Teori Perkembangan Psikologi Kultural-Historis Lev S. Vygotsky

Selasa, 22 Oktober 2013

Semua fungsi psikologis yang lebih tinggi [proses kognitif] memiliki karakteristik psikologis umum yang membedakannya dari semua proses mental lainnya; Mereka itu merupakan proses penguasaan reaksi kita sendiri melalui berbagai cara.
(Vygotsky)

Lev Vygotsky membahas proses psikologis peringkat tinggi yang disebutnya sebagai proses psikologis atau mental. Termasuk di dalamnya adalah atensi yang diorganisasikan sendiri, persepsi kategoris, pemikiran konseptual, dan memori logis. Komponen esensial dari perkembangan tersebut adalah tanda dan simbol dari kultur seseorang dan interaksinya dengan orang dewasa, yang dideskripsikan sebagai “bentuk ideal” dari perilaku. Vygotsky mendasarkan analisisnya pada eksperimen di mana subjek menunjukkan pemahaman mereka tentang peran tanda-tanda kultural (perangkat psikologis) dalam membahas tugas kognitif.

PRINSIP PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS
Tujuan Vygotsky adalah menciptakan psikologi yang secara teoritis dan metodologis sederajat dengan tugas meneliti karakteristik manusia yang unik. Ada tiga bidang yang membentuk landasan analisis Vygotsky terhadap perkembangan kapabilitas mental manusia, yaitu:

1. Hakikat Kecerdasan Manusia
Sifat Kecerdasan manusia mencangkup empat topik yang saling terkait, yaitu (a) perbedaan antara hewan/manusia dalam kegiatan mental, (b) landasan filosofis, (c) konsep perangkat psikologis; dan (d) pengaruh sistem simbol (perangkat psikologis) terhadap perkembangan manusia.

2. Deret Perkembangan Biologis dan Kultural-Historis
Analisis perbedaan antara perilaku hewan dan manusia menimbulkan identifikasi dua deret perkembangan psikologis yang berbeda secara kualitatif. Satu deret menyatakan bahwa faktor-faktor biologis adalah bagian dari proses evolusi. Termasuk di dalamnya adalah perkebangan sistem syaraf sentral dan pertumbuhan fisik dan kedewasaan. Dalam spesies manusia, faktor biologis mendominasi bulan-bulan awal masa kehidupan, bertanggung jawab atas persepsi sederhana, memori natural, atau langsung dan atensi involuntari. Kemunculan fungsi mental elementar ini juga disebut sebagai perkembangan alami atau primitif.

3. Metode Eksperimental-Genetik (Development)
Vygotsky mendeskripsikan proses perkembangan kognitif sebagai proses yang kompleks dan terus berubah, namun para peneliti tidak meneliti proses ini. Sebaliknya, mereka hanya mengimplementasikan satu model situasi stimulus-respon. Meski para psikolog telah mempelajari konstelasi stimuli yang berbeda dan beragam reaksi, mereka belum mengambil langkah fundamental untuk melampaui model tersebut.

PRINSIP PEMBELAJARAN
Vygotsky mendeskripsikan transformasi dari persepsi sederhana, atensi involuntari dan memori sederhana ke dalam persepsi kategoris, pemikiran knseptual, memori logis, dan atensi yang diatur sendiri. Baik itu kultur individual maupun hubungan pendidikan dengan perkembangan berperan penting dalam perkembangan kognitif.

Asumsi Dasar
Ada dua asumsi dasar yang berhubungan dengan pembelajaran dari teori Vygotsky. Pertama adalah kultur membangun cara berpikir dengan bahasa dan simbol kultural lainnya dan mereka adalah cara berpikir yang dikembangkan anak dalam kultur itu. kedua adalah pembelajaran mendahului dan memandu perkembangan kognitif.

Komponen Pembelajaran
Komponen penting dari pembelajaran adalah: (a) menentukan tahap pembelajaran yang tepat (b) mengimplementasikan hukum genetik perkembangan kognitif dan (c) mengembangkan pemikiran verbal siswa.

APLIKASI PENDIDIKAN
Program untuk mengajari membaca bagi pembaca yang lemah merefleksikan konsep Vygotsky tentang kolaborasi siswa,guru, pemodelan guru dan imitasi, serta abstraksi makna dari simbol, programnya yaitu: Reading Recovery, yang didesain oleh Marie Clay (1985) untuk anak kelas satu yang belum menguasai proses membaca di kelas reguler. Dan Pengajaran Resiprokal, yang dikembangkan oleh Palinscar Brown untuk mengajar strategi pemahaman pada anak yang memiliki  masalah membaca. Anak belajar menilai secara subjektif yang artinya penting untuk memantau apakah mereka sudah memahami teks atau belum.
Prinsip Vygotsky setidaknya mengandung dua implikasi penting lainnya. Pertama, makna lambang dan simbol yang digunakan dalam kultur bukan kebetulan. Kedua, teori ini juga memandang masyarakat secara umum sebagai kultur yang berusaha memahami implikasi dari masyarakat berbasi media.

Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana

Teori Perkembangan Kognitif - Jean Piaget

Selasa, 15 Oktober 2013

Untuk memahami gagasan tentang belajar yang memadai, kita pertama-tama harus menjelaskan bagaimana individu bisa mengonstuksi dan menciptkan, bukan hanya bagaimana dia mengulangi dan meniru.(Piaget)

Teori Perkembangan kognitif berfokus pada terbentuknya pemikiran manusia pada peringkat tertinggi, serta mendeskripsikan peristiwa dan kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai peringkat tersebut. Ada dua teoritisi perkembangan kognitif, Jean Piaget dan Lev S. Vygotsky mereka mendeskripsikan aspek pemikiran yang berbeda-beda. Pada postingan ini, saya mengangkat teori perkembagnan kognitif, Jean Piaget. Jean Piaget, psikolog swiss, membahas perkembangan pemikiran logis dalam bentuk penalaran kausal tentang suatu peristiwa. Piaget mendasarkan investigasinya atas manipulasi dan interaksi individual anak dengan objek di lingkungannya.
Fokus dari teori Jean Piaget yang bertujuan untuk menemukan karakteristik dari logika alamiah dan transformasinya yang terdiri dari proses penalaran yang dibangun oleh individu pada berbagai fase dalam perkembangan kognitif seperti logika bertindak, berbicara, berpikir dalam berbagai macam bentuk. Tujuan ini mengharuskan dilakukannya penelitian atas akar dari pemikiran logis pada bayi, jenis penalaran yang dilakukan anak kecil, dan proses penalaran remaja dan dewasa. Dalam karya Piaget, pengetahuan adalah proses mengetahui melalui interaksi dengan lingkungan, dan kecerdasan adalah sistem terorganisasi yang membentuk struktur yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Karena itu, kecerdasan merupakan suatu proses yang terus berjalan dan berubah , dan aktivitas pemelajar menciptakan proses mengetahui. 
Transformasi dari salah satu bentuk penalaran ke bentuk yang lain tergantung kepada empat faktor esensial. Faktor itu adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial, dan proses yang disebut sebagai penyeimbangan (equilibration).

KOMPONEN PERKEMBANGAN KOGNITIF
Teori ini adalah proses yang menjelaskan kemajuan dari satu taraf penalaran dan pemikiran ke taraf yang lebih tinggi. Dua topik utama dalam teori Piaget mengilustrasikan proses ini, yaitu :

1. Sifat Psikologis dan Pemikiran Logis
Karakteristik esensial dari pemikiran logikal adalah konstruksi struktur psikological dengan karakteristik partikular. Secara spesifik, pemelajar (a) secara jelas mengenali perubahan (transformasi) dan ketidakberubahan (konservasi) situasi; (b) memahami operasi kebalikan untuk setiap transformasi (keterbalikan); dan (c) mengidentifikasi solusi masalah sebagai keniscayaan logikal..

2. Proses fundamental yang terlibat dalam interaksi dengan lingkungan.
Proses fundamental dalam perkembangan pemikiran logis adalah asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah integrasi elemen eksternal ke dalam struktur intermal pemelajar. Akomodasi mencangkup penyesuaian dalam struktur internal pemelajar dan transformasi kualitatif dalam pemikiran. Kesadaran anak bahwa dua keyakinan kontradiktif yang dianutnya tidak mungkin dua-duanya benar (konflik kognitif) sering memicu reorganisasi pemikiran anak. Ekuilibrasi adalah seperangkat proses yang kompleks dan dinamis yang secara kontinyu mengatur perilaku. Peran utama ekuilibrasi adalah mempertahankan fungsi intelektual selama perkembangan.

Peringkat Penalaran Kompleks
Periode perkembangan kognitif yang diidentifikasi oleh Piaget adalah tahap sensorimotor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal. Pada sensorimotor, bayi mengkonstruksi tindakan yang memungkinkannya untuk bereaksi pada lingkungan. Pada periode pra-operasional, anak membuat keputusan tentang kejadian berdasarkan petunjuk perseptual dan tidak membedakan antara realitas, kemungkinan, dan keniscayaan dalam situasi pemecahan masalah. Pada periode operasional konkret dan formal mempresentasikan penalaran logis, meskipun periode ini berbeda secara kualitatif. Pemikiran operasional konkret terbatas pada manipulasi langsung atas objek. Tetapi anak mengembangkan pemikiran logis yang berhubungan dengan jumlah, penggolongan, dan konservasi kuantitas secara kontinum. Dalam pemikiran operasional formal, individu dapat memecahkan situasi multifaktor karena dia dapat mengonseptualisasikan semua kombinasi faktor dalam situasi tertentu. Individu secara sistematis menguji hipotesis tentang situasi itu untuk mendapatkan penjelasan yang benar.

Aplikasi Pendidikan
Peran pendidikan, menurut Piaget, adalah mendukung riset spontan oleh anak. Eksperimen dengan objek rii dan interaksi dengan teman, yang didukung oleh pertanyaan dari guru, memungkinkan anak untuk mengonstruksi pengetahuan fisika dan logika matematika. Persayaratan utama untuk kurikulum adalah kesempatan yang luas bagi anak untuk berinteraksi dengan dunia fisik melalui berbagai cara, memperbaiki kesalahan mereka, dan mengembangkan jawaban melalui intraksi dengan teman.

Kelemahan dari Teori Piaget
  • Memahami istilah dan definisi dasar yang sulit
  • Kurikulum Piagetian sulit diimplementasikan dan dipertahankan
  • Persepektifnya mengesampingkan relasi antara pemikiran logis dan belajar dasar, seperti membaca.

Daftar Pustaka :
Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana

Model Kognitif dan Teori Motivasi Akademik

Selasa, 08 Oktober 2013

Pikiran dan perasaan siswa tentang sekolah dan tugas sekolah merupakan fokus utama dalam riset dan teori tentang belajar. Model Atkinson mengidentifikasi dua aspek penting dari sistem keyakinan siswa yang mempengaruhi motivasi prestasi. Mereka adalah harapan akan sukses dan nilai insentif dari keberhasilan, yakni kebanggaan meraih prestasi. Pendekatan yang berbeda untuk motivasi adalah pendapat bahwa pemahaman tentang penyebab kejadian di masa lalu akan mempengaruhi tindakan individu di masa depan.  Kondisi yang mungkin bertanggung jawab atas munculnya tindakan tersebut karena adanya faktor-faktor dalam orang tersebut dan lingkungannya.

Ada tiga asumsi mengenai pendekatan utama untuk analisis motivasi, 
yaitu :
1. Motivasi Individual adalah hasil dari interaksi antara faktor lingkungan dengan karakteristik tertentu dari anak. Di antaranya adalah norma sosial, catatan kinerja orang lain, reaksi afektif dari guru terhadap kesusksesan dan kegagalan siswa, jenis tujuan dan struktur kelas, sejarah prestasi anak, dan keyakinan mereka tentang sifat dari kemampuan.
2. Pemelajar atau siswa adalah pemroses informasi yang aktif. Pada tingkat tertinggi, penilaian diri atas kapabilitas seseorang dan interpretasi informasi dari lingkungan juga terlibat dalam motivasi yang berkaitan dengan prestasi.
3. Motif, kebutuhan, atau tujuan siswa merupakan pengetahuan ekslisit yang dapat dikomunikasikan kepada pihal lain. Ini berarti bahwa siswa dapat memikirkan keyakinan ini dan mengkonsumsikannya kepada orang lain.


Komponen Proses Motivasional

Tiga pendekatan untuk studi motivasi dalam latar belakang yang berkaitan dengan prestasi adalah:
1. Model Ekspektasi Nilai
Model ekspetasi nilai adalah perluasan dari model Atkinson(1958) yang mendefinisikan ekspektasi dan nilai sebagai konstruk motivasional. Berbeda dengan model Atkinson, versi ini memandang ekspektasi dan nilai sebagai kognitif ketimbang motivasional. Premis dasar dari model ini adalah ekspektasi kesuksesan siswa dan nilai yang mereka berikan pada kesuskesan merupakan determinan penting dari motivasi untuk melakuakan perilaku yang terkait prestasi. Model ini mengidentifikasi lima perilaku yang terkait prestasi yang dipengaruhi oleh proses motivasional. Kelima perilaku tersebut adalah pilihan, kegigihan, tingkat usaha, keterlibatan kognitif, dan kinerja aktual.
Nilai tugas dan ekspektasi secara langsung ditentukan oleh memori afektif anak dan tujuan dari skemata anak. Memori afektif terdiri dari reaksi emosi negatif atau positif yang diasosiasikan dengan pengalaman yang sama di masa lalu. Tujuan bisa jangka pendek dan panjang, dan skemata diri mencakup persepsi tentang diri ideal, persepsi tentang kesulitan tugas (domain), dan keyakinan tentang kemampuan seseorang.

Tabel 11.2
Komponen Nilai Tugas dalam Model Ekspektasi Nilai
Komponen
Definisi
Nilai Pencapaian
Arti penting melakukan yang terbaik dalam bidang studi atau pelajaran tertentu
Nilai Instrinsik
Kesenangan siswa dalam melakukan tugas dengan baik atau minat subjektif siswa.
Nilai kemanfaatan
Kegunaaan pelajaran atau bidang studi bagi anak.
Biaya
Sejauh mana pemilihan untuk terlibat dalam suatu aktivitas, seperti mengerjakan tugas sekolah, membatasi kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas lain.

2. Model Berorientasi tujuan
Model berorientasi tujuan membahas alasa siswa melakukan tugas akademik. Secara formal, orientasi tujuan adalah seperangkat niat kelakuan yang menentukan bagaimana siswa akan mendeteksi dan melakukan aktivitas belajar.

Tabel 11.3
Orientasi Tujuan Yang Berkaitan Dengan Belajar

Orientasi
Defenisi 
Tujuan belajar

Meningkatkan kompetensi seseorang; orientasi berhubungan dengan teori peningkatan intellegensi.

Tujuan penguasaan

Mengembangkan keterampilan baru, berusaha memahami kerja, atau mendapatkan pemahaman penguasaan berdasarkan standar referensi sendiri.

Tujuan berfokus tugas

Meningkatkan kompetensi seseorang, berusaha menguasai tugas.

Orientasi tugas

Sejauh mana siswa melaporkan perasaan kesuksesan atau kesenangan saat mereka melakukan tugas tertentu.


3. Teori Atribusi
Teori atribusi membahas pemikiran, emosi, dan ekspektasi seseorang setelah muncul hasil yang terkait dengan pencapaian. Tiga asumsi yang mendasari teori ini, yakni (a) pencairian pemahaman adalah motivator utama dari tindakan; (b) atribusi untuk hasil yang berkaitan dengan keberhasilan merupakan sumber informasi yang kompleks; dan (c) perilaku masa depan ditentukan sebagian oleh anggapan tentang penyebab dari hasil sebelumnya.

Tabel 11.5
Properti dari Atribusi yang Berkaitan dengan Prestasi Utama


Atribusi
Dimensi
Konsekuensi
Kemampuan
Internal

Stabil


Tidak terkontrol
Menimbulkan perasaan kompetensi atau inkompetensi dan perasaan bangga atau malu.
Hasil yang sama diharapkan lagi; emosi kebanggaan dan malu lebih besar; untuk kegagalan, pengunduran diri dan apati lebih besar.
Untuk kegagalan, memperbesar perasaan resignasi
Usaha
Internal
Tidak stabil
Dapat dikontrol
Menimbulkan rasa bangga dan kesuksesan
Tidak menurunkan ekspektasi kesuksesan
Memperbesar rasa bangga atau rasa bersalah.
Keberuntungan
Eksternal
Tidak stabil
Tidak terkontrol
Citra-diri tidak berubah
Tidak ada penurunan ekspektasi sukses
Menimbulkan kejutan baik untuk kesuksesan maupun kegagalan.
Lain-lain
Eksternal
Tidak stabil
Tidak terkontrol
(oleh penerima hasil)
Citra-diri tidak berubah
Tidak ada penurunan ekspektasi sukses
Menimbulkan rasa terima kasih atas pertolongan dan kemarahan pada pengelakan
Kesulitan tugas
Eksternal
Stabil
Tidak terkontrol
Tidak memperkuat harga diri karena hasil yang sukses
Beberapa hasil diharapkan lagi
Depresi dan frustasi atas kegagalan hasil.

Daftar Pustaka :
Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana  

Teori Kognitif - Sosial Albert Bandura

Selasa, 01 Oktober 2013

Fungsi utama dari pikiran adalah memungkinkan orang untuk memprediksi kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol kejadian yang mempengaruhi hidup mereka (Bandura,1995)

Karya awal mengidentifikasi peran model behavioral dalam belajar perilaku prososial dan antisosial dan peran dari model dalam modifikasi perilaku. Teori ini kemudian mengidentifikasi beberapa faktor sosial dan kognitif yang mempengaruhi belajar. Termasuk di dalamnya adalah kapabilitas menggunakan simbol dan melakukan tindakan yang diniatkan dan bertujuan. Termasuk juga pada pengaruh media terhadap nilai, sikap, dan gaya perilaku pemirsa (Bandura,1986).

PRINSIP BELAJAR
Teori kognitif-sosial Albert Bandura berusaha menjelaskan belajar dalam latar naturalistik. Lingkungan sosial memberi banyak kesempatan bagi individu untuk mendapatkan keterampilan dan kemampuan yang kompleks melalui observasi perilaku model dan konsekuensi behavioral.

ASUMSI TEORI BELAJAR KOGNITIF-SOSIAL
1. Pembelajar dapat (a)mengabstraksi informasi dari pengamatan terhadap orang lain, dan (b) membuat keputusan tentang perilaku yang akan dijalankan.
2. Tiga cara relasi yang saling terkait antara perilaku (B), lingkungan (E) dan kejadian personal internal (P) akan menjelaskan belajar.
3. Belajar adalah akuisisi representatif simbolik dalam bentuk kode verbal atau visual.

KOMPONEN BELAJAR:
1. MODEL BEHAVIORAL
Fungsi model perilaku adalah mentransmisikan informasi kepada pengamat melalui salah satu dari tiga cara, yaitu:
a. Menjadi petunjuk bagi perilaku yang sama pada orang lain
b. Memperkuat atau melemahkan sikap menahan diri pemelajar terhadap pelaksanaan perilaku tertentu, dan 
c. Menunjukkan pola perilaku baru.
Model nyata adalah anggota keluarga, guru, teman, rekan kerja, dan orang lain di setting sosial sekitarnya.

2. KONSEKUENSI PERILAKU
Ada tiga jenis konsekuensi yang mempengaruhi perilaku padaTeori kognitif-sosial, yaitu:
1. Penguat Pengganti / konsekuensi pengganti (Vicarious reinforcement). Diasosiasikan dengan perilaku yang diamati. Model menerima penguatan atau hukuman untuk perilaku tertentu, dan konsekuensi untuk model ini menimbulkan reaski emosional pada diri pengamat. 

Akibat Utama Konsekuensi Pengganti
Penguat Pengganti
Hukuman Pengganti
Menyampaikan informasi tentang perilaku mana yang tepat dalam latar tertentu
Menyampaikan informasi tentang perilaku mana yang tidak tepat dalam setting tertentu.
Bangkitnya respons emosional terhadap kesenangan dan kepuasan pada diri pengamat
Cenderung memunculkan pengaruh memabatasi peniruan perilaku model (efek penghalang)
Setelah penguatan yang berulang, efek emosional insentif akan muncul; perilaku mendapat nilai fungsional
Cenderung mengurangi nilai status model karena perilaku fungsional tidak ditransmisikan.

Ketiadaan Hukuman. Antisipasi akan dikenakanya hukuman biasanya membuat orang menahan diri untuk melakukan tindakan yang dilarang. Akan tetapi, ketika seseorang tidak dihukum atas pelanggaran, informasi yang disampaikan kepada pengamat adalah pelanggaran dapat dibenarkan.

2. Penguatan diri dan langsung/ konsekuensi langsung.  Hasil langsung yang dimunculkan oleh perilaku imitatif selanjutnya dari si pengamat. Penguatan positif yang diidentifikasi dalam pengkondisisan berpenguat. Yakni perilaku perorangan menghasilkan perubahan dalam lingkungan sehingga perilaku itu kemungkinan dilakukan lagi dalam situasi yang sama.

3. Konsekuensi yang diatur sendiri oleh pengamat untuk perilaku imitatifnya.

3. PROSES INTERNAL PEMELAJAR
Proses kognitif berperan penting dalam belajar. kemampuan pemelajar untuk mengodekan dan menyimpan pangalaman ke dalam bentuk simbolik dan untuk merepresentasikan konsekuensi masa depan dalam pikiran merupakan hal yang penting untuk perolehan dan perubahan perilaku manusia. Empat komponen proses bertanggung jawab atas belajar dan kinerja, yaitu: atensi, retensi, produksi motorik, dan proses motivasi. 

4. PERAN KETANGGUHAN DIRI
Keyakinan akan ketangguhan diri adalah keyakinan pada kemampuan diri seseorang untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan capaian tertentu (Bandura, 1997). keyakinan akan ketanggukan diri melibatkan penilaian diri dan bukan sebuah tindakan yang tetap. Empat macam pengaruh yang memberi kontribusi pada keyakinan ketangguhan adalah pengalaman penguasaan, pengalaman pengganti, persuasi sosial, dan keadaan emosional dan fisiologis. Keyakinan ketangguhan mempengaruhi fungsi manusia secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada proses kognitif, afektif, motivasi, dan seleksi. Orang dengan ketangguhan diri tinggi akan mengonstruksikan sesuatu yang sukses, menentukan tujuan yang menantang, tetap gigih di tengah kesulitan, dan mengontrol pikiran yang menggangu.

Sumber: 
Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana  




Selasa, 22 Oktober 2013

Teori Perkembangan Psikologi Kultural-Historis Lev S. Vygotsky

Semua fungsi psikologis yang lebih tinggi [proses kognitif] memiliki karakteristik psikologis umum yang membedakannya dari semua proses mental lainnya; Mereka itu merupakan proses penguasaan reaksi kita sendiri melalui berbagai cara.
(Vygotsky)

Lev Vygotsky membahas proses psikologis peringkat tinggi yang disebutnya sebagai proses psikologis atau mental. Termasuk di dalamnya adalah atensi yang diorganisasikan sendiri, persepsi kategoris, pemikiran konseptual, dan memori logis. Komponen esensial dari perkembangan tersebut adalah tanda dan simbol dari kultur seseorang dan interaksinya dengan orang dewasa, yang dideskripsikan sebagai “bentuk ideal” dari perilaku. Vygotsky mendasarkan analisisnya pada eksperimen di mana subjek menunjukkan pemahaman mereka tentang peran tanda-tanda kultural (perangkat psikologis) dalam membahas tugas kognitif.

PRINSIP PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS
Tujuan Vygotsky adalah menciptakan psikologi yang secara teoritis dan metodologis sederajat dengan tugas meneliti karakteristik manusia yang unik. Ada tiga bidang yang membentuk landasan analisis Vygotsky terhadap perkembangan kapabilitas mental manusia, yaitu:

1. Hakikat Kecerdasan Manusia
Sifat Kecerdasan manusia mencangkup empat topik yang saling terkait, yaitu (a) perbedaan antara hewan/manusia dalam kegiatan mental, (b) landasan filosofis, (c) konsep perangkat psikologis; dan (d) pengaruh sistem simbol (perangkat psikologis) terhadap perkembangan manusia.

2. Deret Perkembangan Biologis dan Kultural-Historis
Analisis perbedaan antara perilaku hewan dan manusia menimbulkan identifikasi dua deret perkembangan psikologis yang berbeda secara kualitatif. Satu deret menyatakan bahwa faktor-faktor biologis adalah bagian dari proses evolusi. Termasuk di dalamnya adalah perkebangan sistem syaraf sentral dan pertumbuhan fisik dan kedewasaan. Dalam spesies manusia, faktor biologis mendominasi bulan-bulan awal masa kehidupan, bertanggung jawab atas persepsi sederhana, memori natural, atau langsung dan atensi involuntari. Kemunculan fungsi mental elementar ini juga disebut sebagai perkembangan alami atau primitif.

3. Metode Eksperimental-Genetik (Development)
Vygotsky mendeskripsikan proses perkembangan kognitif sebagai proses yang kompleks dan terus berubah, namun para peneliti tidak meneliti proses ini. Sebaliknya, mereka hanya mengimplementasikan satu model situasi stimulus-respon. Meski para psikolog telah mempelajari konstelasi stimuli yang berbeda dan beragam reaksi, mereka belum mengambil langkah fundamental untuk melampaui model tersebut.

PRINSIP PEMBELAJARAN
Vygotsky mendeskripsikan transformasi dari persepsi sederhana, atensi involuntari dan memori sederhana ke dalam persepsi kategoris, pemikiran knseptual, memori logis, dan atensi yang diatur sendiri. Baik itu kultur individual maupun hubungan pendidikan dengan perkembangan berperan penting dalam perkembangan kognitif.

Asumsi Dasar
Ada dua asumsi dasar yang berhubungan dengan pembelajaran dari teori Vygotsky. Pertama adalah kultur membangun cara berpikir dengan bahasa dan simbol kultural lainnya dan mereka adalah cara berpikir yang dikembangkan anak dalam kultur itu. kedua adalah pembelajaran mendahului dan memandu perkembangan kognitif.

Komponen Pembelajaran
Komponen penting dari pembelajaran adalah: (a) menentukan tahap pembelajaran yang tepat (b) mengimplementasikan hukum genetik perkembangan kognitif dan (c) mengembangkan pemikiran verbal siswa.

APLIKASI PENDIDIKAN
Program untuk mengajari membaca bagi pembaca yang lemah merefleksikan konsep Vygotsky tentang kolaborasi siswa,guru, pemodelan guru dan imitasi, serta abstraksi makna dari simbol, programnya yaitu: Reading Recovery, yang didesain oleh Marie Clay (1985) untuk anak kelas satu yang belum menguasai proses membaca di kelas reguler. Dan Pengajaran Resiprokal, yang dikembangkan oleh Palinscar Brown untuk mengajar strategi pemahaman pada anak yang memiliki  masalah membaca. Anak belajar menilai secara subjektif yang artinya penting untuk memantau apakah mereka sudah memahami teks atau belum.
Prinsip Vygotsky setidaknya mengandung dua implikasi penting lainnya. Pertama, makna lambang dan simbol yang digunakan dalam kultur bukan kebetulan. Kedua, teori ini juga memandang masyarakat secara umum sebagai kultur yang berusaha memahami implikasi dari masyarakat berbasi media.

Daftar Pustaka:
Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana

Selasa, 15 Oktober 2013

Teori Perkembangan Kognitif - Jean Piaget

Untuk memahami gagasan tentang belajar yang memadai, kita pertama-tama harus menjelaskan bagaimana individu bisa mengonstuksi dan menciptkan, bukan hanya bagaimana dia mengulangi dan meniru.(Piaget)

Teori Perkembangan kognitif berfokus pada terbentuknya pemikiran manusia pada peringkat tertinggi, serta mendeskripsikan peristiwa dan kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai peringkat tersebut. Ada dua teoritisi perkembangan kognitif, Jean Piaget dan Lev S. Vygotsky mereka mendeskripsikan aspek pemikiran yang berbeda-beda. Pada postingan ini, saya mengangkat teori perkembagnan kognitif, Jean Piaget. Jean Piaget, psikolog swiss, membahas perkembangan pemikiran logis dalam bentuk penalaran kausal tentang suatu peristiwa. Piaget mendasarkan investigasinya atas manipulasi dan interaksi individual anak dengan objek di lingkungannya.
Fokus dari teori Jean Piaget yang bertujuan untuk menemukan karakteristik dari logika alamiah dan transformasinya yang terdiri dari proses penalaran yang dibangun oleh individu pada berbagai fase dalam perkembangan kognitif seperti logika bertindak, berbicara, berpikir dalam berbagai macam bentuk. Tujuan ini mengharuskan dilakukannya penelitian atas akar dari pemikiran logis pada bayi, jenis penalaran yang dilakukan anak kecil, dan proses penalaran remaja dan dewasa. Dalam karya Piaget, pengetahuan adalah proses mengetahui melalui interaksi dengan lingkungan, dan kecerdasan adalah sistem terorganisasi yang membentuk struktur yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Karena itu, kecerdasan merupakan suatu proses yang terus berjalan dan berubah , dan aktivitas pemelajar menciptakan proses mengetahui. 
Transformasi dari salah satu bentuk penalaran ke bentuk yang lain tergantung kepada empat faktor esensial. Faktor itu adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial, dan proses yang disebut sebagai penyeimbangan (equilibration).

KOMPONEN PERKEMBANGAN KOGNITIF
Teori ini adalah proses yang menjelaskan kemajuan dari satu taraf penalaran dan pemikiran ke taraf yang lebih tinggi. Dua topik utama dalam teori Piaget mengilustrasikan proses ini, yaitu :

1. Sifat Psikologis dan Pemikiran Logis
Karakteristik esensial dari pemikiran logikal adalah konstruksi struktur psikological dengan karakteristik partikular. Secara spesifik, pemelajar (a) secara jelas mengenali perubahan (transformasi) dan ketidakberubahan (konservasi) situasi; (b) memahami operasi kebalikan untuk setiap transformasi (keterbalikan); dan (c) mengidentifikasi solusi masalah sebagai keniscayaan logikal..

2. Proses fundamental yang terlibat dalam interaksi dengan lingkungan.
Proses fundamental dalam perkembangan pemikiran logis adalah asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah integrasi elemen eksternal ke dalam struktur intermal pemelajar. Akomodasi mencangkup penyesuaian dalam struktur internal pemelajar dan transformasi kualitatif dalam pemikiran. Kesadaran anak bahwa dua keyakinan kontradiktif yang dianutnya tidak mungkin dua-duanya benar (konflik kognitif) sering memicu reorganisasi pemikiran anak. Ekuilibrasi adalah seperangkat proses yang kompleks dan dinamis yang secara kontinyu mengatur perilaku. Peran utama ekuilibrasi adalah mempertahankan fungsi intelektual selama perkembangan.

Peringkat Penalaran Kompleks
Periode perkembangan kognitif yang diidentifikasi oleh Piaget adalah tahap sensorimotor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal. Pada sensorimotor, bayi mengkonstruksi tindakan yang memungkinkannya untuk bereaksi pada lingkungan. Pada periode pra-operasional, anak membuat keputusan tentang kejadian berdasarkan petunjuk perseptual dan tidak membedakan antara realitas, kemungkinan, dan keniscayaan dalam situasi pemecahan masalah. Pada periode operasional konkret dan formal mempresentasikan penalaran logis, meskipun periode ini berbeda secara kualitatif. Pemikiran operasional konkret terbatas pada manipulasi langsung atas objek. Tetapi anak mengembangkan pemikiran logis yang berhubungan dengan jumlah, penggolongan, dan konservasi kuantitas secara kontinum. Dalam pemikiran operasional formal, individu dapat memecahkan situasi multifaktor karena dia dapat mengonseptualisasikan semua kombinasi faktor dalam situasi tertentu. Individu secara sistematis menguji hipotesis tentang situasi itu untuk mendapatkan penjelasan yang benar.

Aplikasi Pendidikan
Peran pendidikan, menurut Piaget, adalah mendukung riset spontan oleh anak. Eksperimen dengan objek rii dan interaksi dengan teman, yang didukung oleh pertanyaan dari guru, memungkinkan anak untuk mengonstruksi pengetahuan fisika dan logika matematika. Persayaratan utama untuk kurikulum adalah kesempatan yang luas bagi anak untuk berinteraksi dengan dunia fisik melalui berbagai cara, memperbaiki kesalahan mereka, dan mengembangkan jawaban melalui intraksi dengan teman.

Kelemahan dari Teori Piaget
  • Memahami istilah dan definisi dasar yang sulit
  • Kurikulum Piagetian sulit diimplementasikan dan dipertahankan
  • Persepektifnya mengesampingkan relasi antara pemikiran logis dan belajar dasar, seperti membaca.

Daftar Pustaka :
Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana

Selasa, 08 Oktober 2013

Model Kognitif dan Teori Motivasi Akademik

Pikiran dan perasaan siswa tentang sekolah dan tugas sekolah merupakan fokus utama dalam riset dan teori tentang belajar. Model Atkinson mengidentifikasi dua aspek penting dari sistem keyakinan siswa yang mempengaruhi motivasi prestasi. Mereka adalah harapan akan sukses dan nilai insentif dari keberhasilan, yakni kebanggaan meraih prestasi. Pendekatan yang berbeda untuk motivasi adalah pendapat bahwa pemahaman tentang penyebab kejadian di masa lalu akan mempengaruhi tindakan individu di masa depan.  Kondisi yang mungkin bertanggung jawab atas munculnya tindakan tersebut karena adanya faktor-faktor dalam orang tersebut dan lingkungannya.

Ada tiga asumsi mengenai pendekatan utama untuk analisis motivasi, 
yaitu :
1. Motivasi Individual adalah hasil dari interaksi antara faktor lingkungan dengan karakteristik tertentu dari anak. Di antaranya adalah norma sosial, catatan kinerja orang lain, reaksi afektif dari guru terhadap kesusksesan dan kegagalan siswa, jenis tujuan dan struktur kelas, sejarah prestasi anak, dan keyakinan mereka tentang sifat dari kemampuan.
2. Pemelajar atau siswa adalah pemroses informasi yang aktif. Pada tingkat tertinggi, penilaian diri atas kapabilitas seseorang dan interpretasi informasi dari lingkungan juga terlibat dalam motivasi yang berkaitan dengan prestasi.
3. Motif, kebutuhan, atau tujuan siswa merupakan pengetahuan ekslisit yang dapat dikomunikasikan kepada pihal lain. Ini berarti bahwa siswa dapat memikirkan keyakinan ini dan mengkonsumsikannya kepada orang lain.


Komponen Proses Motivasional

Tiga pendekatan untuk studi motivasi dalam latar belakang yang berkaitan dengan prestasi adalah:
1. Model Ekspektasi Nilai
Model ekspetasi nilai adalah perluasan dari model Atkinson(1958) yang mendefinisikan ekspektasi dan nilai sebagai konstruk motivasional. Berbeda dengan model Atkinson, versi ini memandang ekspektasi dan nilai sebagai kognitif ketimbang motivasional. Premis dasar dari model ini adalah ekspektasi kesuksesan siswa dan nilai yang mereka berikan pada kesuskesan merupakan determinan penting dari motivasi untuk melakuakan perilaku yang terkait prestasi. Model ini mengidentifikasi lima perilaku yang terkait prestasi yang dipengaruhi oleh proses motivasional. Kelima perilaku tersebut adalah pilihan, kegigihan, tingkat usaha, keterlibatan kognitif, dan kinerja aktual.
Nilai tugas dan ekspektasi secara langsung ditentukan oleh memori afektif anak dan tujuan dari skemata anak. Memori afektif terdiri dari reaksi emosi negatif atau positif yang diasosiasikan dengan pengalaman yang sama di masa lalu. Tujuan bisa jangka pendek dan panjang, dan skemata diri mencakup persepsi tentang diri ideal, persepsi tentang kesulitan tugas (domain), dan keyakinan tentang kemampuan seseorang.

Tabel 11.2
Komponen Nilai Tugas dalam Model Ekspektasi Nilai
Komponen
Definisi
Nilai Pencapaian
Arti penting melakukan yang terbaik dalam bidang studi atau pelajaran tertentu
Nilai Instrinsik
Kesenangan siswa dalam melakukan tugas dengan baik atau minat subjektif siswa.
Nilai kemanfaatan
Kegunaaan pelajaran atau bidang studi bagi anak.
Biaya
Sejauh mana pemilihan untuk terlibat dalam suatu aktivitas, seperti mengerjakan tugas sekolah, membatasi kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas lain.

2. Model Berorientasi tujuan
Model berorientasi tujuan membahas alasa siswa melakukan tugas akademik. Secara formal, orientasi tujuan adalah seperangkat niat kelakuan yang menentukan bagaimana siswa akan mendeteksi dan melakukan aktivitas belajar.

Tabel 11.3
Orientasi Tujuan Yang Berkaitan Dengan Belajar

Orientasi
Defenisi 
Tujuan belajar

Meningkatkan kompetensi seseorang; orientasi berhubungan dengan teori peningkatan intellegensi.

Tujuan penguasaan

Mengembangkan keterampilan baru, berusaha memahami kerja, atau mendapatkan pemahaman penguasaan berdasarkan standar referensi sendiri.

Tujuan berfokus tugas

Meningkatkan kompetensi seseorang, berusaha menguasai tugas.

Orientasi tugas

Sejauh mana siswa melaporkan perasaan kesuksesan atau kesenangan saat mereka melakukan tugas tertentu.


3. Teori Atribusi
Teori atribusi membahas pemikiran, emosi, dan ekspektasi seseorang setelah muncul hasil yang terkait dengan pencapaian. Tiga asumsi yang mendasari teori ini, yakni (a) pencairian pemahaman adalah motivator utama dari tindakan; (b) atribusi untuk hasil yang berkaitan dengan keberhasilan merupakan sumber informasi yang kompleks; dan (c) perilaku masa depan ditentukan sebagian oleh anggapan tentang penyebab dari hasil sebelumnya.

Tabel 11.5
Properti dari Atribusi yang Berkaitan dengan Prestasi Utama


Atribusi
Dimensi
Konsekuensi
Kemampuan
Internal

Stabil


Tidak terkontrol
Menimbulkan perasaan kompetensi atau inkompetensi dan perasaan bangga atau malu.
Hasil yang sama diharapkan lagi; emosi kebanggaan dan malu lebih besar; untuk kegagalan, pengunduran diri dan apati lebih besar.
Untuk kegagalan, memperbesar perasaan resignasi
Usaha
Internal
Tidak stabil
Dapat dikontrol
Menimbulkan rasa bangga dan kesuksesan
Tidak menurunkan ekspektasi kesuksesan
Memperbesar rasa bangga atau rasa bersalah.
Keberuntungan
Eksternal
Tidak stabil
Tidak terkontrol
Citra-diri tidak berubah
Tidak ada penurunan ekspektasi sukses
Menimbulkan kejutan baik untuk kesuksesan maupun kegagalan.
Lain-lain
Eksternal
Tidak stabil
Tidak terkontrol
(oleh penerima hasil)
Citra-diri tidak berubah
Tidak ada penurunan ekspektasi sukses
Menimbulkan rasa terima kasih atas pertolongan dan kemarahan pada pengelakan
Kesulitan tugas
Eksternal
Stabil
Tidak terkontrol
Tidak memperkuat harga diri karena hasil yang sukses
Beberapa hasil diharapkan lagi
Depresi dan frustasi atas kegagalan hasil.

Daftar Pustaka :
Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana  

Selasa, 01 Oktober 2013

Teori Kognitif - Sosial Albert Bandura

Fungsi utama dari pikiran adalah memungkinkan orang untuk memprediksi kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol kejadian yang mempengaruhi hidup mereka (Bandura,1995)

Karya awal mengidentifikasi peran model behavioral dalam belajar perilaku prososial dan antisosial dan peran dari model dalam modifikasi perilaku. Teori ini kemudian mengidentifikasi beberapa faktor sosial dan kognitif yang mempengaruhi belajar. Termasuk di dalamnya adalah kapabilitas menggunakan simbol dan melakukan tindakan yang diniatkan dan bertujuan. Termasuk juga pada pengaruh media terhadap nilai, sikap, dan gaya perilaku pemirsa (Bandura,1986).

PRINSIP BELAJAR
Teori kognitif-sosial Albert Bandura berusaha menjelaskan belajar dalam latar naturalistik. Lingkungan sosial memberi banyak kesempatan bagi individu untuk mendapatkan keterampilan dan kemampuan yang kompleks melalui observasi perilaku model dan konsekuensi behavioral.

ASUMSI TEORI BELAJAR KOGNITIF-SOSIAL
1. Pembelajar dapat (a)mengabstraksi informasi dari pengamatan terhadap orang lain, dan (b) membuat keputusan tentang perilaku yang akan dijalankan.
2. Tiga cara relasi yang saling terkait antara perilaku (B), lingkungan (E) dan kejadian personal internal (P) akan menjelaskan belajar.
3. Belajar adalah akuisisi representatif simbolik dalam bentuk kode verbal atau visual.

KOMPONEN BELAJAR:
1. MODEL BEHAVIORAL
Fungsi model perilaku adalah mentransmisikan informasi kepada pengamat melalui salah satu dari tiga cara, yaitu:
a. Menjadi petunjuk bagi perilaku yang sama pada orang lain
b. Memperkuat atau melemahkan sikap menahan diri pemelajar terhadap pelaksanaan perilaku tertentu, dan 
c. Menunjukkan pola perilaku baru.
Model nyata adalah anggota keluarga, guru, teman, rekan kerja, dan orang lain di setting sosial sekitarnya.

2. KONSEKUENSI PERILAKU
Ada tiga jenis konsekuensi yang mempengaruhi perilaku padaTeori kognitif-sosial, yaitu:
1. Penguat Pengganti / konsekuensi pengganti (Vicarious reinforcement). Diasosiasikan dengan perilaku yang diamati. Model menerima penguatan atau hukuman untuk perilaku tertentu, dan konsekuensi untuk model ini menimbulkan reaski emosional pada diri pengamat. 

Akibat Utama Konsekuensi Pengganti
Penguat Pengganti
Hukuman Pengganti
Menyampaikan informasi tentang perilaku mana yang tepat dalam latar tertentu
Menyampaikan informasi tentang perilaku mana yang tidak tepat dalam setting tertentu.
Bangkitnya respons emosional terhadap kesenangan dan kepuasan pada diri pengamat
Cenderung memunculkan pengaruh memabatasi peniruan perilaku model (efek penghalang)
Setelah penguatan yang berulang, efek emosional insentif akan muncul; perilaku mendapat nilai fungsional
Cenderung mengurangi nilai status model karena perilaku fungsional tidak ditransmisikan.

Ketiadaan Hukuman. Antisipasi akan dikenakanya hukuman biasanya membuat orang menahan diri untuk melakukan tindakan yang dilarang. Akan tetapi, ketika seseorang tidak dihukum atas pelanggaran, informasi yang disampaikan kepada pengamat adalah pelanggaran dapat dibenarkan.

2. Penguatan diri dan langsung/ konsekuensi langsung.  Hasil langsung yang dimunculkan oleh perilaku imitatif selanjutnya dari si pengamat. Penguatan positif yang diidentifikasi dalam pengkondisisan berpenguat. Yakni perilaku perorangan menghasilkan perubahan dalam lingkungan sehingga perilaku itu kemungkinan dilakukan lagi dalam situasi yang sama.

3. Konsekuensi yang diatur sendiri oleh pengamat untuk perilaku imitatifnya.

3. PROSES INTERNAL PEMELAJAR
Proses kognitif berperan penting dalam belajar. kemampuan pemelajar untuk mengodekan dan menyimpan pangalaman ke dalam bentuk simbolik dan untuk merepresentasikan konsekuensi masa depan dalam pikiran merupakan hal yang penting untuk perolehan dan perubahan perilaku manusia. Empat komponen proses bertanggung jawab atas belajar dan kinerja, yaitu: atensi, retensi, produksi motorik, dan proses motivasi. 

4. PERAN KETANGGUHAN DIRI
Keyakinan akan ketangguhan diri adalah keyakinan pada kemampuan diri seseorang untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan capaian tertentu (Bandura, 1997). keyakinan akan ketanggukan diri melibatkan penilaian diri dan bukan sebuah tindakan yang tetap. Empat macam pengaruh yang memberi kontribusi pada keyakinan ketangguhan adalah pengalaman penguasaan, pengalaman pengganti, persuasi sosial, dan keadaan emosional dan fisiologis. Keyakinan ketangguhan mempengaruhi fungsi manusia secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada proses kognitif, afektif, motivasi, dan seleksi. Orang dengan ketangguhan diri tinggi akan mengonstruksikan sesuatu yang sukses, menentukan tujuan yang menantang, tetap gigih di tengah kesulitan, dan mengontrol pikiran yang menggangu.

Sumber: 
Gredler, Margaret.E., 2011., Learning and instruction, teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana