan, pemikiran, dan pemelajaran seseorang secara efisien
Menyusun kartu catatan untuk penulisan paper
Keterampilan motorik
Kapabilitas dan “rencana eksekutif” untuk melakukan sekuensi gerakan fisik
Mendemonstrasikan urutan fisik atau tindakan
Mengikat tali sepatu, menunjukkan gerak sayap kupu
Sikap
Predisposisi ke tindakan positif atau negatif terhadap orang, objek atau peristiwa
Memilih tindakan personal terhadap atau menjauh dari objek, peristiwa, atau orang
Memilih mengunjungi museum seni; menghidari konser musik rock


Kaitan antara Tahapan Belajar dengan Peristiwa Pembelajaran

Deskripsi
Tahapan
Fungsi
Persiapan Belajar
1. Mengarahkan perhatian



2. Harapan (ekspektasi)

3.Retrieval (pengambilan informasi dan/atau keterampilan yang relevan) untuk dimasukkan ke ingatan kerja.
Menarik perhatian siswa dengan menggunakan kejadian tidak seperti biasanya, pertanyaan atau perubahan stimulus
Mengorientasikan pemelajar pada tujuan belajar
Merangsang ingatan atas belajar yang telah dipelajari sebelumnya.

Akusisi dan kinerja
4. Persepsi selektif terhadap ciri stimulus

5. Pengkodean sematik



6. Pengambilan kembali dan respons


7. Penguatan
Memungkinkan penyimpanan stimulus penting secara temporer di dalam ingatan kerja
Transfer ciri stimulus dan informasi terkait ke dalam ingatan jangka panjang dan memberikan bimbingan belajar
Mengembalikan informasi yang tersimpan ke penggerak respons individual dan mengaktifkan respons dan memunculkan kinerja
Mengkonfirmasi harapan pemelajar tentang tujuan belajar (memberikan balikan informatif)
Transfer Belajar
8. Pengambilan petunjuk
9. Kemampuan generalisasi
Menilai perbuatan/kerja
Memunculkan kinerja dengan contoh baru.


Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.

Pengkondisisan Berpenguat Skinner

Defenisi Belajar
Skinner (1950) secara spesifik mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku. “Belajar bukan melakukan, belajar adalah mengubah apa yang kita lakukan” (Skinner, 1989,h. 15)

Tabel 4.1 Ringkasan Asumsi Dasar dalam Pengkondisian Berpenguat
Asumsi
Dasar Rasional
1.Belajar adalah perubahan perilaku/behavioral.
2.Perubahan perilaku secara fungsional berkaitan dengan perubahan dalam lingkungan atau kondisi.
3.Hukum relasi antara perilaku dan lingkungan dapat ditemukan hanya jika sifat behavioral dan kondisi eksperimental didefinisikan dalam istilah fisik dan diamati dibawah kondisi yang terkontrol.
4.Data dari studi eksperimental atas perilaku adalah satu-satunya sumber informasi tentang penyebab perilaku yang dapat diterima.
5. Perilaku subjek individual adalah sumber data yang tepat
6.Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan adalah sama untuk semua spesies.
1-4. Agar dapat disebut sains, psikologi harus:
a).Mempelajari kejadian yang dapat diamati dan dapat diukur
b).Dilakukan di dalam kondisi yang dikontrol dengan cermat, dan
c).Menentukan kejadian lingkungan yang merupakan penyebab



5.Relasi yang tepat hanya dapat diungkap melalui riset atas subjek individual.
6.Karena tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kejadian yang tampak yang memperkuat atau melemahkan frekuensi respons (perubahan behavioral), maka organisme tertentu (hewan atau manusia) bukan faktor utama.


Prinsip pengkondisian berpenguat dari B.F. Skinner melanjutkan tradisi yang telah dibangun oleh John Watson. Yakni, agar psikologi menjadi sebuah sains, studi perilaku harus menjadi fokus dari riset psikologi. Berbeda dengan teoritis stimulus-respons (S-R) lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang dikemukakan oleh model pengkondisian klasik Pavlov dan pengkondisian instrumental Thorndike. Dia mengusulkan sebuah paradigma yang mencangkup kedua tipe respon dan menganalisis kondisi-kondisi yang menyebabkan keluarnya respons atau perilaku berpenguat.

Analisa Skinner menghasilkan sistem penghematan kata yang diaplikasikan untuk dinamika perubahan perilaku baik di dalam laboratorium maupun  di ruang kelas. Belajar, yang direpresentasikan oleh rata-rata respons yang meningkat, di deskripsikan sebagai fungsi dari tiga urutan komponen (SD)- (R)- (Sreinf). Skinner mendeskripsikan praktik penempatan hewan percobaan dalam kotak teka-teki sebagai praktik menempatkan subjek dalam “terminal contigency” artinya, hewan harus berjuang dalam rangka meloloskan diri atau mendapatkan makanan. Prosedur yang tepat adalah membentuk perilaku hewan melalui pembentukan sekuensi stimulus-respons-penguatan secara cermat. Aproksimasi pada respons yang tepat diperkuat dengan jadwal yang berselang-seling sampai keseluruhan perilaku didapatkan.

Aplikasi di dalam kelas, Skinner menyebutkan praktik “tugas-dan-tes” sebagai contoh penempatan pemelajar manusia dalam kontigensi terminal. Skinner lebih merekomendasikan praktik penguatan komponen perilaku, seperti memerhatikan stimuli dan melakukan perilaku studi yang tepat. Hukuman (punishment) harus dihindari karena ia menghasilkan efek emosional yang tidak diinginkan dan tidak menimbulkan perilaku positif yang diinginkan. Kontribusi untuk praktik dikelas ada tiga yaitu, pertama, pencarian kondisi atau perilaku yang merepresentasikan keadaan seperti “tidak termotivasi” adalah langkah penting dalam identifikasi jalannya tindakan yang tepat. Kedua, observasi kelas kontemporer menunjukkan banyaknya inkonsistensi dan pengunaan penguatan nonkontigen yang menimbulkan masalah disiplin di kelas. Analisis atas situasi interaktif dalam term stimuli diskriminatif, yaitu respons dan penguatan adalah langkah penting dalam mengoreksi masalah tersebut. Ketiga, materi belajar terprogram, jika didesain dengan tepat, dapat diberikan perbedaan individual dalam kelas.

Analisis Skinner mencangkup peran penguat yang dikondisikan dan alamiah, penguat positif dan negatif, dan penguat yang digeneralisasikan (umum). Analisisnya mencangkup pula pengembangan belajar terprogram untuk perilaku verbal. Perbedaan individual dalam keterampilan awal dan tingkat belajar mungkin dapat diakomodasi dengan materi seperti itu.

Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.

Selasa, 17 Desember 2013

Perspektif Kognitif : II. Metakognisi dan Pemecahan Masalah

HAKIKAT BELAJAR YANG KOMPLEKS
Teori kognitif membahasa situasi pendidikan yang terus berubah dalam dua hal. pertama, identifikasi dan penilaian kemampuan kognitif  yang harus dilakukan siswa untuk memandu mereka mempelajari tugas yang kompleks, memantau kemajuan mereka, dan mengubah pelajaran, jika perlu. Kapabilitas ini disebut sebagai metakognisi . Kedua, psikolog dan psikolog pendidikan telah banyak meriset berbagai maacam bentuk pemecahan masalah dalam ranah pelajaran yang berbeda-beda untuk memberi informasi pada praktik pendidikan.

Metakognisi
Secara umum metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir tentang pemikiran. Beberapa perspektif menekankan pengetahuan individual tentang kognisi dan penggunaan strategi. Pengetahuan kognisi: (a) pengetahuan dan kesadaran tentang pemikiran diri sendiri, dan (b) pengetahuan tentang kapan dan di mana harus menggunakan strategi yang diperoleh. Pengetahuan tentang pemikiran sesorang mencangkup informasi tentang kapasitas dan keterbatasan akan kesulitan selama belajar sehingga dapat dilakukan perbaikan. Pada penggunaan kognisi, periset kognisi membedakan antara strategi metakognisi dengan keterampilan kognitif. Periset juga telah mengusulkan model metakognisi yang berbeda untuk tugas berbeda. Terdiri dari tiga komponen model yaitu perencanaan, evaluasi, dan monitoring.

Model Aktivitas Metakognitif Dalam Belajar
Tahapan
Deskrisi
Contoh
Mendefinisikan tugas
Memunculkan persepsi tentang sifat dari tugas belajar, sumber daya yang tersedia, dan batasan.
Menyelesaikan tuas membaca tentang gunung berapi dan majalah National Geographic; bahasanya kompleks untuk siswa sekolah menegah, tetapi siswa punya waktu 1 setegah jam untuk menyelesaikan tugas ini.
Menentukan tujuan dan perencanaan
Memilih atau membuat tujuan dan rencana untuk menangani tugas belajar
Membaca artikel untuk pemrosesan mendalam guna persiapan ujian; diperlukan pencatatan personal dan pertanyaan diri.
Melakukan taktik dan strategi belajar
Mengimplementasikan aktivitas yang dipilih di tahap dua, dan menyesuaikannya jika perlu.
(1) Melakukan penyesuaian skala besar pada tugas, tujuan, rencana, dan keterlibatan.
atau
(2)Mengubah kondisi untuk belajar di masa depan (pengetahuan, keterampilan, keyakinan, disposisi, dan faktor motivasi)
Kosakata yang sulit dipahami dijumpai selama membaca akan menyebabkan jeda sejenak untuk mencari definisi istilah dan pembacaan ulang
Atau
Menurunkan standar profisiensi seseorang untuk materi sulit guna meringankan pemrosesan

Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah berkaitan dengan penaganan tugas yang baru dan tidak terbiasa saat metode solusi yang relevan (bahkan jika sudah dikuasai sebagian) tidak diketahui. Komponen formal dari suatu masalah adalah ketentuan, tujuan, dan kegiatan yang diperbolehkan atau prosedur yang mengubah informasi tertentu. Situasi juga mencangkup hambatan yang merintangi kemajuan dalam memecahkan masalah.
Riset kongnitif pada tahun 1970-an terutama mencangkup pengembangan (Pemecahan Masalah Umum [General Problem Solver,GPS], diskusi tentan heuristik, dan riset kecerdasan artifisial. Keterbatasan GPS dan heuristik adalah mereka tidak memberikan pengetahuan ranah spesifik. Teori ACT-R yang diperkenalkan pada tahun 1990-an menyajikan kognisi dalam bentuk aturan prosedural yang dibuat oleh sistem produksi, yang mengoordinasikan hasil dari beberapa modul independen.
Baru-baru ini riset pada latar lain membahas subproses dari pemecahan masalah dan keterampilan metakognitif yang terkait. Subproses yang diidentifikasi adalah merepresentasikan masalah, yang mencangkup pengidentifikasian elemen utama dan menciptakan peta mental, perencanaan, mengatasi halangan, dan melaksanakan rencana. Selain pengetahuan metakognitif tentan masalah dan strategi, keterampilan perencanaan, monitoringi, dan evaluasi merupakan hal penting dalam keberhasilan pemecahan masalah.

Subproses dalam Pemecahan Masalah dan Peran Keterampilan Metakogintif

Subproses
Peran Keterampilan Metakognitif
1.Merepresentasikan masalah
(mengidentifikasi ciri paling relevan dan menciptakan peta mental atas komponen-komponennya)
1a. Membantu dalam mengakses informasi yang relevan dari memori jangka panjang yang dapat memberi kontribusi pada identifikasi komponen masalah utama.
b. Membantu menciptakan “peta mental” dari ketentuan, relasi antar-unsur, tujuan, dan batasan
c. Membantu perekaman selektif, kombinasi selektif, dan perbandingan selektif, ketika diperlukan.
2.Perencanaan
2a. Me-review dan memilih rencana dan strategi, mungkin mengunakan eksplorasi yang terstruktur
3.Mengatasi halangan
3a. Membantu dalam pencarian ingatan jangka panjang untuk informasi baru
b. Mulai melakukan 1c di atas
4.Melaksanakan rencana( dan mengatasi halangan).
4a. Memonitor kemajuan dan memodifikasi rencana ketika perlu.
b. kembali ke-3, jika perlu.


Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.

Perspektif Kognitif : I. Pemrosesan Informasi

Otak bukan konsumen informasi yang pasif... informasi yang tersimpan dan strategi pemrosesan informasi dar)i sistem kognitif kita berinteraksi dengan informasi indrawi yang diterima dari lingkungan, memerhatikan secara selektif atas informasi yang masuk, mengaitkan makna untuk informasi tersebut 
(Wittrock, 1990)

Asumsi Dasar
Dua asumsi pokok mendukung riset pemrosesan informasi. Asumsi itu adalah: (a) sistem memori adalah pengolah informasi yang aktif dan terorganisasi, dan (b) pengetahuan sebelumnya berperan penting dalam belajar. Terkait dengan asumsi dasar ini adalah keyakinan tentang : (a) Hakikat sistem memori manusia; (b) cara-cara bagimana butir-butir pengetahuan dilambangkan dalam memori jangka panjang; dan (c) organisasi pengetahuan dalam memori jangka panjang.

Konsepsi Tentang Memori Manusia
Konsep
Deskripsi
Keterbatasan
Model multi-tahap
1.Mengasumsikan bahwa informasi diproses dalam tahapan yang berkaitan dengan sistem memori.
2.Struktur adalah register sensoris, simpanan jangka pendek, memori kerja, dan proses kontrol pelaksanaan.
3. Struktur tidak berlokasi di otak.
1. Kurangnya konfirmasi riset kapasitas struktur
2. Tidak memasukkan variasi dalam fungsi otak yang dapat terjadi
3. Prosedur sadar adalah hasil otak, bukan proses
Konsep sistem memori
Sistem adalah informasi episodik (personal atau autobiografis); semantik (pengetahuan umum); prosedural ( langkah yang membantu dalam memberi respons ke lingkungan secara adaptif)
Perbedaan dalam pemrosesan memori semantik dan prosedural tidak jelas
Konsep keadaaan
Mengonseptualisasikan memori dari sudut keadaan informasi (aktif atau tidak aktif )
Tidak menunjukkan tahap-tahap pemrosesan dalam mendapatkan informasi
Tahapan pemrosesan
1.Memori adalah efek samping dari analisis perseptual dalam serangkaian tahap sekuensial yang hierarkis
2. Tahap ini adalah analisis sensoris, pengenalan, pola, adan asosiasi semantik
Kedalaman pemrosesan tidak dapat diukur secara terpisah dari jumlah informasi yang diingat
Konsep wawasan global
1. Mengasumsikan bahwa jaringan adaptif di otak dikontrol oleh konteks dan tujuan tertentu.
2.Kesadaran utama adalah sebuah titik pada tahap memori kerja yang diarahkan oleh perhatian
Tidak membahas kerja aktual dari jaringan neuronal
Jaringan koneksionis, juga dikenal sebagai jaringan neural atau pemrosesan yang didistribusikan secara paralel (Parallel distributed processing –PDP)
1. Terdiri dari naktah atau unsur dan hubungan atau koneksi di dalam struktur jaringan.
2.Dideskripsikan sebagai jaringan pita Frisbee/karet gelang
3.Goyangan di dalam karet gelang ini merupakan sinyal masukan yang melintasi sebagian dari jaringan itu.
4.Kekencangan karet gelang itu (bobot koneksi) merepresentasikan belajar
1.Kebutuhan akan sarana fisik untuk mengubah bobot koneksi menyebabkan model ini tidak layak untuk menjelaskan belajar otonom oleh otak
2.Dalam simulasi komputer, koneksi awal harus diset secara mekanis oleh perancang
3. Tidak ada jaminan bahwa struktur model jaringan ini merepresentasikan jaringan otak

Bertentangan dengan pendapat lainnya, konsep wawasand global membahas kesadaran manusia. Apabila dianalogikan dengan teater, kesadaran adalah daerah yang tersoroti dalam memori kerja yang diterangi oleh perhatian. Faktor yang memengaruhi pemrosesan informasi secara sadar adalah faktor di balik layar, di antranya adalah fungsi pelaksana, sistem keyakinan seseorang, bahasa, metode kontrol tindakan, dan pendekatan untuk memecahkan masalah. Membuka akses ke sejumlah besar pengetahuan seseorang yang tidak disadari, merupakan karakteristik penting kesadaran. Kesadaran membantu menginterpretasikan informasi dengan mengakses informasi yang tidak disadari dan membuka akses ke pemecahan masalah ketidak sadaran, serta pada diri.

Komponen Belajar
Komponen utama dari belajar adalah: (a) kerangka belajar, yang mencangkup pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pemelajar dan organisasi informasi yang akan dipelajari; dan (b) proses yang diidentifikasi dalam model memori multitahap dan interaksinya. Proses itu adalah persepsi, pengkodean, dan pengkonstruksian makna, interaksi antara memori kerja dengan memori jangka panjang, dan pengambilan kembali (retrieval).

PRINSIP PEMBELAJARAN

Asumsi dasar dari pemrosesan informasi mendeskripsikan sifat dari sitem memori manusia dan representasi pengetahuan dalam memori. Aplikasinya di kelas didasarkan pada asumsi bahwa memori manusia adalah sistem aktif yang memilih, mengorganisasikan, dan mengkodekan untuk penyimpan informasi baru atau keterampilan yang akan dipelajari. Tujuan penting di kelas adalah mengembangkan dalam diri pemelajar kekayaan pengetahuan yang disimpan dan strategi efektif untuk memahami dan menguasai informasi dalam ranah yang berbeda-beda.

Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.

Kondisi Belajar Robert Gagne

Keterampilan, apresiasi, dan penalaran manusia dengan semua variasinya, dan juga harapan, aspirasi, sikap, dan nilai-nilai manusia, umunya diakui bahwa perkembangannya sebagian besar tergantung pada peristiwa yang disebut dengan belajar
( Gagne, 198, h.1)

Asumsi Belajar
Di dalam parameter pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil dari efek belajar kumulatif. Karakteristik belajar meliputi lebih dari proses tunggal, dan proses-proses itu tidak dapat diresuksi menjadi satu proses. Tahpa pemrosesan informasi yang ditunjang oleh rangsangan dari lingkungan dilakukan untuk jenis belajar yang berbeda.

Ada tiga prinsip dari pembelajaran yang efektif yang disebutkan oleh Gagne dalam analisis tugas latihan adalah: (a) memberikan pembelajaran mengenai seperangkat tugas-tugas komponen yang diarahkan untuk membangun tugas final; (b) memastikan bahwa setiap tugas komponen dikuasai; dan (c) sekuensi tugas komponen untuk memastikan transfer yang optimal ke tugas final.

Asumsi Dasar Kondisi Belajar Gagne

Asumsi
Alasan
1.Belajar dan pertumbuhan tidak boleh disamakan satu sama lain.
1.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan terutama ditentukan secara genetik. Faktor mempengaruhi belajar tertutama ditentukan oleh kejadian dalam lingkungan pemelajar
2.Belajar adalah faktor kausal penting dalam perkembangan individual
2.Model yang diusulkan Arnold Gessel, bahwa petumbuhan tubuh dan mental terkait erat, adalah tidak akurat
3.Banyak hasil belajar manusia digeneralisasikan ke berbagai macam situasi
3.Belajar bukan akuisi kepingan-kepingan informasi secara terpisah-pisah. Penjumlahan, misalnya, berlaku untuk situasi seperti penyeimbangan neraca, menghitung pajak, dan menyusun anggaran.
4.Belajar manusia adalah kumulatif; belajar keterampilan yang kompleks didasarkan pada belajar sebelumnya.
4.Seseorang tidak harus mempelajari seperangkat respons baru neraca lengkap di banyak situasi. Misalnya, keterampilan menjumlah angka memberi kontribusi untuk kemampuan membagi.
5. Belajar bukan proses tunggal.
5.Model S-R dapat menjelaskan asosiasi sederhana, tetapi tidak dapat menjelaskan belajar keterampilan yang kompleks. Juga, belajar membaca atau mengucapkan bahasa asing bukan hasil dari wawasan (insight).

Tinjauan atas Lima Variasi Belajar

Kategori
Belajar
Kapabilitas
Penampilan
Contoh
Informasi verbal
Pengambilan informasi yang tersimpan (fakta, label, diskursus)
Menyatakan atau mengomunikasikan informasi tersebut dengan berbagai cara
Penyusunan kalimat definisi patriotisme
Keterampilan intelektual
Operasi mental yang memungkinkan individu untuk merespons konseptualisasi lingkungan
Berinteraksi dengan lingkungan tersebut dengan meggunakan simbol
Membedakan antara merah dan biru, menghitung luas segitiga
Strategi kognitif
Proses kontrol pelaksana yang mengatur pemikiran dan belajar dari pemelajar
Mengelola ingatan, pemikiran, dan pemelajaran seseorang secara efisien
Menyusun kartu catatan untuk penulisan paper
Keterampilan motorik
Kapabilitas dan “rencana eksekutif” untuk melakukan sekuensi gerakan fisik
Mendemonstrasikan urutan fisik atau tindakan
Mengikat tali sepatu, menunjukkan gerak sayap kupu
Sikap
Predisposisi ke tindakan positif atau negatif terhadap orang, objek atau peristiwa
Memilih tindakan personal terhadap atau menjauh dari objek, peristiwa, atau orang
Memilih mengunjungi museum seni; menghidari konser musik rock


Kaitan antara Tahapan Belajar dengan Peristiwa Pembelajaran

Deskripsi
Tahapan
Fungsi
Persiapan Belajar
1. Mengarahkan perhatian



2. Harapan (ekspektasi)

3.Retrieval (pengambilan informasi dan/atau keterampilan yang relevan) untuk dimasukkan ke ingatan kerja.
Menarik perhatian siswa dengan menggunakan kejadian tidak seperti biasanya, pertanyaan atau perubahan stimulus
Mengorientasikan pemelajar pada tujuan belajar
Merangsang ingatan atas belajar yang telah dipelajari sebelumnya.

Akusisi dan kinerja
4. Persepsi selektif terhadap ciri stimulus

5. Pengkodean sematik



6. Pengambilan kembali dan respons


7. Penguatan
Memungkinkan penyimpanan stimulus penting secara temporer di dalam ingatan kerja
Transfer ciri stimulus dan informasi terkait ke dalam ingatan jangka panjang dan memberikan bimbingan belajar
Mengembalikan informasi yang tersimpan ke penggerak respons individual dan mengaktifkan respons dan memunculkan kinerja
Mengkonfirmasi harapan pemelajar tentang tujuan belajar (memberikan balikan informatif)
Transfer Belajar
8. Pengambilan petunjuk
9. Kemampuan generalisasi
Menilai perbuatan/kerja
Memunculkan kinerja dengan contoh baru.


Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.

Pengkondisisan Berpenguat Skinner

Defenisi Belajar
Skinner (1950) secara spesifik mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku. “Belajar bukan melakukan, belajar adalah mengubah apa yang kita lakukan” (Skinner, 1989,h. 15)

Tabel 4.1 Ringkasan Asumsi Dasar dalam Pengkondisian Berpenguat
Asumsi
Dasar Rasional
1.Belajar adalah perubahan perilaku/behavioral.
2.Perubahan perilaku secara fungsional berkaitan dengan perubahan dalam lingkungan atau kondisi.
3.Hukum relasi antara perilaku dan lingkungan dapat ditemukan hanya jika sifat behavioral dan kondisi eksperimental didefinisikan dalam istilah fisik dan diamati dibawah kondisi yang terkontrol.
4.Data dari studi eksperimental atas perilaku adalah satu-satunya sumber informasi tentang penyebab perilaku yang dapat diterima.
5. Perilaku subjek individual adalah sumber data yang tepat
6.Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan adalah sama untuk semua spesies.
1-4. Agar dapat disebut sains, psikologi harus:
a).Mempelajari kejadian yang dapat diamati dan dapat diukur
b).Dilakukan di dalam kondisi yang dikontrol dengan cermat, dan
c).Menentukan kejadian lingkungan yang merupakan penyebab



5.Relasi yang tepat hanya dapat diungkap melalui riset atas subjek individual.
6.Karena tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kejadian yang tampak yang memperkuat atau melemahkan frekuensi respons (perubahan behavioral), maka organisme tertentu (hewan atau manusia) bukan faktor utama.


Prinsip pengkondisian berpenguat dari B.F. Skinner melanjutkan tradisi yang telah dibangun oleh John Watson. Yakni, agar psikologi menjadi sebuah sains, studi perilaku harus menjadi fokus dari riset psikologi. Berbeda dengan teoritis stimulus-respons (S-R) lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang dikemukakan oleh model pengkondisian klasik Pavlov dan pengkondisian instrumental Thorndike. Dia mengusulkan sebuah paradigma yang mencangkup kedua tipe respon dan menganalisis kondisi-kondisi yang menyebabkan keluarnya respons atau perilaku berpenguat.

Analisa Skinner menghasilkan sistem penghematan kata yang diaplikasikan untuk dinamika perubahan perilaku baik di dalam laboratorium maupun  di ruang kelas. Belajar, yang direpresentasikan oleh rata-rata respons yang meningkat, di deskripsikan sebagai fungsi dari tiga urutan komponen (SD)- (R)- (Sreinf). Skinner mendeskripsikan praktik penempatan hewan percobaan dalam kotak teka-teki sebagai praktik menempatkan subjek dalam “terminal contigency” artinya, hewan harus berjuang dalam rangka meloloskan diri atau mendapatkan makanan. Prosedur yang tepat adalah membentuk perilaku hewan melalui pembentukan sekuensi stimulus-respons-penguatan secara cermat. Aproksimasi pada respons yang tepat diperkuat dengan jadwal yang berselang-seling sampai keseluruhan perilaku didapatkan.

Aplikasi di dalam kelas, Skinner menyebutkan praktik “tugas-dan-tes” sebagai contoh penempatan pemelajar manusia dalam kontigensi terminal. Skinner lebih merekomendasikan praktik penguatan komponen perilaku, seperti memerhatikan stimuli dan melakukan perilaku studi yang tepat. Hukuman (punishment) harus dihindari karena ia menghasilkan efek emosional yang tidak diinginkan dan tidak menimbulkan perilaku positif yang diinginkan. Kontribusi untuk praktik dikelas ada tiga yaitu, pertama, pencarian kondisi atau perilaku yang merepresentasikan keadaan seperti “tidak termotivasi” adalah langkah penting dalam identifikasi jalannya tindakan yang tepat. Kedua, observasi kelas kontemporer menunjukkan banyaknya inkonsistensi dan pengunaan penguatan nonkontigen yang menimbulkan masalah disiplin di kelas. Analisis atas situasi interaktif dalam term stimuli diskriminatif, yaitu respons dan penguatan adalah langkah penting dalam mengoreksi masalah tersebut. Ketiga, materi belajar terprogram, jika didesain dengan tepat, dapat diberikan perbedaan individual dalam kelas.

Analisis Skinner mencangkup peran penguat yang dikondisikan dan alamiah, penguat positif dan negatif, dan penguat yang digeneralisasikan (umum). Analisisnya mencangkup pula pengembangan belajar terprogram untuk perilaku verbal. Perbedaan individual dalam keterampilan awal dan tingkat belajar mungkin dapat diakomodasi dengan materi seperti itu.

Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Terjemahan Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana.