Keterampilan Tentor Dalam Mengajar

Selasa, 17 Mei 2011

Tugas Mini Proyek Kelompok :

Topik : Dinamika mengajar pengajar yang bukan profesional
Judul : Keterampilan Tentor dalam mengajar 

PERENCANAAN

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Seperti yang kita lihat, banyak guru yang bukan professional atau tentor hadir ditengah-tengah para pelajar. Guru yang bukan professional ini sendiri diartikan sebagai guru yang tidak memiliki sertifikat atau ijazah guru.

 

Guru yang bukan professional atau tentor ini sendiri banyak juga yang bukan merupakan tamatan atau berada di bidang keguruan melainkan dari berbagai macam jurusan. Ada yang berlatarbelakang jurusan Teknik, jurusan Pertanian dll. Dimana mereka disini pastinya tidak mengetahui dengan pasti bagaimana kesiapan dan keterampilan dalam mengajar yang harus dimiliki seorang pengajar. 

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 orang tentor dari dua bimbingan belajar yang berbeda. 3 orang tentor dari bimbingan belajar OSCI dan 2 tentor dari bimbingan belajar AEC.

Adapun teori yang terdapat pada buku  (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan) mengenai cara mengajar yang efektif dimana guru diharapkan menguasai berbagai macam perspektif dan strategi dan harus bisa memgaplikasikannya secara fleksibel. Hal itu membutuhkan dua hal yang utama: (1) pengethauan dan keahlian profesional, dan (2) komitmen dan motivasi. Selain itu, kami juga menggunakan teori mengajar (antara ilmu dan seni) (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan) (Syah,Muhibbin.1995.Psikologi Pendidikan-Pendekatan Baru).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan para tentor dalam mengajar sesuai dengan teori cara mengajar yang efektif  dan Mengajar ( antara seni dan Ilmu ) (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan). 

LANDASAN TEORI 

Dari teori psikologi pendidikan “Santrock.,J.W.(2008).Psikologi pendidikan (edisi kedua). Jakarta:Prenada Media Group”. yang ada mengenai cara mengajar yang efektif oleh seorang pengajar, terdapat dua hal yang utama, yaitu pengetahuan dan keahlian professional, serta komitmen dan motivasi. 

Pengetahuan dan keahlian professional itu sendiri mencakup : 

Penguasaan materi pelajaran
Guru yang efektif harus berpengethauan, fleksibel dan memahami materi. Tentu saja, pengethauan subjekk pengetahuan subjek materi bukan hanya mencakup fakta, istilah, dan organisasian materi, mengaitkan beberapa gagasan, cara berpikir, dan beragumen, pole perubahan dalam satu mata pelajaran, kepercayaan tentang mata pelajaran dan kemampuan untuk mengaitkan satu gagasan dari suatu disiplinn ilmu ke displin ilmu lainnya,

Strategi pengajaran
Konstruktivisme menekankan agar inidividu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman, guru bukan sekadar memberi informasi kepikiran anak, akan tetapi guru harus mendrong anak untuk mengeksplorasi dunia meeka, menemukan pengetahuan, merenung dan berpikir secara kritis. 

Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan instruksional
Guru menghabiskan waktu untuk menyusun rencana instruksional, megorganisasikan pelajaran agar murid meraih hasil yang maksimal dari kegiatan belajarnya.

Keahlian manajemen kelas
Guru yang efektif mampu menjaga kelas aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif.

Keahlian motivasional
Guru yang efektif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar.

Keahlian komunikasi
Keahlian komunikasi yang juga amat diperlukan untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal dan memahami komunikasi nonverbal dari murid, dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif. 

Keterampilan lain yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam mengelola kelas dan memecahkan konflik secara konstruktif adalah keterampilan komunikasi yang baik. 
Tiga aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara, mendengar dan komunikasi nonverbal. Murid akan memperoleh banyak manfaat jika seorang guru mempunyai keterampilan berbicara.

Berbicara didepan kelas dan murid, dalam berbicara didepan kelas dan murid, salah satu hal yang penting yang harus diingat adalah menkomunikasikan informasi secara jelas. Kejelasan (clarity ) dalam berbicara adalah hal yang sangat penting agar pelajaran berjalan dengan baik. Langkah-langkah strategi untuk berbicara secara jelas didepan kelas dan murid : 

- Menggunakan tata bahasa yang benar
- Memilih kosakata yang gampang dipahami dan tepat bagi level grade murid
- Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan murid dalam memahami apa yang guru katakan.
- Berbicara dengan tempo yang tepat, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
- Tidak menyampaikan ha-hal yang kabur.
- Menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar untuk berbicara secara jelas di kelas. 

Selain itu ada beberapa aspek lain dalam keterampilan berbicara yaitu dalam hal penanganan konflik, ada 4 gaya yang bisa dilakukan seorang guru yaitu : gaya asertif, gaya pasif, gaya manipulatif dan gaya agresif ( galak ). Guru juga harus bisa memberikan cerammah yang efektif kepada muridnya. 

Keterampilan mendengar, hal yang sangat penting dalam menjalin dan menjaga hubungan. Pendengar yang baik akan mendengar secara aktif. Mendengar yang aktif berarti memberi perhatian penuh pada pembicara, memfokuskan diri pada isi intelektual dari pesan. Berkomunikasi nonverbal, selain apa yang anda katakana, anada juga berkomunikasi melalui tangan, menyilangkan kaki, atau menyentuh orang lain. 

Bekerja secara efektif dengan murid dari latar belakang cultural yang berlainan keahlian teknologi

Komitmen dan motivasi mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid 

Mengajar Antara SENI  dan ILMU
Dari teori psikologi pendidikan pula dinyatakan mengajar sebagai suatu “seni” dan “ilmu pengetahuan”, disini dimaksudkan bahwa bagaimana seorang pengajar menggunakan pendekatan mengajar yang ilmiah serta bagaimana kesiapan mengajar berperan penting bagi keberhasilannya sebagai pengajar.
 

1. Mengajar sebagai ilmu 
    Sebagian ahli memndang mengajar sebagai ilmu ( science ). oleh karenanya, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki profesiensi (berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalm dunia pendidikan yang berkompentenuntuk melakukan tugas mengajar.
Siapapun, asal memiliki profesiensi dalam bidang ilmu pendidikan akan mampu melakukan perbuatan mengajar dengan baik. penguasaan seseorang guru atas materi pelajaran bidang tugasnya adalah juga penting, tetapi yang lebih penting ialah penguasaanya atas ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tugas mengajarnya.    

2. Mengajar sebagai Seni 
    Sebagian ahli lainnya memandang bahwa mengajar adalah seni (art) bukan ilmu. oleh karenanya, tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang berilmu pendidikan ) bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar. Memang sulit disangkal bahwa untuk menjadi seorang guru yang profesional orang harus belajar dan berlatih di lingkungan instansi pendidikan keguruan selama bertahun-tahun. Namun kenyataan lain menunjukkan bahwa dalam mengajar terdapat faktor "tertentu" yang abstrak dan hampir mustahil dipelajari. Bahkan faktor misterius ini tak dapat diterangkan dengan jelas. Sementara itu aliran lainnya menganggap mengajar sebagai seni yang mengacu pada bakat sejak lahir tak berbeda dengan gagasan bahwa gru itu dilahirkan bukan dibangun atau dibuat. dalam hal ini, orang dapat menjsdi guru yang baik karena ia berbakat menjadi guru. Dengan kata lain, sesorang menjadi guru yang baik atau guru yang buruk bukan karena hasil belajarnya melainkan karena potensinya yang ia bawa sejak lahir. aliran ini menimbulkan anggapan yang ekstrem bahwa profesi mengajar itu tidak dapat dipelajari, atau dengan kata lain sia-sia orang mempelajari ilmu keguruan kalau ia tidak mempunyai bakat. sebaliknya, orang yang memang bakat mengajar dapat menjadi guru yang baik, meskipun tidak pernah belajar teori dan praktik keguruan. Untuk menjadi guru yang kompeten, orang perlu belajat dan berlatih secara bersungguh-sungguh selama kurun waktu yang lama. akan tetapi kenyataannya tidak semua orang ynag mengikuti pendidikan pelatihan keguruan berhasil mencapai kinerja akademik keguruan yang memadai, meskipun mereka telah menunjukkan usaha yang terkadang melebihi rekan sejawatnya yang ternyata lebih berhasil.
Alhasil, antara mengajar sebagai ilmu dengan mengajar sebagai seni itu terdapat benang merah  yang membuat keduanya saling terikat dan saling mempengaruhi satu sama lain. dengan demikian, hubungan antara bakat keguruan dengan proses belajar yang sesuai dengan bakat itu, ibarat hubungan anatara dua sisi mata uang logam yang berfungsi saling melengkapi.

Sesuai dengan teori yang diatas, kami ingin mengetahui keterampilan apa yang dimiliki seorang tentor dalam mengajar dimana tentor tersebut tidak memliki latarbelakang pendidikan keguruan. 

ALAT DAN BAHAN 
  • Lembar wawancara
  •  Alat Tulis berupa pulpen 
  • Kamera untuk dokumentasi 
  • Handphone ( recorder ) untuk merekam percakapan. 


ANALISIS DATA  

Data diambil dari 5 tentor bimbingan belajar dari 2 instansi bimbingan belajar (bimbel) yang berbeda yaitu 3  orang tentor dari bimbingan belajar OSCI dan 2  torang tentor dari  bimbingan les AEC yang kami anggap bisa mendapatkan datannya dan dapat dianalisa mengenai keterampilan tentor dalam mengajar . Kami mewawancari ke 5 tentor dengan cara mengajukan 10 pertanyaan yang berkaitan dengan keterampilan tentor dalam mengajar. Masing-masing Tentor diajukan pertanyaan yang sama, agar nantinya jawaban dari para tentor dapat dibandingkan dari satu tentor dengan tentor lainnya. Yang pada akhirnya, hasil dari perbandingan ini menunjukkan adanya aneka ragam keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing tentor dalam mengajar. 

OBJEK ATAU SUBJEK 

Subjek penelitian adalah Keterampilan tentor dalam mengajar.
Objek penelitian adalah 5 orang tentor dari 2 bimbingan les yang berbeda, 3 orang tentor ( tentor Biologi, tentor Matematika dan tentor Bahasa Indonesia )  dari bimbingan belajar  “OSCI” dan 2 orang tentor ( tentor Bahasa Inggris ) dari bimbingan belajar  “AEC”.

JADWAL PELAKSANAAN

  1. 3 Mei 2011 : Penentuan Topik dan Judul Penelitian 
  2. 5 Mei 2011 : Konsultasi dengan dosen Pendidikan mengenai perencanaan awal
  3. 6 Mei 2011 : Membuat ulang Perencanaa awal berupa pendahuluan, landasan teori, menentukan hari dan tanggal penelitian, menentukan tentor yang hendak diwawancarai, menanyakan ketersediaan tentor untuk diwawancarai. 
  4. 10 Mei 2011: Mengadakan Wawancara terhadap 5 orang tentor dari 2 bimbingan les yang berbeda.
  5. 12 Mei 2011: Menganalisis Data yang diperoleh dari hasil wawancara
  6. 15 Mei 2011: Pembuatan Poster
  7. 16 Mei 2011: Tahap Pelaporan dan Evaluasi
  8. 17 Mei 2011: memposting ke blog seluruh pengerjaan mini proyek.
KALKULASI BIAYA

Biaya Print lembaran wawancara : Rp. 1000
Biaya fookopi lembaran wawncara : Rp. 1000

PELAKSANAAN

Penelitian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2011 pada dua bimbingan belajar yang berbeda. Setelah pulang mata kuliah pendidikan. Sebelum berangkat, kelompok mengeprint lembaran wawancara sebanyak 1 lembar, dan memfotokopi lembaran wawncara tersebut sebanyak 5 lembar. Kemudian, sekitar pukul 13.00 wib sebelum berangkat, anggota memeriksa perlengkapan untuk melakukan wawancara berupa kamera, handphone, pulpen dan lembar wawancara. Sekitar pukul 13.15 Wib, kelompok berangkat bersamaan ke bimbingan belajar yang pertama. Sampai di bimbingan belajar AEC sekitar pukul 13.50, kami langsung bertemu dengan 2 tentor yang sudah kami tentukan, yang berketepatan sednag istirahat. Kemudian, sebelum kami melakukan wawancara dengan para tentor, kelompok mengatakan tujuan kelompok melakukan wawancara tersebut. Setelah itu, kami langsung melakukan wawancara satu persatu dari kedua tentor tersebut. Yang mendapat giliran pertama untuk diwawancarai adalah miss Sabeth. Sebelum mengajukan pertanyaan kepada tentor tersebut, kami mengambil posisi masing-masing sesuai tugas masing-masing yang telah ditentukan sebelumnya.Satu anggota sebagai penanya, satu anggota memegang handphone bertujuan untuk merekam pembicaraan dan satu anggota lagi sebagai seksi dokumentasi.  Setelah itu, kelompok mewawancarai tentor tersebut dengan mengajukan 10 pertanyaan yang berkaitan dengan keterampilan tentor dalam mengajar.Selesai tentor bahasa inggris tersebut diwawancara kami berpindah ke tentor yang kedua, yaitu miss Kartini. Kami melakukan perlakuan yang sama seperti kami lakukan terhadap tentor sebelumnya yaitu mengajukan 10 pertanyaan yang sama dengan 10 pertanyaan yang telah diajukan terhadap tentor sebelumnya. Setelah selesai, mewawancarai dua tentor dari bimbingan belajar AEC tersebut, kami langsung mengucapkan terimakasih kepada keuda tentor tersebut atas kesediannya menjadi sampel dalam penelitian kami dan pamit pulang. 

Kemudian, kami langsung bergerak ke bimbingan belajar yang kedua yaitu bimbingan belajar OSCI. Kelompok tiba di OSCI sekitar pukul 15.00 wib, sebelum menuju gerbang kelompok memeriksa kembali perlengkapan yang diperlukan dalam melakukan wawancara tersebut. Setelah itu, kelompok menuju gerbang, sama seperti di bimbingan belajar sebelumnya, kami langsung bertemu dengan ke-3 tentor yang sudah kami tentukan. Tanpa pikir panjang, kelompok langsung mendatangi satu persatu dari ketiga tentor tersebut. Tentor yang pertama diwawancari adalah bg. Aldo Siahaan sebagai tentor Biologi. Sebelum mengajukan pertanyaan, kelompok memberitahukan apa tujuan dilakukan wawancara tersebut. Setelah itu, tentor tersebut langsung diwawancarai dengan mengajukan 10 pertanyaan yang sama dengan 10 pertanyaan yang kelompok ajukan kepada 2 tentor dari bimbingan belajar sebelumnya. Setelah itu, kami mendatngi tentor yang kedua yaitu bg.jeff sebagai tentor Matematika. Seperti tentor-tentor sebelumnya, kami memberikan perlakuan yang sama terhadap tentor tersebut, yaitu memberithukan tujuan dilakukan wawancara dan juga mengajukan 10 pertanyaan yang sama. Setelah itu, kami mendatangi tentor ketiga atau yang terakhir, yaitu bg. Rega sebagai tentor Bahasa Indonesia. Seperti Tentor sebelum-sebelumnya, kami memberitahukan tujuan kami dan memberikan 10 pertanyaan yang sama. Setelah itu, kami mengucapkan terimakasih ketiga tentor tersebut atas kesediaanya menjadi sampel dalam penelitian kelompok dan kemudian pamit pulang. 

PELAPORAN DAN EVALUASI

LAPORAN
Hasil wawancara yang didapat :

1. Nama : Elisabeth 
    B.Studi : Bahasa Inggris (AEC)

Jawaban atas 10 pertanyaan :

- Keterampilan dalam mengendalikan kelas
   Dalam hal mengendalikan kelas, tentor tersebut mengatakan dia lebih sering menarik perhatian para siswa
   dengan menanyakan kabar para muridnya, bagaimana kegiatan sekolah dan kegiatan sehari-hari para   
   muridnya. Jika para murid sudah tampak bosan, tentor tersebut sering mengadakan games atau cerita untuk
   menghilangkan kebosanan yang dialami siswa pada waktu proses belajar. 
- Keterampilan dalam mempersiapkan diri baik itu penguasaan materi dan persiapan mental tentor.
  Tentor tersebut sebelum masuk kelas telah mempersiapkan materi ajar, kuis dan games yang nantinya akan 
  diadakan didalam kelas. Dalam penguasaan materi, tentor tersebut mempersiapkan dirinya dengan cara 
  membaca-baca ulang topik yang hendak diajarin. 
- Keterampilan dalam berinteraksi dengan para siswa :
   Dalam berinteraksi dengan para siswanya, tentor tersebut sering berdiskusi, cerita dengan para muridnya, 
   sehingga tidak ada kekakuan antara murid dengan tentor tersebut. Tentor tersebut biasanya akan 
   mengetahui apa yang dialami siswa tanpa siswa cerita. Dalam berinteraksi, tentor tersebut lebih sering  
   menampilkan ekspresi senyum.

2. Nama : Kartini
    B.Studi : Bahasa Inggris (AEC)

Jawaban dari 10 pertanyaan :

- Keterampilan dalam mengendalikan kelas :
   Tentor ini memgatakan supaya kelas efektif, sebelum dimulai proses belajar-mengajar, tentor tersebut 
   memastikan dulu apakah siswa sudah rileks atau tenang. Jika para murid sudah kelihatan bosan dalam 
   mengikuti pembelajaran, tentor tersebut biasanya mengadakan games, atau kuis dadakan sehingga yang 
   tadinya murid merasa bosan menjadi kembali semangat. Kalu ada murid yang kurang aktif biasanay tentor 
   tersebut akan mendekta, berbicara kepada si murid agar muridnya lebih aktif.
- Keterampilan dalam mepersiapkan diri baik itu penguasaan materi maupun perispan mental tentor. 
   Persiapan diri sebelum masuk kelas, tentor ini biasanya akan membuat persiapan-persiapan pembelajaran 
   seperti materi-materi berkaitan dengan pembelajaran. Persiapan diri dalam hal penguasaan materi,
   tentor ini biasanya akan mempelajari ulang topik yang hendak dibahas di dalam kelas. 
- Keterampilan dalam berinteraksi dengan para siswa.
   Tetap berkomunikasi dengan para siswa baik itu didalam kelas maupun diluar kelas. Dalam berinteraksi,   
   tentor tersebut lebih banyak menunjukkan ekspresi senyum, dimana menurut tentor ini tujuannya melakukan 
   itu agar siswa merasa ada kedekatan dengan para tentornya.
- Keterampilan dalam mebuat variasi gaya mengajar
   Tentor ini mengatakan bahwa dalam membuat variasi gaya mengajar, tentor tersebut bergantung pada 
   kelasnya,

3. Nama : Aldo Siahaan
    B.Studi : Biologi ( OSCI)


Jawaban dari 10 pertanyaan :

- Keterampilan dalam mengendalikan kelas.
  Dalam hal mengendalikan kelas, Tentor tersebut mengatakan bahwa dia biasanya akan membuat volume 
  suara yang cocok bagi ruangan. Lebih banyak berdiri di tengah-tengah kelas. Untuk membangkitkan 
  keaktifan para murid, tentor tersbut biasnya akan banyak mengajukan pertanyaan ke murid.Jika para murid 
  sudah kelihatan bosan, biasanya tentor tersebut memberhentikan pembelajaran dan memberi waktu kepada 
  murid-muridnya unutk berdiskusi atau komunikasi dengan sesam teman yang ada didalam kelas.
- Keterampilan dalam mempersiapkan diri baik itu penguasaan materi maupun mental tentor tersebut. 
   Persiapan diri yang dilakukan oleh tentor tersebut dalam hal penguasaan materi biasanya membuat 
   pokok-pokok penting atau resume pengajaran. membaca berita hari ini, apa yang hendak diajarkan 
   berkaitan dengan berita hari ini.
- Keterampilan dalam membuat variasi gaya mengajar. 
   Tentor tersebut sering membuat variasi gaya mengajar, seperti menggunakan ilustrasi gambar dalam 
   mengajar, atau menggunakan tebakan singkat seperti games dalam mengajar para muridnya. Dalam 
   mengajar tentor ini biasanya melakukan banyak metode seperti metode bertukar pikiran maksudnya 
   menggantikan informasi lama yang dimiliki siswa dengan infomasi baru. Metode interaktif dimana materi 
   pembelajaran disampaikan dengan cara bercakap-cakap.
- Keterampilan dalam berinteraksi dengan para siswanya.
   Dalam berinteraksi dengan para siswanya, tentor tersebut lebih banyak mengguanakan ekspresi senyum 
  dengan tujuan untuk mencairkan suasana. Tentor tesebut sering memberikan motivasi kepada para siswanya.

4. Nama : Jeffry 
    B.Studi : Matematika (OSCI)


Jawaban dari 10 pertanyaan :

- Keterampilan dalam mengendalikan kelas.
   Dalam hal mengendalikan kelas, tentor tersebut lebih sering melihat siswanya supaya tidak ada celah bagi 
   siswa untuk main-main disaat belajar. 
   Lebih bersikap tegas terhadp murid. Jika murid-murid sudah keliatan bosan terhadap suasana belajar, 
   tentor tersbut biasanya akan cerita-cerita atau membuat candaan ( humor ).
- Keterampilan dalam mampersiapkan diri baik itu oenguasaan materi maupun mental tentor tersebut. 
   Persiapan diri dalam hal penguasaan materi, tentor tersebut biasanya membaca ulang materi-materi yang 
   hendak diajar dan juga membahas ulang materi tersebut.
- Keterampilan dalam membuat variasi gaya mengajar.
  Tentor tersbut sering melakukan variasi gaya mengajar, salah satunya variasi cara menulis materi dipapan 
  tulis. Yang biasanya tulisan dimulai dari sebelah kanan diubah dengan memulainya dari sebelah kiri. 
- Keterampilan dalam berinteraksi dengan para siswanya. 
   tentor tersebut biasanya berinteraksi dengan para siswanya dengan mengekspresikan senyuman untuk 
   menjalin kedekatan dengan para siswanya sehingga hanya dengan melihat wajahnya para muridnya sudah 
   langsung tertawa. Kalau diluar kelas, tentor tersebut biasanya lebih sering mengajak para siswanya untuk 
   cerita-cerita ( dalam konteks kegiatan sehari-hari ), diskusi, bahkan karena keterampilan tentor tersebut 
   dalam berinteraksi, kadang-kadang tentor tersebut dengan muridnya bis saling ejek-ejekan ( bercanda ).  
   Tentor tersebut juga sering menyindir para muridnya yang kurang aktif, tujuan untuk memotivasi para 
   siswanya untuk bangkit.

5. Nama : Rega
    B.Studi : Bahasa Indonesia ( OSCI )


Jawaban dari 10 pertanayaan :

- Keterampilan dalam mengendalikan kelas
   Jika murid-muridnya kedapatan rubut dalam kelas, biasanya tentor tersebut akan menyindir muridnya 
   dengan mengatakan, "ialah aku kan gak bayar uang bimbel, suka-suka kalian ". Jika para siswanya sudah 
   kelihatan bosan mengikuti aktifitas belajar, tentor tersebut biasanya akan bertanya kepada muridnya, siapa 
   yang mau belajar, lanjutin belajarnya, siapa yang tidak mau belajar lebih baik tidur asalkan pekerjaanya 
   sudah selesai, tentor ini juga biasanya akan memberikan lelucon untuk merubah suasana kebosanan 
   tersebut. 
- Keterampilan mempersiapkan diri baik itu penguasaan materi dan mental tentor.
   Persiapan diri yang berhubungan dengan penguasaan materi biasanya tentor tersebut mengulang  ecara rutin 
   sket-sket mengajar. Menjawab soal-soal pengantar.
- Keterampilan berinteraksi dengan para siswa. 
   Berinteraksi di dalam kelas, biasanya tentor tersebut memberikan pertanyaan kepada siswanya, dan 
   menyalahkan jawaban murid yang sudah benar tujuan untuk melatih murid tersebut supaya dapat 
   mempertahankan pendapatnya atau menpertanggungjawabkan pendapatnya. Menanyakan bagaimana 
   kegiatan sehari-harinya.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa walaupun tentor tersebut tidak berasal dari latarbelakang pendidikan keguruan dan tidak memiliki sertifikat guru, ternyata para tentor tersebut mampu dan mempunyai bakat mengajar seperti guru profesional atau yang berasal dari latar belakang keguruan atau mempunyai sertifikat keguruan. Hal ini dibuktikan, para tentor memiliki keterampilan dalam mengajar yang sama dengan para guru profesional atau yang berasal dari latar belaknga keguruan atau mempunyai sertifikat keguruan, berupa keterampilan dalam mengendalikan kelas, keterampilan dalam mempersiapkan diri baik itu penguasaan materi amupun persiapan mental, keterampilan berinteraksi dengan para siswa baik itu didalam kelas maupun diluar kelas serta keterampilan dalam membuat variasi gaya mengajar. 

DESAIN POSTER


EVALUASI 

Tugas mini proyek ini sendiri seharusnya mulai dilakukan pada bulan Februari, namun karena banyaknya halangan seperti Ujian Tengah semester, banyaknya tugas dari mata kuliah lainnya, sehingga tidak ada komunikasi antar anggota kelompok, sehingga tugas mini proyek ini tersingkirkan. Akhirnya, setelah selesai UTS, ppada pertengahan April, ada komunikasi antar anggota kelompok, dan kelompok baru memiliki waktu untuk memikirkan tugas mini proyek tersebut. 

Dalam membuat perencanaan awal terdapat banyak hambatan, dimulai dari ketidaksetujuan dosen Pendidikan tehadap judul penelitian dan struktur perencanaanya, sehingga terjadi perubahan. Kelompok merubah kembali, judul dan struktur perencanaanya, dan pada akhrinya disetujui oleh dosen Pendidikan.

Hambatan dalam pembuatan mini proyek ini sendiri tidak hanya itu.  karena adanya perubahan perncanaan awal tersebut, sehingga terjadinya perubahan pelaksanaan penelitian yang seharusnya telah ditetapkan tanggal 6 Mei 2011 menjadi tanggal 10 Mei 2011. Dari kesediaan para tentornya sendiri, tidak ada hambatan. Hambatan lainnya, kelompok binggung membuat pertanyaan yang hendak diajukan kepada sampel. Sehingga pada akhirnya, kami membuat pertanyaan yang simpel saja. Dalam mendapatkan data, tidak ada hambatan yang diperoleh, Semua tentor terlihat sangat bersedia menjadi sampel dalam penelitian kelompok.

Kendala lainya, dalam menganalisis data yang diperoleh, kelompk binggung bagaimana menganalisis data tersbut. Sehingga pada akhirnya, kelompok membandingkan jawaban yang satu tentor dengan jawaban tentor lainnya. Yang nantinya hasil perbandingan tersebut, dapat ditarik kesimpulan. 
Dari segi perkiraan biaya, tidak ada hambatan, kami hanya mengeprint lembaran wawancara dan kemudian memfotokopi lembaran tersebut sebanyak 5 lembar. 

TESTIMONI

Penggerjaan proyek ini sangat menguras waktu dan tenaga kami. Mungkin karena kami telat dalam mengerjakannya, dan teburu-buru atau terlalu mendesak, sehingga terjadi sedikit permasalah antar anggota.
Tapi dibalik ini semua kami mendapatkan hasil yang cukup memuaskan dan kami sangat menikmati proses pengerjaanya. Karena ini adalah penilitan pertama yang pernah dilakukan, hal ini memberikan banyak pengalaman suka maupun duka dan pelajaran yang berarti buat kelompok, sehingga nantinya pada tugas-tugas berikuntya, kelompok bisa lebih maksimal mengerjakan tugas-tugas tersebut, dan dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. 

Chrsitin Siahaan ( 10107 ) : Karena ini pengalaman yang pertama membuat suatu penelitian, saya mengalami kebinggungan yang sangat amat banyak, binggung buat kata-katanya, binggung buat analisisnya dan lain lain. Tapi hal ini juga lah yang membuat saya belajar tentang membuat suatau penelitian, belajar mempergunakkan waktu dan belajar untuk bekerja sama dengan para anggota kelompok. 

Anggita Windy (10103 ) : Awalnya saya mengira bahwa tugas ini sama seperti membuat skripsi tapi ternyata tidak, ini hanya sebuah tuga mini proyek. didalam pembuatan tugas mini proyek ini, menurut saya awalnya emang susah apalagi saat memilih topik dan judul yang sesuai, kami berulang kali mengganti judul agar sesuai dengan teori. wawancara ini merupakan pengalaman yang baru buat saya dan sangat menyenangkan. 

Putri Olwinda ( 10-121 ) : Pada awal pemberian tugas mini proyek ini, saya merasa sepele dan menggangap mudah untuk menjalani tugas ini. dari pengalam tersebut saya akan lebih memfokuskan diri pada tugas proyek ini, karena meskipun ini dikerjakan berkelompok, pendapat dan keinginan dari tiap anggota berbeda dan cukup sulit menyatukannya. saya merasa tertantang dalam mencoba sesuatu yang baru dan juga saya dituntut untuk lebih peduli pada tugas yang telahh diberikan.  
 
   
DAFTAR PUSTAKA:
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group.
Syah,Muhibbin.1995.Psikologi Pendidikan-Pendekatan Baru).Bandung:Remaja Rosdakarya Offset-Bandung

ANDRAGOGI

Minggu, 08 Mei 2011

Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagau "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.

Bagaimana cara belajar orang dewasa sebagai warga belajar ?

Cara belajar orang dewasa jauh berbeda dengan cara belajar anak-anak. oleh karena itu, proses penyelenggaraan belajar bagi orang dewasa harus didekati dengan cara yang berbeda pula. Menyamakan pendekatan pendidikan anak dengan pendekatan pendidikan orang dewasa dapat mengakibatkan kegiatan pendidikan tersebut menjadi suatu hal yang menyakitkan bagi orang dewasa. Kondisi yang menyakitkan tersebut tentu akan sulit untuk mengharapkan hasil belajar yang maksimal.

Prinsip Andragogi Menurut Malcolm Knowles (1980) :

1.Orang dewasa perlu terlibat dalam merancang dan membuat taksiran semua kerja mereka. Pelajar mesti diberikan tujuan sejauh mana pencapaian tujuannya.
2.Pengalaman adalah asas aktivitas pembelajaran. Menjadi tanggungjawab pelajar menerima pengalaman sebagai suatu yang bermakna.
3.Pelajar lebih berminat mempelajari perkara-perkara yang berkaitan secara langsung dengan kerja dan kehidupan mereka.
4.Pembelajaran adalah tertumpu pada masalah (problem-centered). Masalah memberi tenaga, arah dan menggalakkan daya belajar dan ia perlu dimotivasikan.

Orang dewasa dalam belajar jauh berbeda dengan anak-anak, Seharusnya menggunakan pendekatan yang berbeda pula dalam membelajarkan anak. Pendekatan yang layak adalah pendekatan andragogi. Bila dihubungkan dengan penyelenggaraan pendidikan yang terorganisir di kelompok belajar, maka pendekatan andragogi akan semakin terasa pentingnya. Sebab setiap kegiatan yang terorganisir sudah tentu mempunyai atau didasarkan pada pedoman-pedoman tertentu. Pedoman inilah yang menjadi prinsip-prinsip kerja agar kegiatan berjalan pada prosedur yang benar dan sesuai dengan tujuan.

Bagaimana Karakteristik Warga Belajar Dewasa?

1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda
2. Orang dewasa yang miskin mempunyai tendensi, merasa bahwa dia tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri.
3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui
4. Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya
5. Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau disalahkan
6. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecendrungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya
7. Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap pemahamannya
8. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama
9. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang baik, adil dan masuk akal
10. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya. Oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak mungkin
11. Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis
12. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalon hubungan dekat dengan teman baru.

Apa saja penerapan pada andragogi ?

Penerapan Andragogi dalam performansi Tutor

Tutor sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran orang dewasa. Tutor memasuki kelas dengan bekal sejumlah pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman ini seharusnya melebihi dari yang dimiliki oleh peserta. Seorang tutor dengan pengetahuan dan pengalamannya itu tidaklah cukup untuk membuat peserta untuk berperilaku belajar dalam kelas melainkan sikap tutor sangatlah penting. Seorang tutor bukan merupakan "pemaksa" untuk terjadinya pengaruh terhadap peserta, namun pengaruh itu timbul karena adanya keterlibatan mereka dalam kegiatan belajar. Untuk mengusahakan adanya perubahan, tutor hendaknya bersikap positif terhadap warga belajar.

Sikap seorang tutor mempunyai arti dan pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku warga belajar dalam kegiatan pembelajaran. Umumnya tutor yang memiliki daya tarik akan lebih efektif dari pada tutor yang tidak menarik. Sikap menyenangkan yang ditampilkan oleh tutor akan ditanggapi positif oleh peserta, pada gilirannya berpengaruh terhadap intensitas perilaku belajarnya. Sebaliknya, fasilitator yang menampilkan sikap tidak menyenangkan akan dinilai negatif oleh peserta, sehingga mengakibatkan kegiatan belajar menjadi tidak menyenangkan.

Ada beberapa hal yang dianggap penting dimiliki oleh para tutor dalam proses interaksi belajar yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya warga belajar, yaitu (1) bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah peserta didik hanya secara intelektual; ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi mereka; berada dan bersatu dengan peserta didik; membiarkan diri sendiri mengalami atau menyatu dalam pengalaman para peserta didik; merenungkan makna pengalaman itu sambil menekan penilaian diri sendiri, (2) Bersikap kewajaran: jujur, apa adanya, konsisten, terbuka; membuka diri; merespon secara tulus ikhlas, (3) Bersikap respek: mempunyai pandangan positif terhadap peserta; mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian, menerima orang lain dengan penghargaan penuh; menghargai perasaan dan pengalaman mereka, dan (4) Membuka diri: menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan pengalaman diri sendiri; secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain dan mau mengambil resiko jika melakukan kekeliruan.

Penerapan Andragodi dalam Pengorganisasian Bahan Belajar

Pengorganisasian bahan belajar sedemikian rupa, memudahkan warga belajar dalam mempelajarinya. Pengorganisasian bahan belajar dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran. Setiap bahan belajar yang ingin disampaikan, harus dilihat dari ketertarikan warga belajar terhadap materi yang disampaikan, kesesuaian materi dengan kebutuhan warga belajar, dan kesamaan tingkat dan lingkup pengalaman antara tutor dan warga belajar

Bahan belajar yang berisi pengetahuan, keterampilan dan atau nilai-nilai akan disampaikan oleh tutor kepada warga belajar. Bahan belajar itu pula yang akan dipelajari oleh warga dalam mencapai tujuan belajar. Materi harus dipilih atas pertimbangan sejauh mana peranannya dalam menciptakan situasi untuk penyesuaian perilaku warga belajar di dalam mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Materi itu pun akan mempengaruhi pertimbangan tutor dalam memilih dan menetapkan teknik pembelajaran.

Seorang tutor hendaknya mengetahui faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam memilih bahan belajar untuk diajarkan. Ketertarikan warga belajar dalam memilih dan mempelajari bahan belajar adalah merupakan manifestasi dari perilaku belajar warga belajar. Faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam memilih bahan belajar adalah tingkat kemampuan peserta, keterkaitannya dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh peserta, tingkat daya tarik bahan belajar, dan tingkat kebaharuan dan aktualisasi bahan.

Penerapan andragogi dalam Metode Pembelajaran

Penggunaan metode pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa berimplikasi pada penggunaan teknik pembelajaran yang dipandang cocok digunakan di dalam menumbuhkan perilaku warga belajar. Knowles mengklasifikasi teknik pembelajaran dalam mencapai tujuan belajar berdasarkan tipe kegiatan belajar, yakni; sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Kegiatan belajar pada pendidikan orang dewasa masih merupakan kegiatan belajar yang paling efisien dan paling dapat diterima serta merupakan alat yang dinamis dan fleksibel dalam membantu orang dewasa belajar. Oleh karena, kegiatan belajar merupakan alat yang dinamis dan fleksibel dalam membantu orang dewasa, maka penggunaan metode belajar diperlukan berdasarkan prinsip-prinsip belajar orang dewasa. Metode belajar orang dewasa adalah cara mengorganisir peserta agar mereka melakukan kegiatan belajar, baik dalam bentuk kegiatan teori maupun praktek.

Metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar, harus (1) berpusat pada masalah, (2) menuntut dan mendorong peserta untuk aktif, (3) mendorong peserta untuk mengemukakan pengalaman sehari-harinya, (4) menumbuhkan kerja sama, baik antara sesama peserta, dan antara peserta dengan tutor, dan (5) lebih bersifat pemberian pengalaman, bukan merupakan transformasi atau penyerapan materi.

Daftar Pustaka:

Sukadji,S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah.Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas
http://www.jugaguru.com/article/49/tahun/2006/bulan/10/tanggal/10/id/184/
http://www-distance.syr.edu/andraggy.html
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/195509271985031-DHARMA_KESUMA/Pedagogi-pedagogik_01.pdf

Pemanasan dahulu sebelum belajar

Selasa, 03 Mei 2011

Hari ini kami memulai kuliah yaitu kuliah psikologi pendidikan. Sebelum memulai pelajaran yang akan diajarkan oleh dosen kami Bu Dina, kami terlebih dahulu di berikan arahan awalnya berdiri, kemudian membentuk suatu lingkaran. Kami merasa bingung tapi setelah Bu dina memberikan arahan lebih lanjut. Baru lah, kami mengerti bahwa ini adalah sebuah permainan. Dengan melakukan gerakan ke depan, ke belakang, ke kanan, lalu tekuk. Wahh.. kami pada senyum, ketawa, dan merasa senang sekali ketika melakukan hal itu. Rasanya seperti kembali ke jaman taman kanak-kanak (TK). Disini tidak lagi dalam lingkaran besar, tapi kami dibagi lagi menjadi dua kelompok ganjil dan genap dan kedua kelompok ini saling bergandengan tangan dan melakukan instruksi dari Bu Dina dan melakukan gerakan sama dengan irama lagu yang kami dengar perlu adanya kerjasama agar gerakan yang kami buat seirama dengan lagu tersebut.

Nah, lagunya seperti ini : 
“Saya mau tamasya berkeliling-kliling kota.. 
Hendak melihat-lihat pemandangan yang ada..
Saya panggilkan becak kereta tak berkuda..
Becak-becak tolong bawa saya.."

Walaupun singkat, tapi menurut saya, bahagia sekali rasanya mendengarkan lagu ini dengan melakukan gerakan ke depan, ke belakang, ke kanan lalu tekuk.

Pemanasan seperti permainan yang kami lakukan tadi adalah suatu hal yang positif . Dapat membuat saya lebih relax, senang, dan bersemangat untuk memulai pelajaran yang akan diajarakan. Bila di hubungkan dengan psikologi pendidikan, permainan tadi merupakan teacher centered dimana pengajar memberikan instruksi kepada pelajar. Dan agar pelajar diharapkan mampu untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan dapat menciptakan suasana belajar yang aktif (learner centered). Dengan di adakan pemanasan seperti itu juga dapat membangkitkan motivasi dan emosional yang artinya dorongan untuk memberi semangat, arah,dan kegigihan perilaku dan dengan emosi yang positif seperti rasa ingin tahu yang tinggi. Sehingga hal ini dapat membantu memperlancar proses belajar mengajar di kelas dan agar kelas bisa lebih aktif terutama di mata kuliah pendidikan.

PEDADOGI

Minggu, 01 Mei 2011

APA ITU PEDAGOGI ?
 
Pedagogi yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Pedagogi berasal dari kata Yunani "dibayar," yang berarti anak plus "agogos," yang berarti memimpin. Oleh karena itu, pedagogi telah didefinisikan sebagai seni atau
pengetahuan membimbing,memimpin atau mengajar anak.  

Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Pada awalnya, bahkan hingga sekarang, banyak praktek proses belajar dalam suatu pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan bagi orang dewasa.  

Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training / Teaching)  

Menurut Hewett LL.D, bahwa pedagogi lebih dari sekedar ilmu dan seni mengajar. Pedagogi berkenaan dengan upaya membawa anak-anak dan memimpin mereka untuk mencapai suatu tujuan yang ideal, di sini tujuan idealnya adalah kelaki-lakian dan keperempuanan yang bermartabat. Tujuan pendidikannya idealistik. Realitas pendidikan, situasi pendidikan, selalu berhubungan dengan tujuan-tujuan idealistik, baik yang individual ataupun masyarakat/bangsa.

Pedagogi bertujuan agar anak di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan dan kelak dapat menghidupi diri mereka sendiri, dapat hidup secara bermakna, dan dapat turut memuliakan kehidupan.
Dalam model pedagogi, guru memiliki tanggung jawab penuh untuk membuat keputusan tentang apa yang akan dipelajari, bagaimana akan dipelajari, ketika akan dipelajari, dan jika materi telah dipelajari. Pedagogi, atau instruksi guru-diarahkan seperti yang umumnya dikenal, tempat siswa dalam peran tunduk membutuhkan ketaatan dengan instruksi guru. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik hanya perlu mengetahui apa guru mengajarkan mereka. Hasilnya adalah situasi pengajaran dan pembelajaran yang aktif mempromosikan ketergantungan pada instruktur (Knowles, 1984).
 
 Pedagogi memiliki arti 3 hal sebagai berikut :
1.INSTRUKSI
2.PENDIDIKAN: seni, ilmu pengetahuan, atau profesi mengajar, terutama: penelitian yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode dalam pendidikan formal
3.SEKOLAH: tempat instruksi

Selasa, 17 Mei 2011

Keterampilan Tentor Dalam Mengajar

Tugas Mini Proyek Kelompok :

Topik : Dinamika mengajar pengajar yang bukan profesional
Judul : Keterampilan Tentor dalam mengajar 

PERENCANAAN

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Seperti yang kita lihat, banyak guru yang bukan professional atau tentor hadir ditengah-tengah para pelajar. Guru yang bukan professional ini sendiri diartikan sebagai guru yang tidak memiliki sertifikat atau ijazah guru.

 

Guru yang bukan professional atau tentor ini sendiri banyak juga yang bukan merupakan tamatan atau berada di bidang keguruan melainkan dari berbagai macam jurusan. Ada yang berlatarbelakang jurusan Teknik, jurusan Pertanian dll. Dimana mereka disini pastinya tidak mengetahui dengan pasti bagaimana kesiapan dan keterampilan dalam mengajar yang harus dimiliki seorang pengajar. 

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 orang tentor dari dua bimbingan belajar yang berbeda. 3 orang tentor dari bimbingan belajar OSCI dan 2 tentor dari bimbingan belajar AEC.

Adapun teori yang terdapat pada buku  (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan) mengenai cara mengajar yang efektif dimana guru diharapkan menguasai berbagai macam perspektif dan strategi dan harus bisa memgaplikasikannya secara fleksibel. Hal itu membutuhkan dua hal yang utama: (1) pengethauan dan keahlian profesional, dan (2) komitmen dan motivasi. Selain itu, kami juga menggunakan teori mengajar (antara ilmu dan seni) (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan) (Syah,Muhibbin.1995.Psikologi Pendidikan-Pendekatan Baru).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan para tentor dalam mengajar sesuai dengan teori cara mengajar yang efektif  dan Mengajar ( antara seni dan Ilmu ) (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan). 

LANDASAN TEORI 

Dari teori psikologi pendidikan “Santrock.,J.W.(2008).Psikologi pendidikan (edisi kedua). Jakarta:Prenada Media Group”. yang ada mengenai cara mengajar yang efektif oleh seorang pengajar, terdapat dua hal yang utama, yaitu pengetahuan dan keahlian professional, serta komitmen dan motivasi. 

Pengetahuan dan keahlian professional itu sendiri mencakup : 

Penguasaan materi pelajaran
Guru yang efektif harus berpengethauan, fleksibel dan memahami materi. Tentu saja, pengethauan subjekk pengetahuan subjek materi bukan hanya mencakup fakta, istilah, dan organisasian materi, mengaitkan beberapa gagasan, cara berpikir, dan beragumen, pole perubahan dalam satu mata pelajaran, kepercayaan tentang mata pelajaran dan kemampuan untuk mengaitkan satu gagasan dari suatu disiplinn ilmu ke displin ilmu lainnya,

Strategi pengajaran
Konstruktivisme menekankan agar inidividu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman, guru bukan sekadar memberi informasi kepikiran anak, akan tetapi guru harus mendrong anak untuk mengeksplorasi dunia meeka, menemukan pengetahuan, merenung dan berpikir secara kritis. 

Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan instruksional
Guru menghabiskan waktu untuk menyusun rencana instruksional, megorganisasikan pelajaran agar murid meraih hasil yang maksimal dari kegiatan belajarnya.

Keahlian manajemen kelas
Guru yang efektif mampu menjaga kelas aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif.

Keahlian motivasional
Guru yang efektif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar.

Keahlian komunikasi
Keahlian komunikasi yang juga amat diperlukan untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal dan memahami komunikasi nonverbal dari murid, dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif. 

Keterampilan lain yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam mengelola kelas dan memecahkan konflik secara konstruktif adalah keterampilan komunikasi yang baik. 
Tiga aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara, mendengar dan komunikasi nonverbal. Murid akan memperoleh banyak manfaat jika seorang guru mempunyai keterampilan berbicara.

Berbicara didepan kelas dan murid, dalam berbicara didepan kelas dan murid, salah satu hal yang penting yang harus diingat adalah menkomunikasikan informasi secara jelas. Kejelasan (clarity ) dalam berbicara adalah hal yang sangat penting agar pelajaran berjalan dengan baik. Langkah-langkah strategi untuk berbicara secara jelas didepan kelas dan murid : 

- Menggunakan tata bahasa yang benar
- Memilih kosakata yang gampang dipahami dan tepat bagi level grade murid
- Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan murid dalam memahami apa yang guru katakan.
- Berbicara dengan tempo yang tepat, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
- Tidak menyampaikan ha-hal yang kabur.
- Menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar untuk berbicara secara jelas di kelas. 

Selain itu ada beberapa aspek lain dalam keterampilan berbicara yaitu dalam hal penanganan konflik, ada 4 gaya yang bisa dilakukan seorang guru yaitu : gaya asertif, gaya pasif, gaya manipulatif dan gaya agresif ( galak ). Guru juga harus bisa memberikan cerammah yang efektif kepada muridnya. 

Keterampilan mendengar, hal yang sangat penting dalam menjalin dan menjaga hubungan. Pendengar yang baik akan mendengar secara aktif. Mendengar yang aktif berarti memberi perhatian penuh pada pembicara, memfokuskan diri pada isi intelektual dari pesan. Berkomunikasi nonverbal, selain apa yang anda katakana, anada juga berkomunikasi melalui tangan, menyilangkan kaki, atau menyentuh orang lain. 

Bekerja secara efektif dengan murid dari latar belakang cultural yang berlainan keahlian teknologi

Komitmen dan motivasi mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid 

Mengajar Antara SENI  dan ILMU
Dari teori psikologi pendidikan pula dinyatakan mengajar sebagai suatu “seni” dan “ilmu pengetahuan”, disini dimaksudkan bahwa bagaimana seorang pengajar menggunakan pendekatan mengajar yang ilmiah serta bagaimana kesiapan mengajar berperan penting bagi keberhasilannya sebagai pengajar.
 

1. Mengajar sebagai ilmu 
    Sebagian ahli memndang mengajar sebagai ilmu ( science ). oleh karenanya, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki profesiensi (berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalm dunia pendidikan yang berkompentenuntuk melakukan tugas mengajar.
Siapapun, asal memiliki profesiensi dalam bidang ilmu pendidikan akan mampu melakukan perbuatan mengajar dengan baik. penguasaan seseorang guru atas materi pelajaran bidang tugasnya adalah juga penting, tetapi yang lebih penting ialah penguasaanya atas ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tugas mengajarnya.    

2. Mengajar sebagai Seni 
    Sebagian ahli lainnya memandang bahwa mengajar adalah seni (art) bukan ilmu. oleh karenanya, tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang berilmu pendidikan ) bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar. Memang sulit disangkal bahwa untuk menjadi seorang guru yang profesional orang harus belajar dan berlatih di lingkungan instansi pendidikan keguruan selama bertahun-tahun. Namun kenyataan lain menunjukkan bahwa dalam mengajar terdapat faktor "tertentu" yang abstrak dan hampir mustahil dipelajari. Bahkan faktor misterius ini tak dapat diterangkan dengan jelas. Sementara itu aliran lainnya menganggap mengajar sebagai seni yang mengacu pada bakat sejak lahir tak berbeda dengan gagasan bahwa gru itu dilahirkan bukan dibangun atau dibuat. dalam hal ini, orang dapat menjsdi guru yang baik karena ia berbakat menjadi guru. Dengan kata lain, sesorang menjadi guru yang baik atau guru yang buruk bukan karena hasil belajarnya melainkan karena potensinya yang ia bawa sejak lahir. aliran ini menimbulkan anggapan yang ekstrem bahwa profesi mengajar itu tidak dapat dipelajari, atau dengan kata lain sia-sia orang mempelajari ilmu keguruan kalau ia tidak mempunyai bakat. sebaliknya, orang yang memang bakat mengajar dapat menjadi guru yang baik, meskipun tidak pernah belajar teori dan praktik keguruan. Untuk menjadi guru yang kompeten, orang perlu belajat dan berlatih secara bersungguh-sungguh selama kurun waktu yang lama. akan tetapi kenyataannya tidak semua orang ynag mengikuti pendidikan pelatihan keguruan berhasil mencapai kinerja akademik keguruan yang memadai, meskipun mereka telah menunjukkan usaha yang terkadang melebihi rekan sejawatnya yang ternyata lebih berhasil.
Alhasil, antara mengajar sebagai ilmu dengan mengajar sebagai seni itu terdapat benang merah  yang membuat keduanya saling terikat dan saling mempengaruhi satu sama lain. dengan demikian, hubungan antara bakat keguruan dengan proses belajar yang sesuai dengan bakat itu, ibarat hubungan anatara dua sisi mata uang logam yang berfungsi saling melengkapi.

Sesuai dengan teori yang diatas, kami ingin mengetahui keterampilan apa yang dimiliki seorang tentor dalam mengajar dimana tentor tersebut tidak memliki latarbelakang pendidikan keguruan. 

ALAT DAN BAHAN 
  • Lembar wawancara
  •  Alat Tulis berupa pulpen 
  • Kamera untuk dokumentasi 
  • Handphone ( recorder ) untuk merekam percakapan. 


ANALISIS DATA  

Data diambil dari 5 tentor bimbingan belajar dari 2 instansi bimbingan belajar (bimbel) yang berbeda yaitu 3  orang tentor dari bimbingan belajar OSCI dan 2  torang tentor dari  bimbingan les AEC yang kami anggap bisa mendapatkan datannya dan dapat dianalisa mengenai keterampilan tentor dalam mengajar . Kami mewawancari ke 5 tentor dengan cara mengajukan 10 pertanyaan yang berkaitan dengan keterampilan tentor dalam mengajar. Masing-masing Tentor diajukan pertanyaan yang sama, agar nantinya jawaban dari para tentor dapat dibandingkan dari satu tentor dengan tentor lainnya. Yang pada akhirnya, hasil dari perbandingan ini menunjukkan adanya aneka ragam keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing tentor dalam mengajar. 

OBJEK ATAU SUBJEK 

Subjek penelitian adalah Keterampilan tentor dalam mengajar.
Objek penelitian adalah 5 orang tentor dari 2 bimbingan les yang berbeda, 3 orang tentor ( tentor Biologi, tentor Matematika dan tentor Bahasa Indonesia )  dari bimbingan belajar  “OSCI” dan 2 orang tentor ( tentor Bahasa Inggris ) dari bimbingan belajar  “AEC”.

JADWAL PELAKSANAAN

  1. 3 Mei 2011 : Penentuan Topik dan Judul Penelitian 
  2. 5 Mei 2011 : Konsultasi dengan dosen Pendidikan mengenai perencanaan awal
  3. 6 Mei 2011 : Membuat ulang Perencanaa awal berupa pendahuluan, landasan teori, menentukan hari dan tanggal penelitian, menentukan tentor yang hendak diwawancarai, menanyakan ketersediaan tentor untuk diwawancarai. 
  4. 10 Mei 2011: Mengadakan Wawancara terhadap 5 orang tentor dari 2 bimbingan les yang berbeda.
  5. 12 Mei 2011: Menganalisis Data yang diperoleh dari hasil wawancara
  6. 15 Mei 2011: Pembuatan Poster
  7. 16 Mei 2011: Tahap Pelaporan dan Evaluasi
  8. 17 Mei 2011: memposting ke blog seluruh pengerjaan mini proyek.
KALKULASI BIAYA

Biaya Print lembaran wawancara : Rp. 1000
Biaya fookopi lembaran wawncara : Rp. 1000

PELAKSANAAN

Penelitian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2011 pada dua bimbingan belajar yang berbeda. Setelah pulang mata kuliah pendidikan. Sebelum berangkat, kelompok mengeprint lembaran wawancara sebanyak 1 lembar, dan memfotokopi lembaran wawncara tersebut sebanyak 5 lembar. Kemudian, sekitar pukul 13.00 wib sebelum berangkat, anggota memeriksa perlengkapan untuk melakukan wawancara berupa kamera, handphone, pulpen dan lembar wawancara. Sekitar pukul 13.15 Wib, kelompok berangkat bersamaan ke bimbingan belajar yang pertama. Sampai di bimbingan belajar AEC sekitar pukul 13.50, kami langsung bertemu dengan 2 tentor yang sudah kami tentukan, yang berketepatan sednag istirahat. Kemudian, sebelum kami melakukan wawancara dengan para tentor, kelompok mengatakan tujuan kelompok melakukan wawancara tersebut. Setelah itu, kami langsung melakukan wawancara satu persatu dari kedua tentor tersebut. Yang mendapat giliran pertama untuk diwawancarai adalah miss Sabeth. Sebelum mengajukan pertanyaan kepada tentor tersebut, kami mengambil posisi masing-masing sesuai tugas masing-masing yang telah ditentukan sebelumnya.Satu anggota sebagai penanya, satu anggota memegang handphone bertujuan untuk merekam pembicaraan dan satu anggota lagi sebagai seksi dokumentasi.  Setelah itu, kelompok mewawancarai tentor tersebut dengan mengajukan 10 pertanyaan yang berkaitan dengan keterampilan tentor dalam mengajar.Selesai tentor bahasa inggris tersebut diwawancara kami berpindah ke tentor yang kedua, yaitu miss Kartini. Kami melakukan perlakuan yang sama seperti kami lakukan terhadap tentor sebelumnya yaitu mengajukan 10 pertanyaan yang sama dengan 10 pertanyaan yang telah diajukan terhadap tentor sebelumnya. Setelah selesai, mewawancarai dua tentor dari bimbingan belajar AEC tersebut, kami langsung mengucapkan terimakasih kepada keuda tentor tersebut atas kesediannya menjadi sampel dalam penelitian kami dan pamit pulang. 

Kemudian, kami langsung bergerak ke bimbingan belajar yang kedua yaitu bimbingan belajar OSCI. Kelompok tiba di OSCI sekitar pukul 15.00 wib, sebelum menuju gerbang kelompok memeriksa kembali perlengkapan yang diperlukan dalam melakukan wawancara tersebut. Setelah itu, kelompok menuju gerbang, sama seperti di bimbingan belajar sebelumnya, kami langsung bertemu dengan ke-3 tentor yang sudah kami tentukan. Tanpa pikir panjang, kelompok langsung mendatangi satu persatu dari ketiga tentor tersebut. Tentor yang pertama diwawancari adalah bg. Aldo Siahaan sebagai tentor Biologi. Sebelum mengajukan pertanyaan, kelompok memberitahukan apa tujuan dilakukan wawancara tersebut. Setelah itu, tentor tersebut langsung diwawancarai dengan mengajukan 10 pertanyaan yang sama dengan 10 pertanyaan yang kelompok ajukan kepada 2 tentor dari bimbingan belajar sebelumnya. Setelah itu, kami mendatngi tentor yang kedua yaitu bg.jeff sebagai tentor Matematika. Seperti tentor-tentor sebelumnya, kami memberikan perlakuan yang sama terhadap tentor tersebut, yaitu memberithukan tujuan dilakukan wawancara dan juga mengajukan 10 pertanyaan yang sama. Setelah itu, kami mendatangi tentor ketiga atau yang terakhir, yaitu bg. Rega sebagai tentor Bahasa Indonesia. Seperti Tentor sebelum-sebelumnya, kami memberitahukan tujuan kami dan memberikan 10 pertanyaan yang sama. Setelah itu, kami mengucapkan terimakasih ketiga tentor tersebut atas kesediaanya menjadi sampel dalam penelitian kelompok dan kemudian pamit pulang. 

PELAPORAN DAN EVALUASI

LAPORAN
Hasil wawancara yang didapat :

1. Nama : Elisabeth 
    B.Studi : Bahasa Inggris (AEC)

Jawaban atas 10 pertanyaan :

- Keterampilan dalam mengendalikan kelas
   Dalam hal mengendalikan kelas, tentor tersebut mengatakan dia lebih sering menarik perhatian para siswa
   dengan menanyakan kabar para muridnya, bagaimana kegiatan sekolah dan kegiatan sehari-hari para   
   muridnya. Jika para murid sudah tampak bosan, tentor tersebut sering mengadakan games atau cerita untuk
   menghilangkan kebosanan yang dialami siswa pada waktu proses belajar. 
- Keterampilan dalam mempersiapkan diri baik itu penguasaan materi dan persiapan mental tentor.
  Tentor tersebut sebelum masuk kelas telah mempersiapkan materi ajar, kuis dan games yang nantinya akan 
  diadakan didalam kelas. Dalam penguasaan materi, tentor tersebut mempersiapkan dirinya dengan cara 
  membaca-baca ulang topik yang hendak diajarin. 
- Keterampilan dalam berinteraksi dengan para siswa :
   Dalam berinteraksi dengan para siswanya, tentor tersebut sering berdiskusi, cerita dengan para muridnya, 
   sehingga tidak ada kekakuan antara murid dengan tentor tersebut. Tentor tersebut biasanya akan 
   mengetahui apa yang dialami siswa tanpa siswa cerita. Dalam berinteraksi, tentor tersebut lebih sering  
   menampilkan ekspresi senyum.

2. Nama : Kartini
    B.Studi : Bahasa Inggris (AEC)

Jawaban dari 10 pertanyaan :

- Keterampilan dalam mengendalikan kelas :
   Tentor ini memgatakan supaya kelas efektif, sebelum dimulai proses belajar-mengajar, tentor tersebut 
   memastikan dulu apakah siswa sudah rileks atau tenang. Jika para murid sudah kelihatan bosan dalam 
   mengikuti pembelajaran, tentor tersebut biasanya mengadakan games, atau kuis dadakan sehingga yang 
   tadinya murid merasa bosan menjadi kembali semangat. Kalu ada murid yang kurang aktif biasanay tentor 
   tersebut akan mendekta, berbicara kepada si murid agar muridnya lebih aktif.
- Keterampilan dalam mepersiapkan diri baik itu penguasaan materi maupun perispan mental tentor. 
   Persiapan diri sebelum masuk kelas, tentor ini biasanya akan membuat persiapan-persiapan pembelajaran 
   seperti materi-materi berkaitan dengan pembelajaran. Persiapan diri dalam hal penguasaan materi,
   tentor ini biasanya akan mempelajari ulang topik yang hendak dibahas di dalam kelas. 
- Keterampilan dalam berinteraksi dengan para siswa.
   Tetap berkomunikasi dengan para siswa baik itu didalam kelas maupun diluar kelas. Dalam berinteraksi,   
   tentor tersebut lebih banyak menunjukkan ekspresi senyum, dimana menurut tentor ini tujuannya melakukan 
   itu agar siswa merasa ada kedekatan dengan para tentornya.
- Keterampilan dalam mebuat variasi gaya mengajar
   Tentor ini mengatakan bahwa dalam membuat variasi gaya mengajar, tentor tersebut bergantung pada 
   kelasnya,

3. Nama : Aldo Siahaan
    B.Studi : Biologi ( OSCI)


Jawaban dari 10 pertanyaan :

- Keterampilan dalam mengendalikan kelas.
  Dalam hal mengendalikan kelas, Tentor tersebut mengatakan bahwa dia biasanya akan membuat volume 
  suara yang cocok bagi ruangan. Lebih banyak berdiri di tengah-tengah kelas. Untuk membangkitkan 
  keaktifan para murid, tentor tersbut biasnya akan banyak mengajukan pertanyaan ke murid.Jika para murid 
  sudah kelihatan bosan, biasanya tentor tersebut memberhentikan pembelajaran dan memberi waktu kepada 
  murid-muridnya unutk berdiskusi atau komunikasi dengan sesam teman yang ada didalam kelas.
- Keterampilan dalam mempersiapkan diri baik itu penguasaan materi maupun mental tentor tersebut. 
   Persiapan diri yang dilakukan oleh tentor tersebut dalam hal penguasaan materi biasanya membuat 
   pokok-pokok penting atau resume pengajaran. membaca berita hari ini, apa yang hendak diajarkan 
   berkaitan dengan berita hari ini.
- Keterampilan dalam membuat variasi gaya mengajar. 
   Tentor tersebut sering membuat variasi gaya mengajar, seperti menggunakan ilustrasi gambar dalam 
   mengajar, atau menggunakan tebakan singkat seperti games dalam mengajar para muridnya. Dalam 
   mengajar tentor ini biasanya melakukan banyak metode seperti metode bertukar pikiran maksudnya 
   menggantikan informasi lama yang dimiliki siswa dengan infomasi baru. Metode interaktif dimana materi 
   pembelajaran disampaikan dengan cara bercakap-cakap.
- Keterampilan dalam berinteraksi dengan para siswanya.
   Dalam berinteraksi dengan para siswanya, tentor tersebut lebih banyak mengguanakan ekspresi senyum 
  dengan tujuan untuk mencairkan suasana. Tentor tesebut sering memberikan motivasi kepada para siswanya.

4. Nama : Jeffry 
    B.Studi : Matematika (OSCI)


Jawaban dari 10 pertanyaan :

- Keterampilan dalam mengendalikan kelas.
   Dalam hal mengendalikan kelas, tentor tersebut lebih sering melihat siswanya supaya tidak ada celah bagi 
   siswa untuk main-main disaat belajar. 
   Lebih bersikap tegas terhadp murid. Jika murid-murid sudah keliatan bosan terhadap suasana belajar, 
   tentor tersbut biasanya akan cerita-cerita atau membuat candaan ( humor ).
- Keterampilan dalam mampersiapkan diri baik itu oenguasaan materi maupun mental tentor tersebut. 
   Persiapan diri dalam hal penguasaan materi, tentor tersebut biasanya membaca ulang materi-materi yang 
   hendak diajar dan juga membahas ulang materi tersebut.
- Keterampilan dalam membuat variasi gaya mengajar.
  Tentor tersbut sering melakukan variasi gaya mengajar, salah satunya variasi cara menulis materi dipapan 
  tulis. Yang biasanya tulisan dimulai dari sebelah kanan diubah dengan memulainya dari sebelah kiri. 
- Keterampilan dalam berinteraksi dengan para siswanya. 
   tentor tersebut biasanya berinteraksi dengan para siswanya dengan mengekspresikan senyuman untuk 
   menjalin kedekatan dengan para siswanya sehingga hanya dengan melihat wajahnya para muridnya sudah 
   langsung tertawa. Kalau diluar kelas, tentor tersebut biasanya lebih sering mengajak para siswanya untuk 
   cerita-cerita ( dalam konteks kegiatan sehari-hari ), diskusi, bahkan karena keterampilan tentor tersebut 
   dalam berinteraksi, kadang-kadang tentor tersebut dengan muridnya bis saling ejek-ejekan ( bercanda ).  
   Tentor tersebut juga sering menyindir para muridnya yang kurang aktif, tujuan untuk memotivasi para 
   siswanya untuk bangkit.

5. Nama : Rega
    B.Studi : Bahasa Indonesia ( OSCI )


Jawaban dari 10 pertanayaan :

- Keterampilan dalam mengendalikan kelas
   Jika murid-muridnya kedapatan rubut dalam kelas, biasanya tentor tersebut akan menyindir muridnya 
   dengan mengatakan, "ialah aku kan gak bayar uang bimbel, suka-suka kalian ". Jika para siswanya sudah 
   kelihatan bosan mengikuti aktifitas belajar, tentor tersebut biasanya akan bertanya kepada muridnya, siapa 
   yang mau belajar, lanjutin belajarnya, siapa yang tidak mau belajar lebih baik tidur asalkan pekerjaanya 
   sudah selesai, tentor ini juga biasanya akan memberikan lelucon untuk merubah suasana kebosanan 
   tersebut. 
- Keterampilan mempersiapkan diri baik itu penguasaan materi dan mental tentor.
   Persiapan diri yang berhubungan dengan penguasaan materi biasanya tentor tersebut mengulang  ecara rutin 
   sket-sket mengajar. Menjawab soal-soal pengantar.
- Keterampilan berinteraksi dengan para siswa. 
   Berinteraksi di dalam kelas, biasanya tentor tersebut memberikan pertanyaan kepada siswanya, dan 
   menyalahkan jawaban murid yang sudah benar tujuan untuk melatih murid tersebut supaya dapat 
   mempertahankan pendapatnya atau menpertanggungjawabkan pendapatnya. Menanyakan bagaimana 
   kegiatan sehari-harinya.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa walaupun tentor tersebut tidak berasal dari latarbelakang pendidikan keguruan dan tidak memiliki sertifikat guru, ternyata para tentor tersebut mampu dan mempunyai bakat mengajar seperti guru profesional atau yang berasal dari latar belakang keguruan atau mempunyai sertifikat keguruan. Hal ini dibuktikan, para tentor memiliki keterampilan dalam mengajar yang sama dengan para guru profesional atau yang berasal dari latar belaknga keguruan atau mempunyai sertifikat keguruan, berupa keterampilan dalam mengendalikan kelas, keterampilan dalam mempersiapkan diri baik itu penguasaan materi amupun persiapan mental, keterampilan berinteraksi dengan para siswa baik itu didalam kelas maupun diluar kelas serta keterampilan dalam membuat variasi gaya mengajar. 

DESAIN POSTER


EVALUASI 

Tugas mini proyek ini sendiri seharusnya mulai dilakukan pada bulan Februari, namun karena banyaknya halangan seperti Ujian Tengah semester, banyaknya tugas dari mata kuliah lainnya, sehingga tidak ada komunikasi antar anggota kelompok, sehingga tugas mini proyek ini tersingkirkan. Akhirnya, setelah selesai UTS, ppada pertengahan April, ada komunikasi antar anggota kelompok, dan kelompok baru memiliki waktu untuk memikirkan tugas mini proyek tersebut. 

Dalam membuat perencanaan awal terdapat banyak hambatan, dimulai dari ketidaksetujuan dosen Pendidikan tehadap judul penelitian dan struktur perencanaanya, sehingga terjadi perubahan. Kelompok merubah kembali, judul dan struktur perencanaanya, dan pada akhrinya disetujui oleh dosen Pendidikan.

Hambatan dalam pembuatan mini proyek ini sendiri tidak hanya itu.  karena adanya perubahan perncanaan awal tersebut, sehingga terjadinya perubahan pelaksanaan penelitian yang seharusnya telah ditetapkan tanggal 6 Mei 2011 menjadi tanggal 10 Mei 2011. Dari kesediaan para tentornya sendiri, tidak ada hambatan. Hambatan lainnya, kelompok binggung membuat pertanyaan yang hendak diajukan kepada sampel. Sehingga pada akhirnya, kami membuat pertanyaan yang simpel saja. Dalam mendapatkan data, tidak ada hambatan yang diperoleh, Semua tentor terlihat sangat bersedia menjadi sampel dalam penelitian kelompok.

Kendala lainya, dalam menganalisis data yang diperoleh, kelompk binggung bagaimana menganalisis data tersbut. Sehingga pada akhirnya, kelompok membandingkan jawaban yang satu tentor dengan jawaban tentor lainnya. Yang nantinya hasil perbandingan tersebut, dapat ditarik kesimpulan. 
Dari segi perkiraan biaya, tidak ada hambatan, kami hanya mengeprint lembaran wawancara dan kemudian memfotokopi lembaran tersebut sebanyak 5 lembar. 

TESTIMONI

Penggerjaan proyek ini sangat menguras waktu dan tenaga kami. Mungkin karena kami telat dalam mengerjakannya, dan teburu-buru atau terlalu mendesak, sehingga terjadi sedikit permasalah antar anggota.
Tapi dibalik ini semua kami mendapatkan hasil yang cukup memuaskan dan kami sangat menikmati proses pengerjaanya. Karena ini adalah penilitan pertama yang pernah dilakukan, hal ini memberikan banyak pengalaman suka maupun duka dan pelajaran yang berarti buat kelompok, sehingga nantinya pada tugas-tugas berikuntya, kelompok bisa lebih maksimal mengerjakan tugas-tugas tersebut, dan dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. 

Chrsitin Siahaan ( 10107 ) : Karena ini pengalaman yang pertama membuat suatu penelitian, saya mengalami kebinggungan yang sangat amat banyak, binggung buat kata-katanya, binggung buat analisisnya dan lain lain. Tapi hal ini juga lah yang membuat saya belajar tentang membuat suatau penelitian, belajar mempergunakkan waktu dan belajar untuk bekerja sama dengan para anggota kelompok. 

Anggita Windy (10103 ) : Awalnya saya mengira bahwa tugas ini sama seperti membuat skripsi tapi ternyata tidak, ini hanya sebuah tuga mini proyek. didalam pembuatan tugas mini proyek ini, menurut saya awalnya emang susah apalagi saat memilih topik dan judul yang sesuai, kami berulang kali mengganti judul agar sesuai dengan teori. wawancara ini merupakan pengalaman yang baru buat saya dan sangat menyenangkan. 

Putri Olwinda ( 10-121 ) : Pada awal pemberian tugas mini proyek ini, saya merasa sepele dan menggangap mudah untuk menjalani tugas ini. dari pengalam tersebut saya akan lebih memfokuskan diri pada tugas proyek ini, karena meskipun ini dikerjakan berkelompok, pendapat dan keinginan dari tiap anggota berbeda dan cukup sulit menyatukannya. saya merasa tertantang dalam mencoba sesuatu yang baru dan juga saya dituntut untuk lebih peduli pada tugas yang telahh diberikan.  
 
   
DAFTAR PUSTAKA:
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group.
Syah,Muhibbin.1995.Psikologi Pendidikan-Pendekatan Baru).Bandung:Remaja Rosdakarya Offset-Bandung

Minggu, 08 Mei 2011

ANDRAGOGI

Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagau "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.

Bagaimana cara belajar orang dewasa sebagai warga belajar ?

Cara belajar orang dewasa jauh berbeda dengan cara belajar anak-anak. oleh karena itu, proses penyelenggaraan belajar bagi orang dewasa harus didekati dengan cara yang berbeda pula. Menyamakan pendekatan pendidikan anak dengan pendekatan pendidikan orang dewasa dapat mengakibatkan kegiatan pendidikan tersebut menjadi suatu hal yang menyakitkan bagi orang dewasa. Kondisi yang menyakitkan tersebut tentu akan sulit untuk mengharapkan hasil belajar yang maksimal.

Prinsip Andragogi Menurut Malcolm Knowles (1980) :

1.Orang dewasa perlu terlibat dalam merancang dan membuat taksiran semua kerja mereka. Pelajar mesti diberikan tujuan sejauh mana pencapaian tujuannya.
2.Pengalaman adalah asas aktivitas pembelajaran. Menjadi tanggungjawab pelajar menerima pengalaman sebagai suatu yang bermakna.
3.Pelajar lebih berminat mempelajari perkara-perkara yang berkaitan secara langsung dengan kerja dan kehidupan mereka.
4.Pembelajaran adalah tertumpu pada masalah (problem-centered). Masalah memberi tenaga, arah dan menggalakkan daya belajar dan ia perlu dimotivasikan.

Orang dewasa dalam belajar jauh berbeda dengan anak-anak, Seharusnya menggunakan pendekatan yang berbeda pula dalam membelajarkan anak. Pendekatan yang layak adalah pendekatan andragogi. Bila dihubungkan dengan penyelenggaraan pendidikan yang terorganisir di kelompok belajar, maka pendekatan andragogi akan semakin terasa pentingnya. Sebab setiap kegiatan yang terorganisir sudah tentu mempunyai atau didasarkan pada pedoman-pedoman tertentu. Pedoman inilah yang menjadi prinsip-prinsip kerja agar kegiatan berjalan pada prosedur yang benar dan sesuai dengan tujuan.

Bagaimana Karakteristik Warga Belajar Dewasa?

1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda
2. Orang dewasa yang miskin mempunyai tendensi, merasa bahwa dia tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri.
3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui
4. Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya
5. Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau disalahkan
6. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecendrungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya
7. Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap pemahamannya
8. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama
9. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang baik, adil dan masuk akal
10. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya. Oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak mungkin
11. Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis
12. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalon hubungan dekat dengan teman baru.

Apa saja penerapan pada andragogi ?

Penerapan Andragogi dalam performansi Tutor

Tutor sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran orang dewasa. Tutor memasuki kelas dengan bekal sejumlah pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman ini seharusnya melebihi dari yang dimiliki oleh peserta. Seorang tutor dengan pengetahuan dan pengalamannya itu tidaklah cukup untuk membuat peserta untuk berperilaku belajar dalam kelas melainkan sikap tutor sangatlah penting. Seorang tutor bukan merupakan "pemaksa" untuk terjadinya pengaruh terhadap peserta, namun pengaruh itu timbul karena adanya keterlibatan mereka dalam kegiatan belajar. Untuk mengusahakan adanya perubahan, tutor hendaknya bersikap positif terhadap warga belajar.

Sikap seorang tutor mempunyai arti dan pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku warga belajar dalam kegiatan pembelajaran. Umumnya tutor yang memiliki daya tarik akan lebih efektif dari pada tutor yang tidak menarik. Sikap menyenangkan yang ditampilkan oleh tutor akan ditanggapi positif oleh peserta, pada gilirannya berpengaruh terhadap intensitas perilaku belajarnya. Sebaliknya, fasilitator yang menampilkan sikap tidak menyenangkan akan dinilai negatif oleh peserta, sehingga mengakibatkan kegiatan belajar menjadi tidak menyenangkan.

Ada beberapa hal yang dianggap penting dimiliki oleh para tutor dalam proses interaksi belajar yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya warga belajar, yaitu (1) bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah peserta didik hanya secara intelektual; ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi mereka; berada dan bersatu dengan peserta didik; membiarkan diri sendiri mengalami atau menyatu dalam pengalaman para peserta didik; merenungkan makna pengalaman itu sambil menekan penilaian diri sendiri, (2) Bersikap kewajaran: jujur, apa adanya, konsisten, terbuka; membuka diri; merespon secara tulus ikhlas, (3) Bersikap respek: mempunyai pandangan positif terhadap peserta; mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian, menerima orang lain dengan penghargaan penuh; menghargai perasaan dan pengalaman mereka, dan (4) Membuka diri: menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan pengalaman diri sendiri; secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain dan mau mengambil resiko jika melakukan kekeliruan.

Penerapan Andragodi dalam Pengorganisasian Bahan Belajar

Pengorganisasian bahan belajar sedemikian rupa, memudahkan warga belajar dalam mempelajarinya. Pengorganisasian bahan belajar dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran. Setiap bahan belajar yang ingin disampaikan, harus dilihat dari ketertarikan warga belajar terhadap materi yang disampaikan, kesesuaian materi dengan kebutuhan warga belajar, dan kesamaan tingkat dan lingkup pengalaman antara tutor dan warga belajar

Bahan belajar yang berisi pengetahuan, keterampilan dan atau nilai-nilai akan disampaikan oleh tutor kepada warga belajar. Bahan belajar itu pula yang akan dipelajari oleh warga dalam mencapai tujuan belajar. Materi harus dipilih atas pertimbangan sejauh mana peranannya dalam menciptakan situasi untuk penyesuaian perilaku warga belajar di dalam mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Materi itu pun akan mempengaruhi pertimbangan tutor dalam memilih dan menetapkan teknik pembelajaran.

Seorang tutor hendaknya mengetahui faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam memilih bahan belajar untuk diajarkan. Ketertarikan warga belajar dalam memilih dan mempelajari bahan belajar adalah merupakan manifestasi dari perilaku belajar warga belajar. Faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam memilih bahan belajar adalah tingkat kemampuan peserta, keterkaitannya dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh peserta, tingkat daya tarik bahan belajar, dan tingkat kebaharuan dan aktualisasi bahan.

Penerapan andragogi dalam Metode Pembelajaran

Penggunaan metode pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa berimplikasi pada penggunaan teknik pembelajaran yang dipandang cocok digunakan di dalam menumbuhkan perilaku warga belajar. Knowles mengklasifikasi teknik pembelajaran dalam mencapai tujuan belajar berdasarkan tipe kegiatan belajar, yakni; sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Kegiatan belajar pada pendidikan orang dewasa masih merupakan kegiatan belajar yang paling efisien dan paling dapat diterima serta merupakan alat yang dinamis dan fleksibel dalam membantu orang dewasa belajar. Oleh karena, kegiatan belajar merupakan alat yang dinamis dan fleksibel dalam membantu orang dewasa, maka penggunaan metode belajar diperlukan berdasarkan prinsip-prinsip belajar orang dewasa. Metode belajar orang dewasa adalah cara mengorganisir peserta agar mereka melakukan kegiatan belajar, baik dalam bentuk kegiatan teori maupun praktek.

Metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar, harus (1) berpusat pada masalah, (2) menuntut dan mendorong peserta untuk aktif, (3) mendorong peserta untuk mengemukakan pengalaman sehari-harinya, (4) menumbuhkan kerja sama, baik antara sesama peserta, dan antara peserta dengan tutor, dan (5) lebih bersifat pemberian pengalaman, bukan merupakan transformasi atau penyerapan materi.

Daftar Pustaka:

Sukadji,S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah.Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas
http://www.jugaguru.com/article/49/tahun/2006/bulan/10/tanggal/10/id/184/
http://www-distance.syr.edu/andraggy.html
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/195509271985031-DHARMA_KESUMA/Pedagogi-pedagogik_01.pdf

Selasa, 03 Mei 2011

Pemanasan dahulu sebelum belajar

Hari ini kami memulai kuliah yaitu kuliah psikologi pendidikan. Sebelum memulai pelajaran yang akan diajarkan oleh dosen kami Bu Dina, kami terlebih dahulu di berikan arahan awalnya berdiri, kemudian membentuk suatu lingkaran. Kami merasa bingung tapi setelah Bu dina memberikan arahan lebih lanjut. Baru lah, kami mengerti bahwa ini adalah sebuah permainan. Dengan melakukan gerakan ke depan, ke belakang, ke kanan, lalu tekuk. Wahh.. kami pada senyum, ketawa, dan merasa senang sekali ketika melakukan hal itu. Rasanya seperti kembali ke jaman taman kanak-kanak (TK). Disini tidak lagi dalam lingkaran besar, tapi kami dibagi lagi menjadi dua kelompok ganjil dan genap dan kedua kelompok ini saling bergandengan tangan dan melakukan instruksi dari Bu Dina dan melakukan gerakan sama dengan irama lagu yang kami dengar perlu adanya kerjasama agar gerakan yang kami buat seirama dengan lagu tersebut.

Nah, lagunya seperti ini : 
“Saya mau tamasya berkeliling-kliling kota.. 
Hendak melihat-lihat pemandangan yang ada..
Saya panggilkan becak kereta tak berkuda..
Becak-becak tolong bawa saya.."

Walaupun singkat, tapi menurut saya, bahagia sekali rasanya mendengarkan lagu ini dengan melakukan gerakan ke depan, ke belakang, ke kanan lalu tekuk.

Pemanasan seperti permainan yang kami lakukan tadi adalah suatu hal yang positif . Dapat membuat saya lebih relax, senang, dan bersemangat untuk memulai pelajaran yang akan diajarakan. Bila di hubungkan dengan psikologi pendidikan, permainan tadi merupakan teacher centered dimana pengajar memberikan instruksi kepada pelajar. Dan agar pelajar diharapkan mampu untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan dapat menciptakan suasana belajar yang aktif (learner centered). Dengan di adakan pemanasan seperti itu juga dapat membangkitkan motivasi dan emosional yang artinya dorongan untuk memberi semangat, arah,dan kegigihan perilaku dan dengan emosi yang positif seperti rasa ingin tahu yang tinggi. Sehingga hal ini dapat membantu memperlancar proses belajar mengajar di kelas dan agar kelas bisa lebih aktif terutama di mata kuliah pendidikan.

Minggu, 01 Mei 2011

PEDADOGI

APA ITU PEDAGOGI ?
 
Pedagogi yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Pedagogi berasal dari kata Yunani "dibayar," yang berarti anak plus "agogos," yang berarti memimpin. Oleh karena itu, pedagogi telah didefinisikan sebagai seni atau
pengetahuan membimbing,memimpin atau mengajar anak.  

Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Pada awalnya, bahkan hingga sekarang, banyak praktek proses belajar dalam suatu pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan bagi orang dewasa.  

Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training / Teaching)  

Menurut Hewett LL.D, bahwa pedagogi lebih dari sekedar ilmu dan seni mengajar. Pedagogi berkenaan dengan upaya membawa anak-anak dan memimpin mereka untuk mencapai suatu tujuan yang ideal, di sini tujuan idealnya adalah kelaki-lakian dan keperempuanan yang bermartabat. Tujuan pendidikannya idealistik. Realitas pendidikan, situasi pendidikan, selalu berhubungan dengan tujuan-tujuan idealistik, baik yang individual ataupun masyarakat/bangsa.

Pedagogi bertujuan agar anak di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan dan kelak dapat menghidupi diri mereka sendiri, dapat hidup secara bermakna, dan dapat turut memuliakan kehidupan.
Dalam model pedagogi, guru memiliki tanggung jawab penuh untuk membuat keputusan tentang apa yang akan dipelajari, bagaimana akan dipelajari, ketika akan dipelajari, dan jika materi telah dipelajari. Pedagogi, atau instruksi guru-diarahkan seperti yang umumnya dikenal, tempat siswa dalam peran tunduk membutuhkan ketaatan dengan instruksi guru. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik hanya perlu mengetahui apa guru mengajarkan mereka. Hasilnya adalah situasi pengajaran dan pembelajaran yang aktif mempromosikan ketergantungan pada instruktur (Knowles, 1984).
 
 Pedagogi memiliki arti 3 hal sebagai berikut :
1.INSTRUKSI
2.PENDIDIKAN: seni, ilmu pengetahuan, atau profesi mengajar, terutama: penelitian yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode dalam pendidikan formal
3.SEKOLAH: tempat instruksi